Liputan6.com, Jakarta - Dangdut Academy Asia telah memasuki babak akhir. Setelah 1,5 bulan menjalani kompetisi ketat, 3 kontestan telah terpilih menjadi 3 terbaik yang layak masuk Grand Final. Dua wakil Indonesia akan bertarung dengan satu wakil dari Malaysia.
Lesti dan Danang, serta Shiha Zikir mampu mengalahkan para pesaingnya sejak masing-masing berada di Group awal, Top 20. Ketiganya kerap memuncaki klasemen berkat penampilan spektakuler hingga akhirnya nanti bertemu di pertarungan klimaks kompetisi. Siapa yang akan jadi juara?
Baca Juga
Baca Juga
Sebelum itu, kami telah merangkum kiprah ketiganya dalam review singkat. Berikut kami turunkan tulisan singkat tentang keunggulan, potensi dan prediksi finalis ketiga, yaitu Shiha Zikir di Grand Final yang akan dimulai Senin (28/12/2015) malam ini.
Advertisement
Shiha Zikir
Shiha Zikir layaknya primadona di ajang Dangdut Academy Asia. Wajah cantiknya begitu mirip dengan penyanyi Rossa. Tak hanya wajah, cara tertawanya, juga caranya bernyanyi cukup terdengar serupa dengan salah satu diva Indonesia ini.
Shiha sudah menunjukan jiwa kompetisinya sejak masuk di Group B Top 20. Meski harus bersaing dengan jagoan tuan rumah, Aty Selayar, Shiha tak gentar. Ia bahkan langsung memuncaki klasemen dengan nilai 685 poin, unggul hingga 38 angka dari Aty. Sejak itu, ia dianggap sebagai penantang serius yang tak bisa dipandang remeh.
Nama Shiha sebenarnya sudah cukup dikenal di Malaysia. Melalui video yang banyak tersebar di YouTube, kita bisa melihat Shiha mampu bernyanyi dengan banyak genre musik. Tak heran, juri dan komentator sudah memprediksi sejak dini jika Shiha akan melaju ke final dengan mulus. Shiha rasanya memang layak dijagokan.
Prediksi ini pun tak meleset. Shiha kini menjadi satu-satunya wakil negara Malaysia yang masih bertahan bahkan sukses menembus Grand Final Dangdut Academy Asia. Pemilik nama lengkap Nurshiha Mohd. Zikir ini memang tak seperti dua finalis lain. Ketika Lesti dan Danang selalu banjir pujian dengan raihan nilai diatas 90 poin bahkan ke angka 98, Shiha yang hanya mampu mendapat 94 untuk nilai tertingginya, kerap mendapat kritikan. Wajar saja, Shiha sejatinya memang bukan penyanyi dangdut murni.
Pernah menjadi salah satu kontestan ajang Akademy Fantasy Malaysia di tahun 2005 saat berusia 17 tahun, Shiha tak begitu cakap bercengkok dangdut. Tapi menurut Saipul Jamil, kemauan Shiha mempelajari musik dangdut selama kompetisi layak diacungi jempol.
Best performance-nya sejauh ini menurut juri dan komentar adalah saat ia menyanyikan lagu "Ratapan Anak Tiri". Lagu balada milik Iis Dahlia ini tak hanya terdengar sedih menyayat hati. Tapi Shiha nyaris merubahnya jadi terdengar seperti bukan lagu dangdut. Lebih tepatnya dangdut rasa Melayu.
Mas Idayu (Malaysia) menilai Shiha selalu menampilkan progres membanggakan sepanjang kompetisi. Fakhrul Razi (Brunei) dan Rosalina Musa (Singapura) berpendapat penghayatan Shiha pada sebuah lagu sangat dalam. Ini yang membuatnya terlihat sempurna.
Selama kompetisi, Shiha juga tak pernah main aman. Ketimbang menyanyikan lagu dangdut yang sudah populer, ia lebih memilih membawakan lagu Melayu yang terasa asing didengar. Tapi ini justru jadi keunggulannya sejauh ini. Pak Ngah memuji Shiha tak hanya berkompetisi tapi juga membawa budaya bangsa lebih dikenal Asia.
Sejatinya, inilah tujuan kompetisi Dangdut Academy Asia digelar. Shiha, lajang kelahiran 2 November 1987, bisa dibilang hanya menjadi kuda hitam di Grand Final. Meski begitu, prestasinya patut diapresiasi lebih. Seperti pengakuannya di konser terakhir sebelum lolos ketika ditanya apakah ia yakin bakal menembus Grand Final? Ia hanya menjawab singkat,"nothing to lose". Mungkinkah dengan tampil tanpa beban, Shiha mampu jadi juara dan membalikan semua prediksi?
Advertisement