Liputan6.com, Jakarta Sejak menit-menit awal OurKind of Traitor, penonton telah diberi peringatan dini secara tersamar, bahwa ada sesuatu yang sangat 'salah' dalam dunia di film ini. Di balik aula tempat penari balet Rusia tengah meliuk dengan indah, sebuah pertemuan resmi dengan senyum-senyum palsu tengah digelar.Â
Kontras antara dua keadaan ini, yang terasa begitu ganjil, terjawab beberapa menit sesudahnya. Satu keluarga—ibu-anak yang menonton balet serta sang ayah yang menandatangani perjanjian di pertemuan tersebut—diberondong peluru tanpa belas kasihan.
Advertisement
Baca Juga
Â
Perry (Ewan McGregor), dosen asal Inggris dengan rumah tangga bermasalah, tanpa sengaja masuk dalam pusaran masalah berbahaya ini saat berlibur ke Maroko. Di sana, ia berjumpa dengan Dima (Stellan Skarsgard). Pesta pora dan duel di lapangan tenis dengan pria tersebut, ternyata berbuah permintaan berbahaya dari Dima.
Dima, yang ternyata bos mafia Rusia, meminta Perry untuk menghubungkannya dengan badan intelijen MI6. Dima ingin menjual informasi rahasia yang berkaitan dengan korupsi petinggi Inggris dan Rusia, dengan imbalan agar keluarganya selamat. Ia ingin istri dan anaknya lepas dari takdir serupa yang merenggut nyawa keluarga di awal film ini.
Bila memang harus mengkotak-kotakkan film dalam satu jenis genre, Our Kind of Traitor mungkin bisa disebut sebagai film thriller-suspense dengan beragam bumbu. Ada bumbu drama yang bercerita soal keretakan rumah tangga antara Perry dan istrinya, Gail (Naomie Harris). Misi pribadi Hector (Damian Lewis), sang agen MI6. Juga soal kehangatan antara Dima dengan keluarganya, termasuk keluarga besarnya sebagai mafia.
Bumbu drama ini, memberikan dimensi kedalaman tersendiri untuk karakter-karakter dalam film ini. Terutama pada relasi Dima dan istrinya yang terasa begitu hangat, namun tetap gagah berani layaknya mafia yang tak takut mati.
Salah satu adegan paling kuat dalam film ini, adalah kala Dima tengah dibantu istrinya berpakaian, untuk menghadiri pertemuannya dengan tokoh antagonis dalam film ini. Dima dan istrinya tahu bahwa maut akan mengintai mereka, tepat setelah mereka keluar kamar. Beragam emosi, seperti cinta dan ketakutan, berhasil ditunjukkan dalam satu adegan pendek tanpa kata-kata ini.
Â
Bumbu lain dalam film ini, adalah laga. Memang, tak banyak adegan dar-der-dor dalam film ini. Namun porsi dan penempatan adegan ini terasa pas, sebagai puncak dari ketegangan yang dijalin sepanjang film.
Bicara soal ketegangan, tampaknya hal ini memang menjadi elemen terkuat dari Our Kind of Traitor. Sutradara Susanna White, berhasil mengajak penonton untuk ikut merasakan kondisi psikologis Perry dan Dima. Penonton dibawa dalam dunia di mana tak ada orang yang bisa dipercaya, dan segala hal mengandung bahaya. Bahkan segelas teh dan sepiring kudapan pun terasa penuh dengan ancaman.
Keberhasilan menghadirkan ketegangan ini menutup sedikit kejanggalan film ini. Yakni, alasan Perry untuk mau membantu Dima, yang terasa lumayan lemah.Â
Namun di luar itu, Our Kind of Traitor adalah sebuah film lengkap untuk Anda yang gemar mengejar ketegangan dalam film. Terutama, yang dibumbui dengan drama dan intrik politik.
Our Kind of Traitor, mulai diputar di bioskop Indonesia mulai 17 Agustus 2016 mendatang.Â