Saham DCI Indonesia Cetak Rekor Tertinggi, Rekening Pendiri Makin Gendut

Kenaikan harga saham DCII meningkatkan kekayaan bersih Otto Toto Sugiri, pemegang saham terbesar DCI, sebesar USD 939 juta menjadi USD 3,1 miliar, menurut data real-time Forbes.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 21 Feb 2025, 11:03 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 10:55 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan para miliarder pendiri DCI Indonesia, Otto Toto Sugiri, Marina Budiman, dan Han Arming Hanafia—naik lebih dari USD 2 miliar dalam seminggu terakhir. Hal ini terjadi setelah harga saham operator pusat data terbesar di Indonesia melonjak ke level tertinggi, didorong oleh meningkatnya permintaan akan komputasi awan (cloud computing) dan kecerdasan buatan (AI).

Pada perdagangan, Kamis 20 Februari 2024, DCII sentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 19,99 persen ke posisi 67.225. Kenaikan saham DCII terjadi sejak 19 Februari 2025.

Sehari sebelumnya, atau pada 18 Februari 2025, saham DCII masih berada di posisi 46.750. Namun pada 19 Februari, saham DCII naik signifikan mencapai level 56.025. Dengan kenaikan sekitar 47% dalam seminggu terakhir, investor semakin optimis bahwa pendapatan perusahaan akan terus meningkat seiring dengan ekspansi jejak digitalnya di Indonesia, salah satu pasar pusat data yang paling berkembang pesat di Asia Tenggara.

“Kami menyukai fundamental perusahaan ini, tetapi valuasinya cukup mahal,” kata Managing Director Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, dikutip dari Forbes, Jumat (21/2/2025).

Kenaikan harga saham ini meningkatkan kekayaan bersih Sugiri, pemegang saham terbesar DCI, sebesar USD 939 juta menjadi USD 3,1 miliar, menurut data real-time Forbes. Sementara itu, Budiman menambah USD 707 juta menjadi USD 2 miliar, dan Hanafia memperoleh lebih dari USD 444 juta menjadi USD 1,5 miliar.

Dengan kapitalisasi pasar saat ini mencapai USD 9,8 miliar, menjadikan DCI sebagai perusahaan paling mahal di Bursa Efek Jakarta, perusahaan sedang mempertimbangkan untuk melakukan stock split agar harga sahamnya lebih terjangkau. “

Kami masih dalam tahap kajian,” ujar Presiden Direktur DCI, Otto Sugiri.

 

Kapasitas Melebihi 100 Megawatt

Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
IHSG menguat 24,13 poin atau 0,34 persen dibandingkan penutupan sebelumnya pada level 7.196,75. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Didirikan pada 2011, DCI telah berkembang menjadi operator pusat data terbesar di Indonesia dengan kapasitas total sekitar 83 megawatt. Sejak tahun lalu, perusahaan telah membangun tambahan kapasitas sebesar 36 megawatt yang diperkirakan akan mulai beroperasi pada paruh pertama tahun ini.

Dengan demikian, DCI Indonesia akan menjadi penyedia pusat data pertama di Indonesia yang memiliki kapasitas lebih dari 100 megawatt, menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia yang diterbitkan pada September lalu.

Salah satu fasilitas terbaru DCI adalah pusat data berkapasitas 18 megawatt di Jakarta Selatan yang mulai beroperasi pada Desember 2023. Bangunan 11 lantai ini dikembangkan bersama Grup Salim dan dilengkapi dengan 4.000 rak server di area seluas 30.000 meter persegi. Miliarder Anthoni Salim juga merupakan salah satu pemegang saham DCI.

Sugiri mengatakan kepada Forbes Asia bahwa perusahaan terus berekspansi dan menargetkan kapasitas total mencapai 128 megawatt pada awal tahun depan. DCI juga berinvestasi sebesar 1,2 triliun rupiah (USD 72 juta) untuk membangun fasilitas berkapasitas 9 megawatt di Surabaya, sekitar 800 kilometer di timur Jakarta.

 

Berkembang Pesat

Dengan semakin banyaknya raksasa teknologi global seperti Amazon, Google, dan Microsoft yang memperluas jejak digital mereka di Indonesia, bisnis DCI berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2023, perusahaan mencatatkan laba tertinggi sepanjang sejarah sebesar 514 miliar rupiah, naik 40% dibanding tahun sebelumnya.

DCI tidak mengungkapkan siapa saja klien mereka karena adanya perjanjian kerahasiaan. Namun, dari empat penyedia layanan cloud computing di Indonesia—Alibaba, Amazon Web Services, Google Cloud, dan Microsoft—tiga di antaranya adalah klien DCI.

Selain itu, DCI juga melayani beberapa perusahaan e-commerce terbesar di Asia Tenggara, lebih dari 40 perusahaan telekomunikasi, serta lebih dari 120 penyedia jasa keuangan di Indonesia, Asia Tenggara, dan Amerika Serikat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya