PLTP Ijen Milik MedcoEnergi Mulai Alirkan Listrik Kuartal I 2025

Tidak hanya PLTP Ijen, MedcoEnergi kini juga tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bali Timur berdaya 25 Megawatt peak (MWp).

oleh Arthur Gideon diperbarui 27 Agu 2024, 10:40 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 10:40 WIB
PT Medco Energi Internasional Tbk
PT Medco Energi Internasional Tbk

Liputan6.com, Jakarta - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ijen, Jawa Timur. Perusahaan energi yang didirikan oleh Arifin Panigoro ini menargetkan PLTP Ijen bisa beroperasi pada kuartal I 2025.

Direktur and Chief Operating Officer (CEO) MedcoEnergi Ronald Gunawan menjelaskan, pembangkit listrik di Ijen tersebut akan memiliki daya 34 Megawatt (MW).

“Pengembangan geotermal Ijen tahap I berjalan dengan lancar dan akan selesai pada kuartal IV 2024, serta akan beroperasi secara komersial di kuartal I 2025,” ucapnya dikutip dari Antara, Selasa (27/8/2024).

Tidak hanya PLTP Ijen, pihaknya kini juga tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bali Timur berdaya 25 Megawatt peak (MWp).

Ia mengatakan bahwa pembangunan PLTS tersebut berjalan sesuai jadwal dan diperkirakan selesai pada akhir tahun ini.

Sektor Tambang 

Selain pada sektor energi, Ronald menyampaikan bahwa terdapat pula sejumlah proyek pengembangan pada sektor pertambangan emas dan tembaga.

Ia menuturkan bahwa proyek smelter PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN, kode emiten: AMMN) telah memasuki tahap commissioning pada 31 Mei lalu.

Anak perusahaan MedcoEnergi tersebut diharapkan dapat mulai memproduksi katoda tembaga pada kuartal IV 2024.

AMMAN juga telah menerima izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mengekspor konsentrat tembaga hingga 31 Desember 2024.

 

Sektor Migas

PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) terus melakukan inisiatif pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) terus melakukan inisiatif pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Sementara itu, pada sektor minyak dan gas, Ronald mengatakan bahwa pihaknya mengalami penurunan produksi sebesar 5 persen pada semester I 2024 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Hal tersebut disebabkan oleh berkurangnya working interest Corridor setelah perpanjangan Production Sharing Contract (PSC), permintaan gas pipa yang lebih rendah di Singapura, serta divestasi Blok 12W di Vietnam.

Meskipun begitu, ia menuturkan bahwa realisasi produksi kedua komoditas tersebut masih mampu melebihi panduan perseroan untuk produksi minyak dan gas tahun ini, yakni sebesar 145 – 150 ribu barel setara minyak per hari (million barrels of oil equivalent per day/mboepd).

Produksi minyak dan gas perseroan pada semester I tahun ini tercatat sebesar 153 mboepd, ditopang oleh produksi minyak yang lebih tinggi dari Blok 60 Oman dan Natuna.

Perseroan pun menganggarkan belanja modal sebesar USD 152 juta atau kurang lebih Rp 2,33 triliun, (estimasi kurs 1 dolar AS = Rp 15.310) untuk pengembangan di Natuna, Corridor dan sumur-sumur produksi pada Blok 60 di Oman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya