Liputan6.com, Jakarta - Siklus pemangkasan suku bunga telah dimulai. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) memutuskan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps ke level 4,75–5%.
Di dalam negeri, penurunan suku bunga disebut menjadi angin segar untuk pasar saham. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, pasar telah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan pada September ini. Tercermin dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berada pada tren naik hingga mencapai beberapa kali rekor baru.
Baca Juga
"Semua orang menunggu suku bunga turun. Sekarang sudah tercermin hari ini. Kalau diperhatikan indeks sudah naik cukup tinggi dalam 2-3 minggu terakhir. Kalau kami diskusi dengan para pelaku pasar, memang ini adalah optimisme para mereka akan penurunan suku bunga," kata Irfan sata ditemui di Gedung Bursa di Kawasan SCBD, Kamis (19/9/2024).
Advertisement
Pada perdagangan hari ini, IHSG naik 0,85 persen ke posisi 7.891,506 sekitar pukul 15.20 WIB. IHSG dibuka pada posisi 7.829,135, dan sempat menyentuh posisi tertinggi baru di 7.903,325. Seiring dengan sentimen penurunan suku bunga, dibarengi dengan kinerja IHSG yang cerah, Irvan berharap transaksi di pasar modal juga bisa terkerek.
"Memang nilai transaksi masih PR karena masih banyak faktor. Tapi kita berharap dengan tingkat suku bunga yang lebih favorable buat pasar modal atau pasar saham, kita harap transaksi juga akan naik," kata Irvan. Ke depannya, Bursa akan terus mengkaji instrumen baru untuk mengakomodir kebutuhan investor dan mendongkrak nilai transaksi.
Akhirnya The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin, Jadi Segini
Sebelumnya, Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve (FOMC) memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.
Sementara suku bunga tersebut menetapkan biaya pinjaman jangka pendek untuk bank, suku bunga tersebut meluas ke berbagai produk konsumen seperti hipotek, pinjaman mobil, dan kartu kredit.
Matriks ekspektasi masing-masing pejabat The Fed menunjukkan, mereka memperkirakan akan ada penurunan satu poin persentase penuh suku bunga lagi pada akhir tahun 2025 dan setengah poin pada 2026.
“Komite telah memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen, dan menilai bahwa risiko untuk mencapai sasaran ketenagakerjaan dan inflasi secara kasar seimbang,” kata FOMC usai pertemuan suku bunga, dikutip dari CNBC International, Kamis (19/9/2024).
"Kami berusaha mencapai situasi di mana kami memulihkan stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran yang menyakitkan yang terkadang terjadi bersamaan dengan inflasi ini. Itulah yang kami coba lakukan, dan saya pikir Anda dapat menganggap tindakan hari ini sebagai tanda komitmen kuat kami untuk mencapai tujuan itu," ungkap Ketua The Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga.
Advertisement
Ekonomi Solid
FOMC juga mencatat penambahan lapangan kerja telah melambat dan tingkat pengangguran telah meningkat tetapi tetap rendah.
"Pejabat FOMC menaikkan tingkat pengangguran yang diperkirakan tahun ini menjadi 4,4%, dari proyeksi 4% pada pembaruan terakhir pada bulan Juni, dan menurunkan prospek inflasi menjadi 2,3% dari 2,6% sebelumnya. Mengenai inflasi inti, komite menurunkan proyeksinya menjadi 2,6%, penurunan 0,2 poin persentase dari bulan Juni,” papar komite tersebut.
Keputusan penurunan suku bunga datang meskipun sebagian besar indikator ekonomi tampak cukup solid.
“Ini bukan awal dari serangkaian pemangkasan 50 basis poin. Pasar berpikir sendiri, jika Anda memangkas 50 basis poin, pemangkasan 50 basis poin lainnya memiliki kemungkinan besar. Namun saya pikir (Powell) benar-benar menggagalkan gagasan itu sampai batas tertentu,” kata Tom Porcelli, kepala ekonom AS di PGIM Fixed Income.
IMF Beri Lampu Hijau The Fed untuk Pangkas Suku Bunga
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional mengatakan the Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) sudah berada di waktu yang tepat untuk memulai siklus pelonggaran moneter pada pertemuannya pekan depan, karena risiko kenaikan inflasi telah mereda.
Juru bicara IMF, Julie Kozack mengungkapkan, pihaknya memperkirakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan melambat selama sisa tahun ini. IMF memperkirakan inflasi inti indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS 2024 sebesar 2,5% dan akan kembali ke target The Fed sebesar 2% pada pertengahan tahun 2025.
"Itu berarti bahwa kita melihat dimulainya siklus pelonggaran, seperti yang diramalkan oleh The Fed, sebagai hal yang tepat," kata Kozack.
"Meskipun demikian, risiko kenaikan inflasi, meskipun lebih kecil, belum sepenuhnya hilang dan The Fed harus terus mengkalibrasi kecepatan dan tingkat pemotongan suku bunga dengan data ekonomi yang masuk ke depannya,” jelas dia.
Sebelumnya, pada akhir Agustus 2024 Ketua The Fed Jerome Powell mengumumkan bahwa pihaknya akan memulai pemotongan suku bunga dalam waktu dekat.
Para pembuat kebijakan The Fed lainnya sejak itu telah mengisyaratkan mereka siap untuk memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan bank pada 18 September 2024.
Meskipun ekonomi AS melambat, IMF meramal PDB negara itu akan tetap tumbuh pada akhir tahun 2024 sekitar 2%, dibandingkan dengan kuartal keempat 2023.
Advertisement