Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan, Saham Apa Saja yang Bisa Dilirik?

Seiring pengumuman pemangkasan suku bunga acuan BI, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan ke level 7.079 dengan kenaikan sebesar 1,77%, Rabu, 15 Januari 2025.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Jan 2025, 12:39 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 12:38 WIB
Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan, Saham Apa Saja yang Bisa Dilirik?
Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps ke level 5,75% pada Rabu, 15 Januari 2025 dengan deposit facility dan lending facility juga masingā€“masing turun 25 bps ke level 5% dan 6,5% (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 5,75% pada Rabu, 15 Januari 2025 dengan deposit facility dan lending facility juga masingā€“masing turun 25 bps ke level 5% dan 6,5%. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan suku bunga acuan dipertahankan di level 6%.

Menyusul pengumuman pemangkasanĀ suku bunga acuanĀ oleh Bank Indonesia, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan ke level 7.079 dengan kenaikan sebesar 1,77%.

"Keputusan yang di luar ekspektasi ini disambut positif oleh market, dengan IHSG mencatatkan net foreign inflow sebesar Rp 580 miliar, menandai inflow pertama sejak 9 Januari 2025," mengutip ulasan Stockbit Sekuritas, Kamis (16/1/2025).

Sektorā€“sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan atau keuangan naik 3,12% dan properti naik 2,63%. Perbankan seperti BBRI naik 7,63%, BBNI naik 6,78%, BMRI naik 6,48%, dan BBCA naik 2,89%. Kemudian properti seperti CTRA naik 7,87%, PWON naik 5,26%, BSDE naik 5,03%, dan SMRA naik 3,57%.

"Sementara itu, investor perlu mencermati rilis data inflasi AS. Data inflasi AS yang hawkish berpotensi semakin memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah," imbuh Stockbit.

Namun, meskipun penurunan suku bunga memberikan sentimen positif, penguatan IHSG di tengah ketidakpastian global tetap menghadapi tantangan.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan sentimen negatif dari kebijakan ekonomi global, seperti Trumponomic dan potensi langkah-langkah The Federal Reserve (the Fed), dapat membatasi reli IHSG dalam jangka panjang.

Di tengah optimisme pasar, beberapa saham layak dikoleksi seperti saham BBRI dengan target harga 4.240, saham BMRI di 6.000, saham ESSA di 940, dan saham SCMA di 199.

"Saham-saham ini memiliki prospek penguatan yang menarik, terutama BBRI dan BMRI yang mendapat manfaat langsung dari penurunan suku bunga, serta ESSA yang berpotensi menguat seiring membaiknya kondisi pasar," kata Hendra.

Investor disarankan tetap waspada terhadap perkembangan global yang dapat mempengaruhi pasar, seperti kebijakan The Fed dan data ekonomi AS, untuk mengoptimalkan portofolio mereka di tengah momentum positif ini.

Ā 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

IHSG Melompat Usai Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga, Bagaimana Prospeknya?

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya,Ā Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan ke level 7.079 dengan kenaikan sebesar 1,77% pada Rabu, 15 Januari 2025.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengungkapkan, kenaikan tersebut didorong oleh sentimen positif dari penurunan suku bunga acuanĀ Bank IndonesiaĀ dari 6% menjadi 5,75%.

"Kebijakan ini memberikan harapan baru bagi pasar, terutama sektor perbankan, yang menjadi pendorong utama kenaikan IHSG," ulas Hendra dalam ulasan yang diterimaĀ Liputan6.com, Kamis, (16/1/2025).

Saham-saham seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI mencatatkan kenaikan tajam, masing-masing 2,89%, 6,48%, 7,63%, dan 6,78%, menunjukkan respon positif dari investor terhadap langkah BI yang bertujuan meningkatkan likuiditas dan daya beli masyarakat.

Namun, meskipun penurunan suku bunga memberikan sentimen positif, penguatan IHSG di tengah ketidakpastian global tetap menghadapi tantangan. Sentimen negatif dari kebijakan ekonomi global, seperti Trumponomic dan potensi langkah-langkah The Fed, dapat membatasi rally IHSG dalam jangka panjang.

"Meskipun begitu, likuiditas yang longgar diharapkan dapat mempertahankan momentum positif, setidaknya dalam waktu dekat, dengan IHSG diperkirakan akan menguji resistance di 7.197 dan support di 7.014 dalam perdagangan mendatang," imbuh Hendra.

Ā 

Prediksi IHSG pada Januari 2025

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Untuk Januari 2025, IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 7.140 hingga 7.263, dengan kemungkinan mencapai 7.300 pada kuartal pertama jika sentimen positif domestik terus mendominasi. Fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan pro-pasar akan sangat menentukan kemampuan IHSG untuk melanjutkan penguatannya di tengah tantangan global yang ada.

Di tengah optimisme pasar, beberapaĀ sahamĀ layak dikoleksi seperti BBRI dengan target harga 4.240, BMRI di 6.000, ESSA di 940, dan SCMA di 199. Saham-saham ini memiliki prospek penguatan yang menarik, terutama BBRI dan BMRI yang mendapat manfaat langsung dari penurunan suku bunga, serta ESSA yang berpotensi menguat seiring membaiknya kondisi pasar.

"Investor disarankan tetap waspada terhadap perkembangan global yang dapat mempengaruhi pasar, seperti kebijakan The Fed dan data ekonomi AS, untuk mengoptimalkan portofolio mereka di tengah momentum positif ini," pungkas Hendra.

Ā 

Alasan Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga jadi 5,75%

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkanĀ suku bungaĀ acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada Rabu, 15 Januari 2025. Keputusan ini menandai penurunan pertama suku bunga BI pada 2025.Ā 

Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, pemangkasanĀ suku bunga acuan diputuskan sesuai dengan Ā pandangan bank sentral yang 'pro stability dan pro growth'.Ā Penurunan tersebut juga sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga.Ā 

"Waktunya tentu saja (pangkas suku bunga) sesuai dengan dinamika yang terjadi di global dan internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan," ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan GubernurĀ Bank IndonesiaJanuari 2025, yang disiarkan pada Rabu (15/1/2025).

Perry lebih lanjut mengatakan, pihaknya terus memperhatikan arah kebijakan yang ditempuh bank sentral Amerika Setikat terhadap Fed Fund Rate (FFR).

"Hal itu yang kemudian menjelaskan kepada kita ada ruang ada kita manfaatkan tapi karena arah pemerintahan AS setelah Pemilihan Presiden Trump dan arah kebijakan FFR," tutur dia.

"Bulan iniĀ uncertaintyĀ masih ada tapi kami bisa menakar arah kebijakan fiskal AS sudah mulai kelihatan dan besarnya dampak terhadap kenaikan US Treasury," Perry menambahkan.

Sementara dari sisi domestik, BI melihat inflasi Indonesia masih cukup rendah dan akan bertahan selama beberapa waktu ke depan.

Jika inflasi rendah, ruang penurunan suku bunga semakin terbuka ke depan. Selain itu, BI juga mencermati perkembanganĀ nilai tukar RupiahĀ yang tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.

Selain itu, BI juga mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah tahun ini. Pelemahan ekonomi Indonesia bahkan tercatat pada kuartal terakhir 2024.

"(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih rendah dari 5% tapi di atas 5,1%. Tahun 2025, yang titik tengahnya 5,2% itu lebih rendah jadi 4,7%-5,5%. Ini menjadikan timing untuk penurunan suku bunga untuk menciptakan growth story yang lebih baik," beber Perry.

Ā 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya