Liputan6.com, Jakarta Belakangan ini, dunia hiburan Indonesia sempat dihebohkan ketika ada sebuah acara yang diduga menghina seorang komedian legendaris Benyamin Sueb. Dalam acara tersebut, nama sang legenda dicandai dengan sebuah binatang yang lucu. Tak terima, para fans dan kerabat pun melakukan aksi demonstrasi. Sampai akhirnya pihak televisi meminta maaf dan menghentikan acara tersebut.
Siapa sosok legendaris Benyamin Sueb yang kini telah tiada itu? Bagi remaja yang lahir di awal abad ke-21 mungkin tidak terlalu mengenal sosok komedian Betawi itu. Di masanya, Benyamin S merupakan tokoh Betawi yang banyak mengangkat kebudayaan daerahnya. Beberapa penghargaan pun sempat diraihnya.
Lahir di Kemayoran
Lahir di Kemayoran
Benyamin Sueb lahir di Kemayoran 5 Maret 1939. Meski sudah meninggal, namanya tetap terpatri di daerah kelahirannya di Kemayoran, Jakarta Pusat. Beliau meninggal tanggal 5 September 1995.
Benyamin kecil bukanlah berasal dari keluarga kaya. Seperti kebanyakan anak-anak Betawi saat itu, masa kecilnya dihabiskan di kota Jakarta yang masih dalam masa penjajahan.
Apalagi, saat dirinya berusia dua tahun harus kehilangan ayahnya. Jadilah dia harus menjalani masa kecil dengan kesulitan hidup. Apalagi sang ibu, Aisyah harus pontang-panting menghidupi tujuh kakaknya. Alhasil, Ben kecil mesti ikut mencari nafkah.
Advertisement
Mengamen Sejak Kecil
Mengamen Sejak Kecil
Saat berusia tiga tahun, dia diajak kedua kakaknya mengamen demi mendapat tambahan penghasilan keluarga. Benyamin Sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan. Orang yang melihat aksinya menjadi tertawa lalu memberikannya recehan 5 sen dan sepotong kue sebagai 'imbalan'.
Penampilan Benyamin kecil memang sudah beda, sifatnya yang jahil namun humoris membuat Benyamin disenangi teman-temannya. Beliau memang sudah terlihat bakatnya sejak anak-anak.
Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek, dua engkong Benyamin yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung, pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat - menurunkan darah seni itu dan Haji Ung (Jiung) yang juga pemain teater rakyat di zaman kolonial Belanda. Sewaktu kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin Sempat membuat orkes kaleng.
Bikin Grup Musik kaleng Rombeng
Bikin Grup Musik kaleng Rombeng
Benyamin bersama saudara-saudaranya membuat alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan 'alat musik' itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu.
Kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6 tahun menjadi cikal bakal kiprah Benyamin di dunia seni. Dari tujuh saudara kandungnya, Rohani (kakak pertama), Moh Noer (kedua), Otto Suprapto (ketiga), Siti Rohaya (keempat), Moenadji (kelima), Ruslan (keenam), dan Saidi (ketujuh), tercatat hanya Benyamin yang memiliki nama besar sebagai seniman Betawi.
Advertisement
Ancam Guru Jika Tak Naik Kelas
Ancam Guru Jika Tak Naik Kelas
Benyamin memulai Sekolah Dasar (dulu disebut Sekolah Rakyat) Bendungan Jago sejak umur 7 tahun. Sifatnya yang periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin, ditambah suaranya yang bagus dan banyak teman, menjadikan Ben sering ditraktir teman-teman sekolahnya.
SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung. SMP di Jakarta lagi, masuk Taman Madya Cikini. Satu sekolahan dengan pelawak Ateng. Di sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam, "Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!" kata Benyamin kecil.