The Raid: Redemption Vs Berandal, Lebih Suka Mana?

Pertanyaannya, mana yang lebih memuaskan anda?

oleh Feby Ferdian diperbarui 24 Apr 2014, 20:40 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2014, 20:40 WIB
Adegan Paling Menyakitkan di Film The Raid 2: Berandal
Arifin Putra dan Oka Antara punya cerita menarik saat melakoni adegan syuting yang dianggap paling menyakitkan.

Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini, Industri film nasional kembali bergairah dengan kedatangan film-film buatan anak negeri yang mampu unjuk gigi di kancah Internasional. Salah satunya "Killers" dan "The Raid 2: Berandal" yang sama-sama mencicipi layar Festival Film Sundance pada tahun lalu.

Kali ini, sembari sedikit mengingat kejayaan "Redemption" --film pertama The Raid-- yang belum terlupakan, kita bakal coba membandingkan tema dan kualitas yang diusung oleh dua film tercadas karya Gareth Evans tersebut. Pertanyaannya, mana yang lebih memuaskan anda?

http://cdn0.production.liputan6.static6.com/medias/119646/big/120731djoe-taslim.jpg

The Raid: Redemption

Sejak dirilis di Indonesia pada 22 Maret 2012 silam, film yang mengangkat seni pencak silat sebagai jualannya ini berhasil meraih perhatian banyak orang berkat cerita ringkas serta alur yang lebih menitikberatkan pada perkelahian brutal di antara para tokoh utamanya.

Kisahnya sendiri berkisar pada satuan khusus yang ditugaskan untuk mengepung apartemen berisikan gembong penjahat kelas kakap. Bak cerita "Saint Seiya" --serial animasi Jepang--, mereka berusaha menghabisi satu-persatu para penjahat dari lantai paling bawah hingga paling atas.

Sayangnya, terlanjur disadari oleh pemimpin di Apartemen tersebut, penyerbuan ini pun berubah menjadi penghabisan yang sangat mengerikan. Apalagi, diumumkan langsung oleh sang bos, satu nyawa perwira akan berharga banyak bagi penjahat yang membunuhnya.

http://cdn1.production.liputan6.static6.com/medias/35431/big/iko-130806b.jpg

Walaupun mengusung tema yang tidak biasa, The Raid: Redemption ternyata mampu meraih sambutan yang luar biasa di kancah internasional.

Hal itu terbukti lewat keberhasilan The Raid meraih banyak penghargaan ternama.

Sebut saja di antaranya Midnight Madness Award di Toronto International Film Festival (2011), Dublin Film Critics Circle Best Film and Audience Award di Jameson Dublin International Film Festival (2012), hingga yang terakhir Sp!ts Silver Scream Award di Imagine Film Festival, Amsterdam (2012).

http://cdn1.production.liputan6.static6.com/medias/668195/big/the-raid-pic09.jpg

Sayangnya, ketangguhan film ini belum mampu membuatnya masuk ke nominasi Festival Film Indonesia 2012 yang digelar di Yogyakarta, 8 Desember silam. Konon, selain dianggap tak memiliki kedalaman cerita yang sesuai dengan tema, film ini juga tak bisa menjadi nominator karena sutradaranya berasal dari luar Indonesia.

Padahal, Gareth Evans sendiri pernah mengklaim jika hanya ada dua orang asing yang terlibat dalam film ini.

"Kalau ada yang menganggap ini bukan film Indonesia, itu konyol," ucapnya.

Beruntung, di luar kontroversi tersebut, penghargaan dari dalam negeri perlahan-lahan terus bertambah.

Dan secara tidak langsung, bermunculannya berbagai penghargaan bergengsi diluar FFI juga menandakan jika apresiasi dan kecintaan terhadap film karya tanah air semakin besar.

http://cdn-e.production.liputan6.static6.com/medias/658140/big/Iko%203.jpg?t=79711269

The Raid 2: Berandal

Adalah Rama (Iko Uwais), seorang perwira polisi yang baru saja menghabisi satu apartemen berisikan gembong penjahat kelas kakap. Menyadari kalau posisinya dan keluarga masih tidak aman, ia pun menyetujui tawaran Munarman (Cok Simbara) untuk menyelinap lebih dalam ke tubuh sindikat mafia milik Bangun (Tyo Pakusadewo) yang dikenal paling berbahaya di Jakarta.

Konsekuensinya, selain harus meninggalkan keluarga, ia juga harus dijebloskan ke penjara untuk mendekati Ucok (Arifin Putra) yang merupakan anak satu-satunya dari Bangun  [sinopsis selengkapnya: Berandal Lebih Dari Sekedar Film Action].

http://cdn1.production.liputan6.static6.com/medias/658223/big/the-raid-2-berandal-29.jpg

Jika anda berpikir kalau kisah ini akan berlanjut pada cerita persahabatan antara Ucok dan Rama, maka anda salah besar. Pasalnya, di tangan Gareth Evans, alur cerita yang disuguhkan sangatlah solid dan berjalan seperti seharusnya.

Bahkan, meski diwarnai pembelotan dan aksi-aksi balasan dari kelompok mafia Jepang pimpinan Goto (dibintangi oleh tiga aktor Jepang yakni Ryuhei Matsuda, Kenichi Endo, dan Kazuki Kitamura), Gareth tetap kokoh menempatkan Rama di tengah pertarungan dengan misinya sendiri.

Karena itu meski penggambaran karakternya tak melulu hitam-putih, ceritanya sama sekali tak perlu dikhawatirkan sehingga bisa berfokus pada tingkat laga yang dua kali lebih brutal dibanding yang pertama.

http://cdn1.production.liputan6.static6.com/medias/664890/big/2013-THE-RAID-2-BERANDAL-009.jpg

Lewat budget yang tentunya jauh lebih kecil dibanding film-film aksi Hollywood, Gareth juga kembali membuktikan kalau Industri Film Nasional bisa menelurkan film laga yang mampu membuat para fans film di luar negeri terkagum-kagum tanpa harus terjebak di efek CGI dan sebagainya.

Sebut saja contohnya seorang remaja di Jersey, pemilik akun YouTube humpmasterflex22 ini nekat mengemudi bersama keluarga dari rumah ke New York hanya untuk menonton The Raid 2: Berandal.

Hasilnya, selain ikut bertepuk tangan bersama penonton di sana, ia juga resmi menyebut karya ini sebagai film laga terbaik yang pernah disaksikannya."Gareth Evans adalah dewanya film laga." komentarnya.

Pujian lain juga diberikan oleh Ryan Right, Jerry, dan Sally Lomonaco yang juga doyan mengomentari film melalui akun YouTube. Meski mengaku sedikit kesulitan dengan masalah subtitle, mereka memuji naskah dan tingkat aksi film ini yang terasa jauh lebih kuat dibanding yang pertama.

"The Raid 2 membuat dua setengah jam terasa begitu sebentar. Iko Uwais pantas mendapatkan Oscar sebagai actor dan bintang laga. Dan kalian harus menontonnya," seloroh mereka.

http://cdn0.production.liputan6.static6.com/medias/664464/big/maxresdefault.jpg

Kesimpulannya, baik Redemption maupun Berandal, keduanya memiliki keunggulan-keunggulan yang boleh disebut sebagai gebrakan baru di perfilman nasional. Karena itu, jika anda pecinta film nasional, khususnya genre laga, sangat disarankan untuk menunggu film penutup yang direncanakan hadir sekitar dua-tiga tahun lagi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya