Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mampu bertahan di zona hijau selama sesi pertama perdagangan Senin, 28 Oktober 2024. Penguatan saham SMRA itu juga terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan.
Mengutip data RTI, saham SMRA naik 4,03 persen ke posisi Rp 645 per saham pada pukul 11.20 WIB. Harga saham SMRA dibuka naik 20 poin ke posisi Rp 640 per saham. Harga saham SMRA berada di level tertinggi Rp 660 dan level terendah Rp 640 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.696 kali dengan volume perdagangan 552.278 saham. Nilai transaksi Rp 35,9 miliar.
Advertisement
Selalam sepekan, saham SMRA turun 7,19 persen. Sedangkan sejak awal tahun, saham SMRA sudah menguat 12,17 persen.
Advertisement
Adapun harga saham SMRA menghijau ini usai Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham SMRA dalam jajaran indeks LQ45 yang efektif mulai 1 November 2024.
Saham SMRA mampu menghijau di tengah IHSG yang merosot. IHSG turun 1,02 persen ke posisi 7.616. Indeks LQ45 merosot 1,12 persen ke posisi 932. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Pada sesi pertama perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 7.714,73 dan level terendah 7.602,69. Sebanyak 382 saham melemah sehingga menekan IHSG. Total frekuensi perdagangan 702.491 kali dengan volume perdagangan 12,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 4,9 triliun.
Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono menuturkan, saham SMRA masuk indeks LQ45 periode 1 November 2024-31 Januari 2025 berpengaruh terhadap pergerakan saham SMRA.
Selain itu, faktor lainnya, menurut dia, isu penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dari anak usaha Summarecon Agung yakni PT Summarecon Investment Property (SMIP). “Dalam laporan keuangan perseroan pada akhir Juni lalu, terdapat pengeluaran sebesar Rp 11,13 miliar untuk biaya IPO entitas anak perusahaan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Rekomendasi Saham
Selain itu,Wahyu mengatakan, Perseroan juga baru menuntaskan transaksi nontunai (inbreng) ke SMIP senilai Rp 8 triliun. Rinciannya tanah dan bangunan senilai Rp 7,68 triliun, mesin dan perlengkapan mencapai Rp 219,17 miliar dan aset lainnya Rp 96,02 miliar.
"Sepertinya penjualan Summarecon Mal Kelapa Gading kepada SMIP merupakan bagian dari restrukturisasi untuk mempersiapkan anak usaha melantai di bursa,” kata dia.
Selain itu, Wahyu menuturkan, secara fundamental, kinerja keuangan Perseroan juga positif. SMRA mencetak laba bersih Rp753,68 miliar pada semester I 2024 atau meningkat 70,50% secara tahunan. Berdasarkan laporan keuangan akhir Juni 2024, kenaikan laba bersih perseroan ditopang oleh kinerja pendapatan yang meraih Rp5,67 triliun atau tumbuh 89,56% secara tahunan (year-on-year/YoY).
"Jadi secara fundamental banyak faktor yang mendukung kenaikan emiten SMRA," kata dia.
Ia pun merekomendasikan buy atau buy hold untuk saham SMRA. Dalam jangka menengah, ia mengatakan, masih rebound konsolidatif di kisaran Rp 480-Rp 740.
Masih potensial naik menguji 740 bahkan jika mampu menembusnya potensial membuka jalan ke level 800
"Jadi, buy ke 740-800. Atau di bawah 600 Buy On Weakness. Namun, di atas 800 walaupun masih bisa lanjut ke 900 atau bahkan 1.000. Potensi taking profit sehingga rentan koreksi,” ujar dia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Summarecon Agung Bakal Sebar Dividen Rp 148 Miliar
Sebelumnya, PT Summarecon Agung Tbk (Summarecon) kembali menunjukan kinerja perseroan yang positif dalam Laporan Tahunan untuk tahun buku 2023. Hal ini seiring dengan meningkatnya pendapatan perseroan sebesar 14,1% dari Rp 5,72 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 6,66 triliun pada tahun 2023.
Perseroan juga berhasil mendapatkan peningkatan laba bersih sebesar 27% dari Rp 772 miliar menjadi Rp 1.058 miliar. Pencapaian tersebut tertuang dalam pelaporan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Summarecon pada hari Kamis, 20 Juni 2024.
Atas pencapaian yang berhasil diraih di sepanjang tahun buku 2023, Perseroan membagikan dividen sebesar Rp 9 per lembar saham atau total sebesar Rp 148.577.115.222
“Berbekal pengalaman selama 49 tahun, Summarecon akan membuka proyek ke-9 yaitu Summarecon Tangerang pada akhir tahun 2024, untuk meningkatkan portofolio properti residensial bagi pelanggan. Kami akan memperkuat bisnis inti kami dengan mempercepat seluruh pengembangan kami secara efisien dan memenuhi permintaan pasar secara efektif," kata Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto P. Adhi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (20/6/2024).
"Selain itu di unit bisnis Investasi dan Manajemen Properti, Summarecon Villaggio dan Summarecon Mall Bandung yang baru saja dibuka semakin meningkatkan value kawasan yang kami kembangkan, sekaligus memberikan pengalaman rekreasi baik bagi pengunjung maupun masyarakat. Summarecon Mall Bekasi Fase 2, Summarecon Mall Makassar yang saat ini sedang dibangun, dan sejumlah proyek ritel, komersial, dan perhotelan lainnya yang direncanakan pada tahun-tahun mendatang akan didasarkan pada konsep urban planning untuk meningkatkan nilai kota-kota terpadu kami dan pengembangan di sekitarnya," jelas dia.
Unit Bisnis Pengembangan Properti
Untuk segmen bisnis pengembangan properti, Summarecon saat ini memiliki 8 kota terpadu yang tersebar di Kelapa Gading, Serpong, Bekasi, Bogor, Bandung, Karawang, Makassar, dan Crown Gading. Produk yang dikembangkan saat ini adalah rumah, apartemen, ruko, perkantoran dan kavling komersial dengan peluncuran produk sepanjang tahun yang tersebar di portofolio kota terpadu.
Pra-penjualan pengembangan properti mencapai sebesar Rp 4,52 triliun; di bawah target 5 trilun karena tantangan yang timbul menjelang Pemilu Indonesia 2024, sehingga perseroan menunda beberapa peluncuran produk. Kontribusi penjualan terbesar berasal dari unit Summarecon Serpong. Rumah dan ruko masih menjadi penyumbang produk terbesar masing-masing dengan 68% dan 21% dari total pra-penjualan. Produk lainnya memberikan kontribusi kurang dari 10% untuk masing-masing jenis produk.
Adapun bisnis pengembangan properti menyumbang pendapatan Rp 4,04 triliun pada 2023, meningkat sebesar 15% dari pendapatan tahun 2022 sebesar Rp 3,53 triliun. Segmen usaha ini masih menjadi kontributor terbesar dengan 61% dari total pendapatan.
Advertisement
Unit Bisnis Investasi dan Manajemen Properti
Pendapatan dari segmen bisnis investasi properti dan manajemen meningkat sebesar Rp 257 miliar dari Rp 1,48 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp 1,74 triliun pada tahun 2023. Peningkatan pendapatan sebesar 17% berasal dari pendapatan sewa mal yang meningkat sebesar Rp 136 miliar.
Secara geografis, Kelapa Gading merupakan kontributor pendapatan terbesar dengan 44% dari total pendapatan di segmen bisnis ini, diikuti oleh Serpong (33%) dan Bekasi (21%), yang mencerminkan ukuran operasional dari masing-masing pusat perbelanjaan tersebut.
Bisnis dari pusat-pusat perbelanjaan masih menjadi kontributor utama segmen bisnis ini dengan kontribusi sebesar 94% dari pendapatan segmen tersebut. Kontribusi dari properti investasi lainnya tidak signifikan karena properti ini dikembangkan untuk melengkapi dan menambah kelengkapan kota terpadu dengan fasilitas-fasilitas tersebut.
Unit Bisnis Lain-lain
Pendapatan di segmen ini meningkat 23% yakni sebesar Rp 166 miliar dari Rp 710 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp 876 miliar pada tahun 2023. Pada segmen bisnis ini, bisnis perhotelan menjadi kontributor terbesar. Bisnis manajemen estat & properti akan terus berkembang karena semakin banyak properti yang dikembangkan dan diserahkan kepada pelanggan.