2013, Masa Suram Bagi Emiten Perkebunan

Kinerja emiten perkebunan masih tertekan hingga sembilan bulan pertama tahun 2013 akibat pelemahan permintaan.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Okt 2013, 15:50 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2013, 15:50 WIB
perkebunan-130405b.jpg
Kinerja emiten perkebunan masih belum baik hingga sembilan bulan pertama tahun 2013. Permintaan yang masih melemah mempengaruhi harga crude palm oil/CPO.

Dari sejumlah emiten perkebunan yang sudah rilis laporan keuangan kuartal ketiga 2013, sekitar enam emiten perkebunan mencatatkan penurunan laba dari 45%-86% untuk periode Januari-September 2013.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor saham agri turun 13% year to date menjadi 1.788,35. Demikian mengutip data BEI, Kamis (31/10/2013).

PT BW Plantation Tbk (BWPT) mencatatkan laba turun 51,61% menjadi Rp 107,5 miliar pada periode Januari-September 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 222,17 miliar. Meski demikian, perseroan masih mencatatkan pendapatan naik tipis sekitar 2,82% menjadi Rp 786,10 miliar hingga September 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 764,37 miliar.

Sekretaris Perusahaan PT BW Plantation Tbk, Kelik Irwantono menuturkan, harga jual CPO turun berdampak terhadap kinerja perseroan. Ditambah biaya meningkat seiring penambahan lahan untuk area yang sudah matang sekitar 11 ribu hektar.

Selain itu, penjualan PT Gozco Plantation Tbk turun 10% menjadi Rp 264,57 miliar untuk periode Januari-September 2013. Laba perseroan turun sekitar 80% menjadi Rp 14,44 miliar.

Perusahaan perkebunan sawit milik grup Astra yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga mencatatkan penurunan laba 45,5% menjadi Rp 910 miliar untuk periode Januari-September 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 1,67 triliun. Pendapatan perseroan turun tipis 3% menjadi Rp 8,32 triliun hingga September 2013.

Dua emiten perkebunan grup Salim juga mencatatkan penurunan kinerja hingga sembilan bulan pertama 2013. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) mencatatkan laba turun 82 % menjadi Rp 171,14 miliar hingga sembilan bulan pertama 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 969,5 miliar. Penjualan perseroan turun tipis menjadi Rp 9,53 triliun.

Sementara itu, PT PP London Sumatra Tbk (LSIP) membukukan laba turun 53% menjadi Rp 442,88 miliar hingga kuartal ketiga 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 949,8 miliar. Penjualan perseroan turun 14% dari Rp 3,37 triliun hingga kuartal ketiga 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,89 triliun.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan laba turun 86% menjadi Rp 30,68 miliar hingga kuartal ketiga tahun 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 226,94 miliar. Pendapatan turun 32,9% menjadi Rp 1,44 triliun.

Analis PT Recapital Securities, Agustini Hamid menuturkan, penurunan laba emiten perkebunan didorong efek krisis membuat permintaan CPO melemah. Hal itu mempengaruhi harga CPO. "Perlambatan ekonomi global China, India yang menjadi konsumen terbesar CPO juga menjadi katalis dari penurunan permintaan," tutur Agustini, saat dihubungi Liputan6.com.

Selain penurunan permintaan, Agustini menilai, produksi kelapa sawit juga turun. Selain itu, ekspor kelapa sawit juga turun dalam tiga bulan terakhir.

"Volume ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia per bulan Juli turun 1,6% dari bulan Juni 2013. Demikian juga Agustus ekspor menurun 6,9% dibandingkan Juli," kata Agustini.

Namun secara year to date (ytd), ekspor CPO dari Januari-Agustus 2013 masih naik 18,6% menjadi 13,69 juta ton dari periode sama tahun 2012 sebesar 11,54 juta ton.

Untuk rekomendasi saham sektor perkebunan, Agustini merekomendasikan buy untuk saham BWPT. Sedangkan rekomendasi netral untuk AALI dan SIMP. Selain itu, sell untuk saham GZCO, LSIP, SGRO, dan UNSP. (Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya