Liputan6.com, Bandung Film hadir sebagai medium paling efektif dalam menggambarkan dunia dan realitas manusia. Alasannya, karena film memiliki kekayaan unsur yang multidimensi serta kompleks.
Dalam artian yang luas, film tidak semata berfungsi sebagai sarana hiburan penuh estetik, tapi juga memberikan edukasi serta dapat menangkap fenomena sosial. Tidak heran jika film memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi kehidupan manusia.
Landasan tersebut yang kemudian menginspirasi bank bjb giat melakukan dukungan, baik materi maupun moril terhadap perkembangan industri perfilman nasional. Tujuannya untuk menyebarluaskan pesan bernada positif dalam upaya membangun Indonesia memahami negeri.Â
Advertisement
Dua film berjudul "Seteru" serta "Guru Ngaji" yang masing-masing dirilis pada tahun 2017 dan 2018 dapat dijadikan contoh. Walau memiliki jalan cerita dan objek yang berbeda, tapi kedua film sama-sama membawa satu pesan moral, yakni perdamaian.
Pesan perdamaian dalam alur cerita film merupakan bentuk kritik halus terhadap keadaan terkini bangsa Indonesia yang tengah diterpa ancaman disintegrasi karena perbedaan suku maupun agama.Â
"bank bjb sangat peduli terhadap kondisi negeri agar tetap bersatu dalam menghadapi segala tantangan yang semakin berat. Kami pilih film-film yang bisa mengedukasi generasi muda untuk tetap menjaga kedamaian dan cinta tanah air," ujar Senior Vice President Divisi Corporate Secretary bank bjb, Hakim Putratama, beberapa waktu lalu.
Realisasi film "Seteru" merupakan tindak lanjut dari hasil kesepakatan antara bank bjb, Dapur Film, dan Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan. "Seteru" merupakan bentuk dukungan dari program pemerintah terkait bela negara dan ketahanan nasional.
Melalui film "Seteru", bank bjb yang memiliki peran penting sebagai agen perubahan nasional mengajak kalangan pelajar untuk senantiasa menyerukan gerakan antitawuran dan fokus pada pengembangan potensi diri.
"bank bjb merupakan lembaga perbankan yang memiliki tanggung jawab sosial dan berkewajiban menciptakan suasana kondusif di tengah masyarakat. Semoga pesan moral yang terkandung dalam 'Seteru' dapat menginspirasi pelajar agar potensi yang dimiliki disalurkan ke arah yang positif," ujar Hakim.
Langkah bank bjb dan Kementerian Pertahanan tersebut mendapat apresiasi dari sutradara film "Seteru", Hanung Bramantyo. Keterlibatan bank bjb menegaskan kehadiran negara dalam pembangunan infrastruktur perfilman untuk tujuan ketahanan nasional.Â
Pasalnya, konflik horisontal di kalangan pelajar merupakan tanggung jawab seluruh pihak. Untuk itu, negara perlu terlibat aktif dan menyampaikan pesan bernada positif melalui media yang digemari kalangan pelajar, salah satunya lewat film.
Terlebih lagi, gempuran film asing perlahan menggerus kreasi karya anak bangsa serta mengubah gaya hidup anak muda Indonesia. Hal tersebut secara tidak langsung mengikis identitas sebagai bangsa Indonesia.
"Generasi muda itu lupa siapa pahlawannya. (Lupa) apa arti nasionalisme dan mereka mengunggulkan produk luar. Secara kebudayaan dan ketahanan nasional ini sudah tergerus," ujar Hanung.
Film bergenre drama remaja tersebut berkisah tentang aksi tawuran yang telah terjadi selama bertahun-tahun antara dua Sekolah Menengah Atas. Perselisihan tersebut selalu meninggalkan dendam di setiap angkatan.
Sementara film "Guru Ngaji" yang dirilis merupakan hasil kerja sama antara bank bjb dan rumah produksi Chanex Ridhall Picture. Dibintangi oleh Donny Damara, Dodit Mulyanto, Dewi Irawan, Ence Bagus, Andania Suri, Verdi Solaiman, dan Akinza Chavelier.
Film berdurasi 100 menit tersebut merupakan bentuk apresiasi dan penghargaan yang dipersembahkan bank bjb untuk jasa seluruh guru mengaji di Indonesia. Bahkan, sebagian hasil keuntungan penjualan tiket film "Guru Ngaji" disumbangkan untuk peningkatan kesejahteraan guru mengaji di Indonesia melalui Dompet Dhuafa.
Â
Â
"Ini wujud komitmen kami untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Juga sebagai apresiasi kepada guru mengaji. Adalah sebuah kewajiban kami untuk terus memberikan kontribusi dalam membangun Indonesia dan memahami negeri," ujar Hakim.
Film "Guru Ngaji" sendiri bercerita mengenai dilema profesi seorang pendidik baca tulis Alquran bernama Mukri yang diperankan Donny Damara. Pasalnya, selain menjadi guru mengaji yang disegani, Mukri ternyata berprofesi sebagai badut.Â
Dua profesi yang terkesan begitu kontradiktif, karena badut selalu identik dengan tawa dan lelucon. Hal tersebut yang memaksa Mukri merahasiakan identitas badutnya dari keluarga dan masyarakat desa.
Film Guru Ngaji memiliki pesan moral yang sangat baik, dengan latar belakang kondisi ekonomi suatu keluarga dan pesan keagamaan yang dipadukan dengan hiburan dan pendidikan, menjadikan film ini sebagai sajian hiburan yang baik untuk ditonton.
Â
(Adv)