RESENSI Runaway, 90 Menit Menikmati Ketampanan Al Ghazali

Pertama, kita beri pujian karena Maxima Pictures berani memasang Al Ghazali, putra Ahmad Dhani, sebagai bintang utama.

oleh Julian Edward diperbarui 24 Jul 2014, 19:15 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2014, 19:15 WIB
RESENSI Runaway, 90 Menit Menikmati Ketampanan Al Ghazali
Pertama, kita beri pujian karena Maxima Pictures berani memasang Al Ghazali, putra Ahmad Dhani, sebagai bintang utama.

Liputan6.com, Jakarta Satu fenomena di jagad hiburan yang paling kentara tahun ini: banyak artis anyar yang tenar semata-mata awalnya adalah karena orangtuanya artis.

Dibanding mereka yang berjuang dengan mengirim demo rekaman ke label, ikut kasting di berbagai rumah produksi, ikut kontes bakat di TV, atau bahkan mengunggah video ke Youtube, para anak seleb ini tidak perlu bersusah payah jadi artis.

Seseorang memang tak bisa memilih dilahirkan oleh siapa. Namun, anak-anak artis ini tentu beruntung karena ayah atau ibunya tenar. Jalan mereka ke ketenaran otomatis juga lebih gampang. Selain itu, faktor keturunan juga memberi modal tambahan lagi pada mereka: karena ayah atau ibunya artis ganteng atau cantik, umumnya anak-anak artis ini juga berwajah rupawan.

Jika diperhatikan, hal begini tampak samar di Barat sana. Fenomena artis yang orangtuanya juga artis tak sebanyak di sini. Kalaupun ada, si artis ini memang sudah terbukti punya kualitas (entah aktingnya bagus atau ia penyanyi bagus). Contoh saja, Liv Tyler (putri pentolan Aerosmith Steven Tyler), Bryce Dallas-Howard (putri sutradara Ron Howard), atau Angelina Jolie (putri aktor Jon Voight). Ketiganya bersinar di Hollywood bukan karena berasal dari ayah yang tenar, tapi karya yang mereka hasilkan.

Jalan terkenal anak-anak artis di sini terutama berawal lantaran ayah atau ibunya tenar serta mereka punya tampang tampan dan jelita seperti orangtuanya. Yang diutamakan di sini bukan kualitas, melainkan sekadar mengenalkan ke publik, "Ini, lho anaknya si Anu, ganteng nggak kalah dari bapak/ibunya, 'kan?"

Publik kita--yang memang dari sananya mendewakan selebriti--segera tersihir. Syahdan, kita pun melihat anak-anak artis di berbagai acara variety show maupun talk show, untuk sekadar jadi bahan bercandaan atau ditanya ini-itu.

Maka, sejatinya, ketika ada sebuah rumah produksi mendapuk seorang anak artis jadi bintang utama film yang mereka buat, hal ini patut dipuji.

Film adalah kerja kolektif yang berisiko. Film tidak bisa dibuat dalam sehari jadi, seperti acara talk show. Ongkos produksinya pun tak murah.

Untuk menonton film, seseorang harus membayar. Beda dengan nonton TV yang gratis. Ini artinya, risiko film gagal lebih menyakitkan.

Maka, pertama-tama haruslah kita beri pujian karena Maxima Pictures berani memasang Al Ghazali, putra Ahmad Dhani, sebagai bintang utama film yang mereka produksi.

***

Remaja wanita sedang tersihir dengan ketampanan Al Ghazali. Bayangkan, bila iklan berdurasi kurang dari satu menit itu saja sudah bikin kaum hawa kelepek-kelepek melihat tampang Al, bagaimana bila disajikan lebih panjang, 90 menit?

Namun, cobalah berpikir dari sisi lain, bayangkan betapa sulitnya sang rumah produksi menyiapkan Al agar bisa berakting natural. Sebab, tak mungkin dalam waktu 90 menit hanya menyuguhkan Al berdiam diri saja atau jadi bahan bercandaan seperti di variety show.

Dan hasilnya, bagi yang menggemari wajah Al, film Runaway arahan sutradara Guntur Seoharjanto adalah surga tempat mereka bisa sepuasnya melihat ketampanan Al dari berbagai sisi.

Kita melihat Al yang santai saat pakai baju kasual; berkeringat ketika lari pagi; Al yang menawan dengan setelan kemeja rapih; sampai Al yang bikin jantung berdesir saat mandi dan ini yang mungkin bikin Anda penasaran: bagaimana Al saat hendak mencium wanita.

Pendek kata, di film ini penonton seolah menjadi lawan main Al yang tak nampak di layar, tapi bisa membayangkan, bagaimana rasanya bila dicium Al.

***

Mengintip jalan cerita, Runaway berkisah tentang Musa (diperankan Al) yang kesal karena harus ikut ayahnya (diperankan Ray Sahetapy) melakukan perjalanan bisnis ke Hongkong.

Di sinilah petualangan terjadi. Lewat sebuah aksi pencopetan, Musa berkenalan dengan Tala (diperankan Tatjana Saphira). Sikap dan kecantikan Tala bikin Musa jatuh hati. Tapi tak semudah itu keduanya merajut cinta. Ada Jinny (diperankan Kimberly Ryder), anak dari rekanan bisnis ayah Musa yang juga
diam-diam suka. Cinta segitiga pun terjadi.

Lantas, apakah film ini hanya menjual ketampanan Al dan drama cinta semata? Tidak juga. `Runaway` menunjukan sisi yang berbeda karena menyelipkan adegan perkelahian dengan menampilkan bintang laga Willy Dozan.

Mantan suami Betharia Sonata itu mengisi peran sebagai bos mafia Hongkong. Di ujung cerita, Al dan Willy pun berkelahi atas nama cinta. Siapa yang menang, silahkan tonton sendiri film ini.

Akhir kata, Runaway layak ditonton terutama bagi mereka yang memang menggilai putra sulung Maia Estianty tersebut. Lantas, apa dengan film ini Al Ghazali bisa disejajarkan dengan Liv Tyler, Bryce Dallas-Howard, atau bahkan Angelina Jolie? Ya jelas tidak. Akting Al masih terasa sedikit kaku. Namun, andai jalan akting adalah yang ingin digelutinya, Al memiliki potensi. Ia hanya perlu jam terbang lebih banyak.** (Jul/Ade)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya