Liputan6.com, Jakarta - Jelang akhir tahun, pasar modal biasanya akan memasuki musim window dressing. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menuturkan, masih ada potensi window dressing. Namun, melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mencatatkan kenaikan cukup signifikan, kemungkinan window dressing tidak terlalu ramai.
"Kalau dari Mirae Asset target IHSG-nya 7.915, mungkin sudah dekat. Jadi kalau dalam dua bulan ini (laju IHSG) masih kencang, mungkin window dressing-nya enggak akan terlalu banyak, karena memang kenaikan (IHSG) juga sudah cukup besar," kata Martha kepada wartawan di Gedung Bursa, Selasa (24/9/2024).
Advertisement
Martha menambahkan, sentimen lain yang bisa dicermati adalah transisi pemerintah baru pada Oktober-November 2024. Bersamaan dengan itu, pasar juga bisa mencermati pemilu di Amerika Serikat (AS). Jika ada gejolak signifikan, potensi windows dressing besar. Sebaliknya, jika pasar relatif resilien, potensi windows dressingnya minim.
"Kalau memang market bergejolak, potensi window dressing-nya ada. Kalau lancar, atau ada guncangan tapi tidak terlalu lama, market itu konsisten dan IHSG konsisten di level yang tinggi, window dressing-nya mungkin tidak akan terlalu besar," jelas Martha.
Sebelumnya, Mirae Asset memiliki prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat naik hingga 7.915 dan sektor ritel akan menunjukkan kinerja positif pada kuartal IV 2024.
Prediksi itu dapat terealisasi ketika kebijakan pemangkasan suku bunga direalisasikan Bank Indonesia sebelum akhir tahun. Penurunan suku bunga tersebut diperkirakan akan memperkuat daya beli masyarakat serta mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga.
Apa Itu Window Dressing?
Sebelumnya, jelang akhir tahun, terjadi sejumlah fenomena yang menarik. Misalnya, pusat perbelanjaan menawarkan diskon besar-besaran. Fenomena menarik rupanya juga terjadi di pasar modal yang disebut window dressing.
Melansir dari berbagai sumber, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.
Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan investor agar melirik perusahaan sebagai tujuan investasi. Selain itu, mengutip laman most.co.id,Sabtu, (16/10/2021), window dressing ini dapat diartikan sebagai kondisi pasar yang memungkinkan harga saham menjadi kuat pada bursa efek.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya window dressing ini andalah self fulfilling prophecy atau ekspektasi dan prediksi dari orang-orang. Selain emiten, pelaku window dressing lainnya yaitu manager investasi.
Manajer investasi melakukan praktik window dressing dengan memoles kinerja pengelolaan reksa dana. Dengan begitu, terlihat mencatatkan hasil positif. Sehingga membantu menjaga citra di depan para investor maupun pihak yang menggunakan jasanya. Window dressing yang paling signifikan umumnya terjadi pada akhir tahun.
Biasanya harga saham akan menguat sampai Januari tahun berikutnya, yang dikenal juga dengan sebutan January Effect.
Advertisement
Penggerak Utama IHSG
Kebanyakan saham-saham yang mengalami fenomena window dressing tergolong sebagai penggerak utama IHSG atau memiliki kapitalisasi besar.
Efek window dressing biasanya ditandai naiknya sejumlah saham dengan kenaikan diatas 5 - 10 persen hanya dalam satu hari perdagangan bursa.
Sebagai gambaran, sebelumnya Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai prospek indeks LQ45 serta saham-saham yang tercatat di dalamnya memiliki prospek bagus pada kuartal IV 2021. Hal itu salah satunya ditopang oleh fenomena window dressing.
“Prospek indeks LQ45 dan saham-sahamnya bagus di kuartal IV ini. Karena secara historical, mayoritas naik. Terutama di akhir tahun nanti karena ada aktivitas window dressing,” kata dia kepada Liputan6.com.
Investor Harus Cermat Pilih Saham
Mengutip laman MNC Sekuritas, untuk memperoleh cuan saat fenomena ini terjadi, investor harus cermat dalam memilih saham, biasanya saham pendorong utama indeks.
Di sisi lain, tetap pertimbangkan faktor fundamental dan teknikal saham yang dipilih. Karena belum tentu saham yang mengalami window dressing pada tahun sebelumnya, akan mengalami pola yang sama pada tahun ini.
Fundamental saham dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Sementara analisis teknikal dapat dilakukan dengan memantau pergerakan saham dalam rentang waktu tertentu dan mencari informasi tentang nilai tertinggi dan terendah saham.
Advertisement