Liputan6.com, Los Angeles: Prince menghembuskan napas terakhir di kediamannya di Paisley Park, Minnesota, Amerika Serikat, 21 April 2016. Berbagai spekulasi tentang penyebab kematian Prince muncul bergiliran, menyebutkan bahwa ia meninggal akibat mengidap HIV/AIDS.
Sebelum meninggal dunia, kondisi Prince sudah sangat mengerikan. Wajahnya kekuningan, kulit di lehernya bergelambir dan ujung jarinya berwarna kuning kecokelatan. Prince pun akhirnya menyerah.
Advertisement
Baca Juga
Laporan toksikologi baru menunjukkan Prince tewas karena mengnonsumsi obat-obatan dalam kadar yang sangat tinggi.
Laman Associated Press melaporkan, Selasa (27/3/2018), hasil otopsi Prince menemukan kandungan Duragesic (fentanyl transdermal) di dalam tubuhnya.
Penyalahgunaan Obat
Diwartakan AP, ditemukan kandungan 450 mikrogram per kilogram duragesic di hati Prince. Para ahli menyebutkan, konsumsi zat tersebut lebih dari 69 mikrogram per kilogram, dan itu sangat berbahaya bagi tubuh.
Laman www.webmd.com menuliskan, fentanyl adalah obat penghilang rasa nyeri yang sering digunakan setelah operasi. Ironisnya, obat ini malah disalahgunakan dan memakan banyak korban.
Advertisement
Ditemukan Botol Berserakan
Isu Prince meninggal akibat kecanduan obat sempat beredar luas. Tim medis dan pihak berwajib setempat menemukan botol berserakan di dekat tubuh Prince yang tengah tak berdaya saat itu.
Ingin Sembuh?
Sebelum meninggal, Prince dikabarkan sempat mengunjungi dokter sebanyak dua kali. Dalam laporan disebutkan, Dr. Michael Todd Schulenberg sempat bertemu dan menangani Prince selama beberapa hari, tercatat 7 dan 20 April 2016.
Advertisement
Bertemu Psikolog
Saat itu, Dr Howard Kornfled membawakan buprenorphine, obat yang digunakan menangani pasien kecanduan. Selain dokter, Prince juga dilaporkan menemui psikolog. Sayangnya, identitas psikolog itu tak diketahui hingga saat ini.