Liputan6.com, Jakarta Salah satu tarian yang ada di Indonesia adalah trian Zapin. Tari Zapin merupakan salah satu dari pada berbagai jenis tarian Melayu yang masih ada hingga sekarang. Tarian Zapin berasal dari perkataan Arab yaitu “Zaffan” yang artinya penari dan “Al-Zafn” yang artinya gerak kaki. Tarian ini diilhamkan oleh peranakan Arab dan diketahui berasal dari Yaman. Setelah dibawa dari Yaman oleh para pedagang Arab pada awal abad ke-16, Tarian Zapin ini kemudian merebak ke negeri-negeri sekitar Johor seperti di Riau, Singapura, Sarawak dan Brunei Darusalam.
Zapin masuk ke Nusantara sejalan dengan berkembangnya agama Islam sejak abad ke 13 Masehi. Kesenian yang dibawa para pendatang tersebut kemudian berkembang di kalangan masyarakat pemeluk agama Islam, sekarang kita dapat menemukan Zapin hampir diseluruh pesisir Nusantara, seperti : pesisir timur Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung. Jakarta, pesisir Utara – Timur dan Selatan Jawa. Nagara, Mataram, Sumbawa, Maumere. Seluruh pesisir Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Ternate, dan Ambon. Sedangkan di negara tetangga terdapat di Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.
Di Nusantara, Zapin dikenal dalam 2 jenis, yaitu Zapin Arab yang mengalami perubahan secara lamban, dan masih dipertahankan oleh masyarakat turunan Arab. Jenis kedua adalah Zapin Melayu yang ditumbuhkan oleh para ahli lokal, dan disesuaikan dengan lingkungan masyarakatnya. Kalau Zapin Arab hanya dikenal satu gaya saja, maka Zapin Melayu sangat beragam dalam gayanya. Begitu pula sebutan untuk tari tersebut tergantung dari bahasa atau dialek lokal di mana dia tumbuh dan berkembang. Sebutan Zapin umumnya dijumpai di Sumatera Utara dan Riau, sedangkan di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu menyebutnya Satu diambil dari Alif. Julukan Bedana terdapat di Lampung, sedangkan di Jawa umumnya menyebut Zafin. Masyarakat Kalimantan cenderung memberi nama Jepin, di Sulawesi Selatan disebut Jippeng, Sulawesi Tenggara disebut Balumpa dan di Maluku lebih akrab dengan nama Jepen. Sementara di Nusatenggara dikenal dengan julukan Dana-dani.
Advertisement
Berangkat dari keberagaman Zapin yang tumbuh subur di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, akan menyelenggarakan Temu Zapin Nusantara 2015. Kegiatan bertaraf nasional ini akan diikuti oleh peserta perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia dan akan digelar pada tanggal 28 – 29 November 2015 di Candi Bentar – Taman Mini Indonesia Indah.
Kegiatan Temu Zapin Nusantara 2015 ini adalah merupakan bentuk kepedulian Bapak Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia kepada Zapin dan seni lainnya.
Selain menampilkan tarian masing-masing peserta, panitia Temu Zapin Nusantara 2015 juga akan menggelar Sarasehan dan Workshop bagi peserta Temu Zapin dari berbagai daerah.
Kesepakatan tim narasumber Temu Zapin Nusantara 2015, yang terdiri dari : Tom Ibnur, Rizaldi Siagian, Maria Darmaningsih, Eri Mefry, Sulistyo S. Tirtokusumo bahwa bentuk pergelaran dan konsep tarian yang disuguhkan merupakan khasanah Zapin yang ada diberbagai daerah, baik itu untuk tarian Zapin tradisi maupun Zapin garapan (kreasi baru). Jika ada dan memungkinkan diharapkan tiap grup bisa menampilkan sumber tarian yang otentik (pijakan karya) yang dibuat menjadi satu kesatuan dengan tari garapan yang dipersembahkan. Pijakan karya tersebut dapat dimunculkan diawal ataupun ditengah tari garapan.
Tom Ibnur, salah satu narasumber yang telah dikonfirmasi mengatakan bahwa, tari Zapin saat ini telah memberi kontribusi terhadap karya baru dunia tari di Indonesia. “ Ya, walau pengaruh itu hanya pada gerak atau musiknya saja. Tapi cukup berpengaruh, “ ujar Tom Ibnur yang juga dikenal sebagai seorang penata tari .
Menurutnya, Zapin telah lama berkembang di Indonesia, terutama pada wilayah - wilayah dimana suku Melayu tinggal. Tari Zapin ini berkembang dengan sangat bagus di Indonesia. Maka tidak heran jika Indonesia adalah negara yang memiliki banyak tari Zapin.
Tari Zapin dikenal sebagai tari pergaulan, jadi pada saat tampil nanti tidak akan ada jarak antara penampil dan penonton, supaya "rasa pergaulan" dari tari Zapin bisa betul-betul muncul. Zapin dapat juga dijadikan sarana pergaulan yang dapat tumbuh dan saling mengikat secara emosi antara pulau dan provinsi di Indonesia.