Liputan6.com, Jakarta Hari itu seharusnya menjadi hari yang paling istimewa bagi para pelajar kota kecil Silverton, Oregon, Amerika Serikat.
Acara wisuda yang tengah berjalan dengan khidmat tiba-tiba berubah menjadi bencana setelah muncul badai. Gedung sekolah satu-satunya tempat perlindungan terancam diterjang badai besar.
Di tempat lain, sekelompok orang pemburu badai malah menuju ke arah pusaran berusaha mendokumentasikannya untuk kepentingan pekerjaan. Sedangkan sebagian hanya karena ingin terlihat keren di Youtube.
Begitulah sekilas cerita awal dari film Into The Storm, yang diproduksi oleh Warner Bros Picture dengan produser Todd Garner, disutradarai Steven Quale yang pernah menggarap efek khusus film Titanic, Avatar, dan Final Destination 5, film-film yang kualitas dan efeknya tidak perlu diragukan lagi. Delapan belas tahun setelah Hollywood merilis film tentang badai tornado, Twister (1996) dan puluhan dokumenter sejenis ini di Discovery atau National Geographic Channel, amukan alam ini rupanya masih dipercaya mendatangkan penonton. Film ini diuntungkan perkembangan teknologi sinema hingga menghasilkan gambaran badai lebih dahsyat.  Â
Kendati begitu, film Into `The Storm` tidak hanya menampilkan efek-efek bencana dari pusaran badai yang menakjubkan sekaligus mengerikan. Drama dan action triller menjadi bagian yang kuat dari film ini. Fenomena alam di film ini sangat dahsyat. Bukan satu, dua atau tiga badai yang terjadi. Anda bisa menghitung sendiri saat menontonnya langsung.
Aktor Richard Armitage yang berperan sebagai Gary, Ayah dari dua orang putra, memperlihatkan emosinya saat berusaha menyelamatkan putranya yang bernama Donny. Sedangkan Aktris Sarah Wayne Callies yang memerankan tokoh Allison, seorang wanita single yang paham tentang badai serta ibu dari putri berusia 5 tahun memahami bahwa badai yang terjadi di Silverton di luar perkiraannya.
Tokoh Pete, rekan dari Allison yang sangat bersemangat memburu badai, menjadi ciut nyalinya tatkala kameramennya meninggal karena terhisap badai badai angin bercampur api. Badai inilah yang menjadi favorit saya, tidak salah jika badai ini menjadi cover utama film `Into The Storm`.
Upaya memburu badai berubah menjadi aksi menyelamatkan para pelajar yang tinggal di gedung sekolah. Di film ini anda tidak akan begitu memperdulikan hal yang ganjil (tak masuk akal), karena banyak hal-hal yang keren dan menegangkan yang bisa anda nikmati.
Di Amerika badai tornado sering terjadi sehingga tidak heran jika sistem keamanan dari badai telah disiapkan, ini berbeda jika terjadi puting beliung di Indonesia. Sudah ada sistem keamanan saja menimbulkan banyak korban jiwa, apalagi jika tidak ada?
Â
Film ini benar-benar menunjukkan fenomena alam yang sangat dahsyat. Bukan satu, dua atau tiga badai yang terjadi. Anda bisa menghitung sendiri saat menontonnya langsung. Setelah menonton film ini, anda akan melihat bahwa keberadaan kamera video sangat penting bagi kehidupan. Setujukah anda?
Satu lagi, di tengah film Anda juga bisa menebak-nebak apakah misi masuk pusaran badai tercapai apa tidak? Karena film ini, sesuai judulnya, juga tentang into the storm.  Â
Advertisement