Mengintip Peluang BUKA Bertahan di Pasar Ekonomi Digital

Bukalapak (BUKA), salah satu pionir dalam ekonomi digital Indonesia, menandai perjalanan 15 tahunnya dengan langkah strategis yang kontroversial namun visioner.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Jan 2025, 21:05 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 21:05 WIB
Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bukalapak (BUKA), salah satu pionir dalam ekonomi digital Indonesia, menandai perjalanan 15 tahunnya dengan langkah strategis yang kontroversial namun visioner. Perusahaan ini memutuskan untuk menghentikan penjualan produk fisik di platformnya mulai Februari 2025, memilih untuk fokus pada bisnis dengan prospek jangka panjang seperti produk virtual, gaming, investasi, dan model online-to-offline (O2O).

Keputusan ini muncul setelah evaluasi internal yang menunjukkan bahwa produk fisik hanya menyumbang sekitar 3% dari total pendapatan perusahaan. Langkah ini memicu berbagai tanggapan, termasuk apresiasi dari kalangan pakar ekonomi digital.

Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menilai langkah BUKA sebagai keputusan yang berani dan berorientasi masa depan.

“Fokus baru ini menunjukkan bahwa BUKA tidak hanya bertahan di tengah persaingan digital yang ketat, tetapi juga memahami perubahan pola konsumsi masyarakat. Langkah seperti ini penting untuk menciptakan nilai tambah jangka panjang, terutama dalam memberdayakan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional,” ungkapnya.

Menurut Huda, model bisnis online-to-offline (O2O) yang diterapkan BUKA menjadi salah satu kekuatan utama perusahaan. Dengan kontribusi sekitar 40-50% terhadap total pendapatan, strategi ini dinilai berhasil menjangkau pelaku usaha kecil di daerah yang belum terlayani oleh teknologi secara optimal. “Mitra Bukalapak adalah contoh konkret bagaimana teknologi bisa diintegrasikan dengan kebutuhan lokal, menciptakan peluang baru, dan memperkuat daya saing UMKM,” tambah Huda.

Namun, ia juga memberikan catatan kritis terkait implementasi strategi ini. “Tantangan terbesar adalah memastikan eksekusi yang konsisten. Restrukturisasi bisnis seperti ini membutuhkan perhatian pada detail operasional dan komunikasi yang baik kepada para mitra dan pelanggan. Jika tidak dikelola dengan baik, potensi resistensi bisa muncul,” kata Huda.

“Selain Mitra Bukalapak, BUKA juga akan fokus pada pilar bisnis investasi, retail dan gaming. Ini adalah lahan baru bagi industri teknologi untuk dapat digarap sehingga memastikan bisnis yang dapat mendukung profitabilitas,” tambah Nailul Huda.

Total Kas

Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup Menguat 0,86 Persen
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di MNC Sekuritas, Jakarta, Selasa (19/11/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dengan total kas, setara kas dan investasi likuid sebesar Rp 19 triliun pada akhir Q3 2024, BUKA diyakini memiliki fondasi keuangan yang kuat untuk mendukung transformasi ini. Meski begitu, Huda menilai bahwa keberhasilan strategi ini bergantung pada kemampuan perusahaan untuk terus berinovasi dan beradaptasi terhadap perubahan pasar.

Di sisi lain, Direktur Utama Bukalapak, Willix Halim, optimistis terhadap langkah yang diambil. “Kami percaya fokus pada bisnis yang relevan dan berkelanjutan akan memberikan dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan. Transformasi ini adalah bagian dari visi jangka panjang kami untuk terus mendukung UMKM dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia,” tuturnya.

Dengan langkah-langkah strategis yang berani, BUKA tidak hanya merayakan perjalanan 15 tahunnya, tetapi juga menghadirkan harapan baru bagi ekosistem digital Indonesia. Perjalanan ini menjadi pengingat bahwa inovasi, meski penuh tantangan, adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di era ekonomi digital.

Rayakan 15 Tahun Inovasi dan Transformasi Bisnis, Bukalapak Alokasikan Sisa Dana IPO untuk Ini

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)... Selengkapnya

Sebelumnya, dalam rangka merayakan 15 tahun perjalanan yang penuh inovasi, Bukalapak (BUKA) mengukuhkan komitmennya untuk terus menjadi pemimpin dalam ekosistem digital Indonesia melalui langkah-langkah strategis yang berfokus pada relevansi bisnis dan keberlanjutan.

Sejak didirikan pada 2010, BUKA telah berevolusi menjadi perusahaan dengan berbagai platform dan bisnis yang mendukung pelaku usaha kecil, mitra digital, dan konsumen di seluruh Indonesia.

Pada usia ke-15 ini, BUKA tidak hanya merayakan pencapaian, tetapi juga mengumumkan penajaman fokus bisnis yang akan memperkuat posisinya di pasar.

Pada Oktober 2024, BUKA telah mengumumkan strategi jangka panjang yang mencakup restrukturisasi usaha dan fokus pada bisnis produk virtual, gaming, investasi, retail, serta Mitra Bukalapak. Salah satu langkah penting yang dilakukan BUKA adalah penghentian bertahap penjualan produk fisik di aplikasi dan situs web Bukalapak, yang akan dilaksanakan pada Februari 2025.

Keputusan itu diambil berdasarkan evaluasi kontribusi segmen produk fisik yang hanya menyumbang sekitar 3% dari total pendapatan BUKA. Dengan berfokus pada bisnis yang memiliki prospek jangka panjang yang lebih baik, BUKA bertujuan untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan Adjusted EBITDA yang positif dalam waktu dekat.

BUKA memiliki posisi keuangan yang kuat dengan total kas, setara kas, dan investasi likuid sebesar Rp 19 triliun per akhir kuartal III 2024. Dari dana IPO sebesar Rp 21,85 triliun, sekitar Rp 11,9 triliun telah digunakan untuk modal kerja dan pengembangan bisnis. Sisanya akan digunakan untuk pengembangan usaha BUKA dan Entitas Anak melalui modal kerja, pembelian aset, joint ventures, dan investasi.

Langkah Perseroan

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)... Selengkapnya

Direktur Utama Bukalapak, Willix Halim menegaskan, langkah-langkah ini akan mendukung pertumbuhan perusahaan hingga akhir 2025.

"Kami percaya bahwa dengan penajaman strategi, BUKA akan menjadi perusahaan yang dapat memiliki pertumbuhan berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan," kata dia dalam paparan publik insidentil, Kamis (16/1/2025).

Segmen Online-to-Offline (O2O) dan marketplace tetap menjadi fokus BUKA. Model bisnis O2O yang memberdayakan UMKM kini menyumbang 40-50% dari total pendapatan perusahaan, sedangkan segmen marketplace menyumbang 50-60%.

Selain melalui aplikasi dan situs web Bukalapak, BUKA terus memperluas layanan seperti Mitra Bukalapak, BMoney, itemku, Lapakgaming serta berbagai merek ritel seperti Rexus, Russ and Co, Pexio dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasar.

"Dengan inovasi dan transformasi yang berkelanjutan, BUKA akan terus memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Perusahaan berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha kecil, memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan bisnis, dan menciptakan nilai berkelanjutan bagi pelanggan, mitra, dan pemegang saham," kata Willix.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya