Liputan6.com, Jakarta - PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) optimistis terhadap perkembangan ekosistem bullion bank di Indonesia. Perusahaan yang bergerak di industri emas ini melihat peluang besar dalam ekosistem baru tersebut dan berkomitmen untuk berperan aktif dalam pengembangannya.
Director of Investor Relations PT Hartadinata Abadi Thendra Crisnanda menilai, bullion bank memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap industri emas di Indonesia.
Advertisement
“Indonesia adalah produsen emas terbesar ke-7 di dunia dengan produksi lebih dari 130 ton per tahun. Namun, selama ini kita lebih banyak mengekspor emas dalam bentuk mentah (dore) dan kemudian mengimpornya kembali dalam bentuk emas batangan. Dengan adanya bullion bank, kita bisa menghilangkan ketergantungan terhadap impor dan memperkuat posisi Indonesia dalam industri emas global,” ujar Tendra dalam temu media, Rabu (12/3/2025).
Advertisement
Bank Sentral Koleksi Emas
Lebih lanjut, Tendra menjelaskan bahwa peran bullion bank semakin penting karena tren global menunjukkan bahwa pembeli emas terbesar saat ini bukan lagi hanya industri atau konsumen ritel, tetapi juga institusi keuangan, terutama bank sentral.
“Dalam tiga tahun terakhir, bank sentral di berbagai negara telah membeli lebih dari 1.000 ton emas per tahun. Namun, cadangan emas Indonesia masih stagnan di angka 78,6 ton, hanya 4% dari total cadangan devisa kita. Ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain yang memiliki lebih dari 20% cadangan devisanya dalam bentuk emas,” katanya.
Hartadinata melihat bullion bank sebagai peluang untuk memperkuat ekosistem emas nasional dan telah menjalin kemitraan dengan dua pemain utama, yaitu Pegadaian dan BSI (Bank Syariah Indonesia).
“Kami telah menjadi mitra strategis bullion bank dengan memasok emas batangan brand Emasku secara rutin. Secara konservatif, kami menargetkan kontribusi penjualan dari bisnis bullion bank sebesar 500 kg per bulan,” jelas Tendra.
Sertifikasi London Bullion Market Association
Selain itu, Hartadinata juga sedang dalam proses mendapatkan sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA), yang akan memungkinkan produk emasnya diperdagangkan di pasar internasional.
“Saat ini, satu-satunya produsen emas di Indonesia yang memiliki sertifikasi LBMA adalah Antam. Dengan memperoleh sertifikasi ini, kami dapat mempersempit selisih harga antara emas Hartadinata dan Antam, serta memperkuat daya saing kami di pasar,” tambahnya.
Ke depan, Hartadinata berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam ekosistem bullion bank demi kemakmuran ekonomi nasional. “Bullion bank adalah langkah strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri emas global. Dari tambang Indonesia, oleh pengusaha Indonesia, untuk kemakmuran bangsa dan rakyat Indonesia,” tutup Tendra.
Bullion Bank Bisa Genjot Produksi Emas RI
Pengamat pasar, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa ia optimis kehadiran Bullion Bank dapat menggenjot produksi emas dalam negeri.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan bahwa saat ini cadangan emas batangan Indonesia lebih sedikit dari Singapura. Bank Indonesia menyimpan sekitar 80 ton emas batangan, sementara Pegadaian punya 100 ton, dan BSI hanya 17,5 ton. Sementara itu, Singapura punya 228 ton cadangan emas batangan.
"Freeport yang memiliki smelter di Gresik mengirim logam mulia ke Antam. Ini mengindikasikan bahwa secara jangka menengah, kemungkinan besar produksi emas perhiasan di dalam negeri akan meningkat dibandingkan sebelum ada Bullion Bank," ungkap Ibrahim kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (3/3/2025).
Advertisement
Banyak Barang Impor
Ibrahim mengamati, sebagian besar toko-toko emas di kota-kota besar Indonesia masih menjual emas hasil impor, dan masih sedikit yang menjual emas hasil produksi dalam negeri. Menurut dia, kebanyakan toko perhiasan itu menjual produk-produk emas impor terutama dari Hong Kong, Arab Saudi yang biaya ongkosnya lebih mahal karena ada biaya-biaya impor.
"Maka dari itu kemungkinan besar dengan adanya Bullion Bank ini masyarakat, pengusaha-pengusaha di dalam negeri akan semakin bersaing untuk membuat produk-produk perhiasan baru yang biasa dipakai oleh masyarakat, terutama Perempuan," jelas Ibrahim.
Namun, Ibrahim memperkirakan bahwa dampak ekonomi dari Bank Emas atau Bullion Bank belum akan terlihat dalam jangka pendek.Pasalnya, perekonomian global masih dilanda ketidakpastian imbas perang dagang AS-China, hingga ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah.Tak hanya itu, perekonomian domestik juga tengah dilanda penurunan jumlah masyarakat menengah yang sebagian besar mendorong konsumsi.
"Adanya perang dagang antara Amerika, China Eropa, dan Kanada hingga Meksiko membuat peluncuran Bullion Bank kurang disambut positif oleh pasar.Terutama bersamaan dengan masyarakat kelas menengah yang terus berguguran. Kondisi ini yang membuat Bank Emas sedikit redup dalam jangka pendek," imbuhnya.
