Liputan6.com, Jakarta - Ada Apa dengan Cinta (AADC) sukses menjadi film nasional paling fenomenal di Tanah Air yang tayang di era 2000-an. Setelah 14 tahun berlalu, Mira Lesmana dan Riri Riza mengumumkan beberapa bulan lalu jika AADC dibuatkan sekuel.
Kabar bahagia itu begitu heboh di media sosial. Proses syuting pun dimulai di Yogyakarta pada akhir Oktober lalu. Berselang beberapa bulan, AADC 2 akhirnya resmi merilis teaser trailer. Meski baru teaser, lagi-lagi AADC menjadi perbincangan.
Baca Juga
Advertisement
Di video berdurasi 30 detik itu ditampilkan Rangga (Nicholas Saputra) membaca sepenggal puisi sebagai backsound gambar pertemuannya dengan Cinta. Dalam sekejap puisi tersebut pun menjadi heboh. Ternyata sosok M. Aan Mansyur, penyair asal Makassar, yang menjadi otak di balik puisi indah di AADC 2.
Aan Mansyur dipercaya Mira Lesmana membuat puisi untuk film AADC 2. Bagi pencinta sastra, Aan Mansyur sudah terkenal lewat buku-buku puisinya, seperti Kukila (2012) dan Melihat Api Bekerja (2015). Lalu seperti apa cerita Aan bisa terlibat di sekuel AADC?
Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, itu mendapat tawaran dari Mira Lesmana pada April lalu saat peluncuran bukunya di Yogyakarta. Aan Mansyur lalu menerima ajakan Mira Lesmana lantaran ia merasa diberi kesempatan untuk berterima kasih kepada AADC.
Baca Juga
"Bagaimana pun, saya merasa AADC punya sumbangsih besar sekali. Mau orang akui atau tidak, AADC punya peran besar banget membuat wajah puisi Indonesia sekarang," ujar Aan Mansyur dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Selasa (22/12/2015).
"Jadi orang tiba-tiba juga membaca puisi, anak-anak muda dulu atau orang mungkin pikir cuma yang tua-tua banget. Kita enggak membayangkan anak-anak muda bawa-bawa buku puisi, baca puisi. Terlibat di sini sekarang artinya membuat saya sebagai orang yang menulis puisi bisa lebih percaya diri," lanjutnya.
Dalam menulis puisi AADC 2, Aan Mansyur melakukan banyak riset. Selain menonton berulang kali film AADC pertama, ia juga banyak membaca buku tentang New York di mana kota tersebut menjadi tempat Rangga menetap setelah memutuskan meninggal Jakarta.
"Suasana semacam apa yang bisa dia rasakan ketika dia kangen tanah airnya atau orang-orang yang dia cintai di negaranya, tapi dia harus tinggal di New York. Saya mengikuti sejumlah akun Instagram orang-orang yang memotret Kota New York supaya saya bisa lihat warna-warninya," kata Aan Mansyur.
Bahkan Aan Mansyur sampai harus memposisikan dirinya seperti Rangga dan bagaimana cara berpikirnya. Aan menulis puisi-puisi untuk AADC 2 selama 3 bulan.
"Puisi-puisi Rangga di film ini lahir dari cara berpikir Rangga dan juga persoalan-persoalan yang dihadapi Rangga. Rangga begitu percaya dengan yang disebut sebagai kekuatan kata-kata dan kekuatan bahasa," pungkas Aan Mansyur. (Fir/fei)**