Target Cukai Naik 2025, Saham Mana Saja yang Untung dan Buntung?

Pemerintah menargetkan penerimaan cukai naik 6 persen dalam nota keuangan RAPBN 2025, menjadi Rp 244 triliun. Hal ini memberi sentimen saham perusahaan terkait

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Agu 2024, 15:33 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2024, 15:33 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menargetkan penerimaan cukai naik 6 persen dalam nota keuangan RAPBN 2025, menjadi Rp 244 triliun. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui ekstensifikasi cukai secara terbatas pada produk Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK).

Investment Analyst Lead Stockbit, Edi Chandren, menilai secara kuantitatif estimasi dampak negatif cukai MBDK bagi profitabilitas perusahaan konsumer baru dapat dihitung setelah pemerintah merilis peraturan teknis perhitungan cukai. Namun, secara kualitatif, Edi menilai dampak negatif dari cukai tersebut dapat diminimalisir.

Dalam perhitungannya, skenario meminimalisir dampak penyesuaian cukai MBDK adalah perusahaan dapat meluncurkan produk sejenis yang lebih rendah gula (less sugar). Perusahaan juga dapat meneruskan (pass on) sebagian beban cukai ke dalam harga jual produk.

"Kami menilai bahwa Mayora Indah Tbk (MYOR), yang memiliki produk terekspos cukai MBDK sebesar 25–30 persen dari total pendapatan, berpotensi merasakan dampak terbesar dari penerapan cukai ini. Diikuti oleh Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), yang memiliki eksposur sekitar 15–20 persen pendapatan," ungkap Edi dalam risetnya, dikutip Selasa (20/8/2024).

Pada perdagangan Senin, MYOR turun 0,37 persen ke posisi 2.670. MYOR parkir di posisi yang sama hingga penutupan sesi I. Dalam sepekan, saham MYOR naik 2,69 persen, dan masih naik 7,23 persen sebulan.

Saham SIDO

Adapun saham SIDO turun 1,39 persen ke posisi 710 pada Senin. Penurunan berlanjut, pada sesi I hari ini saham SIDO turun 0,70 persen ke posisi 705 pada penutupan sesi I. Dalam sepekan, saham SIDO turun 0,70 persen, namun masih naik 34,29 persen ytd.

Di sisi lain, pemerintah menjelaskan bahwa target penerimaan kepabeanan dan cukai dalam jangka menengah (2025–2029) akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan tarif cukai hasil tembakau (CHT) melalui tarif multiyears yang moderat dengan penyederhanaan layer hasil tembakau. Kedua hal tersebut sebelumnya tidak disebutkan dalam nota keuangan RAPBN 2024.

 

Saham Perusahan Rokok

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seiring dengan rencana tersebut, saham-saham produsen rokok tampak menggeliat. "Kenaikan berpotensi disebabkan oleh ekspektasi kebijakan cukai yang lebih bersahabat," kata Edi.

HMSP naik 15,79 persen ke posisi 770 pada Senin. Posisi itu dipertahankan sampai penutupan sesi I hari ini, Selasa, 20 Agustus 2024. Dalam sepekan terakhir, HMSP naik 17,56 persen namun masih terkoreksi 13,97 persen ytd.

GGRM naik 8,18 persen ke posisi 37.500 pada Senin. Penguatan berlanjut hingga penutupan sesi I hari ini, dengan kenaikan 2,31 persen ke posisi 38.375. Dalam sepekan, GGRM naik 10,68 persen dan masih terkoreksi 18,45 persen ytd.

Lalu WIIM naik 8,79 persen ke posisi 990 pada Senin. WIIM naik 2,02 persen ke posisi 1.010 pada penutupan sesi I hari ini. Dalam sepekan, WIIM naik 12,85 persen, dan masih terkoreksi 43,10 persen ytd.

Sementara itu, Edi menambahkan bahwa dari aspek pemerintahan, perkembangan penting yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah susunan kabinet baru setelah pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2024.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya