Kami Sudah Nonton `Stand By Me Doraemon`, Ini Resensinya

Stand By Me Doraemon tampak betul hendak memanjakan mereka yang tumbuh sejak kecil bersama Doraemon di Minggu pagi.

oleh Ade Irwansyah diperbarui 04 Des 2014, 09:30 WIB
Diterbitkan 04 Des 2014, 09:30 WIB
Nuansa Sedih di Soundtrack Stand By Me Doraemon
Nuansa Sedih di Soundtrack Stand By Me Doraemon

Liputan6.com, Jakarta Di dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali Doraemon di Minggu pagi.

Kalimat di atas populer di Twitter. Ya, demikianlah adanya. Serial kartun terus berganti, tapi tidak Doraemon yang terus tayang saban Minggu pagi selama 24 tahun ini di TV kita, sejak 4 November 1990.

Bayangkan, 24 TAHUN! Jika ia seorang manusia berumur sejumlah itu, Doraemon sudah lulus kuliah, mulai bekerja, atau baru menikah, bahkan mungkin sudah punya satu anak.

Yang jelas, selama 24 tahun ini, Doraemon sangat berarti bagi sebuah generasi. Generasi 1990-an dan setelahnya tumbuh bersama Doraemon dan kawan-kawannya: Nobita, Shizuka, Giant, Suneo, Jaiko, Dorami, Dekisugi, dan lainnya.

Nah, bagi merekalah sedianya film Stand By Me Doraemon ini tampaknya ditujukan. Tampak betul, film ini hendak memanjakan mereka yang tumbuh sejak kecil bersama Doraemon di Minggu pagi.

Oleh karena itu, ketika trailer film Stand By Me Doraemon muncul awal tahun ini, kita mengiranya sebagai film terakhir Doraemon. kita telanjur menyangka ini adalah film yang mengisahkan perpisahan Doraemon dengan Nobita. Trailernya juga memberi gambaran bagaimana akhir kisah cinta Nobita. Apakah ia jadi nikah dengan Shizuka atau tidak.

Dari situ rasa penasaran kita pada film ini begitu tinggi. Tak ayal, Stand By Me Doraemon begitu ditunggu kehadirannya.

Kenapa bisa muncul rasa semacam itu?

Pertanyaannya, kenapa bisa muncul rasa semacam itu?

Well, pada akhirnya, setiap hal mungkin memang membutuhkan suatu akhir. Begitupun kisah Doraemon bagi generasi yang menontonnya sejak kecil. Generasi ini kebanyakan sudah tak nonton lagi serial Doraemon di Minggu pagi. Hal itu menjadi giliran anak-anak mereka sekarang. Namun, generasi ini sadar sepenuhnya Doraemon tak kunjung tamat. Lantas, mereka bertanya-tanya, seperti apa sih akhir kisah Doraemon? Bagaimana bila Doraemon berpisah dengan Nobita? Dan apa betul Nobita akhirnya menikah dengan Shizuka? Setelah menonton filmnya Rabu (3/12/2014) malam di bioskop BlitzMegaplex Grand Indonesia, Jakarta Pusat, apa rasa penasaran akan akhir kisah Doraemon terjawab?

Tanpa bermaksud spoiler atawa membocorkan kejutan ceritanya, keliru kalau mengira Stand By Me Doraemon adalah kisah terakhir petualangan Doraemon dan Nobita.

Kita sudah salah mengartikan trailernya. Memang ada potongan momen perpisahan Doraemon dan Nobita di trailernya. Begitu juga potongan momen Nobita dan Shizuka dewasa.

Inti Cerita Doraemon

Inti Cerita Doraemon

Stand By Me Doraemon sejatinya adalah rangkuman kisah Doraemon yang sudah kita akrabi sejak kecil. Tidak seperti film kartun panjang Doraemon (itu lho, kisah petualangan Doraemon dan Nobita yang judulnya macam "Petualangan Nobita di Dasar Laut" atau "Nobita di Kerajaan Matahari"), kisah Stand By Me Doraemon dimulai dari awal lagi saat cicit Nobita, Sewashi dari abad ke-22, datang bersama Doraemon menemui Nobita di masa kecil.

Doraemon semula ogah menolong Nobita. Tapi Sewashi memaksanya. Ia akhirnya memprogram ulang si robot kucing biru ini. Program itu berisi perintah, Doraemon tak bisa kembali ke abad 22 sampai bisa membuat hidup Nobita bahagia.

Apa yang membuat Nobita Bahagia?

Nah, apa yang membuat Nobita bahagia? Ya, tentu menjadi nomor satu di kelas serta pada akhirnya menikahi Shizuka.

Seputar itulah inti kisah filmnya. Film panjang Doraemon berformat animasi komputer grafik 3D macam film-film Pixar yang disutradarai duo Yagi Ryuichi-Yamazaki Takashi ini selain mengajak penontonnya bernostalgia juga punya pesan tentang kemandirian hidup. Bahkan Nobita pun sadar tak sepatutnya terus-terusan menggantungkan diri pada alat-alat Doraemon saat ditimpa kesusahan.

Dalam berbagai cerita Doraemon, pengarangnya, Fujiko F. Fujio selalu mengisahkan Nobita yang pemalas, ceroboh, dan lemah minta bantuan Doraemon setiap kali kena masalah. Doraemon memang membantunya dengan berbagai alat-alat canggihnya. Tapi Nobita seringkali pula kena sial karena menyalahgunakan alat Doraemon atau terlalu asyik memakai alat itu.

Cendekiawan Saya Shiraishi dalam esainya tentang Doraemon tahun 2000 di harian Kompas, menafsirkan perilaku Nobita sebagai "konsumen yang kreatif". Seakan jadi formula baku, Nobita selalu menggunakan alat pemberian Doraemon di luar niatan awalnya.

Percobaan Nobita memang kerap berujung petaka. Tapi, keingintahuan dan optimismenya tak pernah hilang. Shiraishi menyimpulkan, "Keingintahuan anak-anak, rasa bebas, dan pikiran jernih pada akhirnya akan menghasilkan beragam produk teknologi, yang dibawa Doraemon dari masa depan."

Lantas pula, hubungan Doraemon dengan Nobita pun beranjak dari hubungan produsen dan konsumen pada persahabatan. Ini juga mungkin pesan penting Doraemon bagi dunia marketing. Pada gilirannya, Doraemon sang produsen tak bisa dilepaskan dari Nobita sang konsumen. Keduanya saling membutuhkan. Bahkan persahabatan erat timbul seiring waktu.

Ya, itulah tampaknya inti judul film ini, Stand By Me Doraemon. Tetaplah bersamaku, Doraemon, sahabatku. (Ade/Me)

 

Baca juga: 

 5 Alasan Stand By Me Doraemon Wajib Tonton

Bagaimana Sesungguhnya Awal dan Akhir Doraemon?

 `Stand By Me Doraemon` Bukan Film Terakhir Doraemon

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya