Manggung di Eropa, Burgerkill dan Deadsquad Dapat Pengalaman Unik

Burgerkill dan Deadsquad harus mengurusi peralatan mereka sendiri untuk manggung.

oleh Aditia Saputra diperbarui 15 Des 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2018, 16:00 WIB
Burgerkill dan Deadsquad
Burgerkill dan Deadsquad saat jumpa pers di kawasan Radio Dalam, Jakarta, Kamis (11/10/2018)

Liputan6.com, Jakarta Burgerkill dan Deadsquad, baru saja menjalani perjalanan tur keliling Eropa. Dua band metal ternama Indonesia itu melakukan kolaborasi dengan Supermusic dalam konser tur bertajuk Super Invasion 2018. Keduanya berangkat sejak 15 Oktober kemarin, namun jalan dengan rute yang berbeda. 

Deadsquad berkeliling selama 12 hari mulai dari Austria, Jerman, Swiss, Perancis, dan mengakhiri perjalanannya di Belanda.

Satu negara lainnya, yakni Belgia, batal mereka singgahi karena penyelenggara tidak siap.

Sementara perjalanan Burgerkill di Eropa sendriri berlangsung lebih lama mencapai 20 hari. Dimulai dari Perancis, Belgia, Jerman, Republik Ceko dan Polandia. Mereka bahkan sempat bertemu dan beraksi di panggung yang sama ketika berada di Amsterdam, Belanda, pada 25 Oktober 2018.

Beragam cerita menarik pun dibagikan kedua band cadas ini kepada media.  Welby Cahyadi, pembetot bass Deadsquad, misalnya. Dia bercerita kehilangan efek gitar saat sedang transit di Turki, sebelum mendarat di Praha, Republik Ceko.

Setibanya di Praha, Welby terpaksa harus mencari pengganti pedal efek, perlengkapan bandnya yang hilang tadi. Meski tidak semua toko alat musik menjualnya, harga pedal efek yang dicarinya itu juga relatif sangat mahal.

"Harganya lebih dari Rp 2 juta," ujar Daniel Mardhany, vokalis Deadsquad saat jumpa pers di Bioskop CGV, fX Plaza, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (14/12/2018).

 

 Pengalaman

[Fimela] Burgerkill
Syncronize Fest 2018 (Adrian Putra/Fimela.com)

Berbeda saat konser di Tanah Air, selama di Eropa, kebanyakan mereka harus mengurus peralatan bermusiknya sendiri. Kemanapun berpergian mengelilingi Eropa, Daniel, Welby, Stevie Item (gitar), Alvin Eka Putra (drum) dan Kharisma (gitar), harus mengurus sendiri peralatan band mereka, tanpa kru. Mereka juga bertanggung-jawab pada setiap alat band yang mereka bawa dan mainkan di panggung. 

Saat sesi nonton bareng After Movie Super Invasion European Tour --seperti pemutaran video dokumentasi-- digelar, terlihat sepenggal kisah para musisi metal ternama negeri ini yang menampilkan kilas balik perjalanan mereka selama 'mengguncang' panggung metal dunia, terutama Deadsquad.

Sepotong kecil lainnya diceritakan Burgerkill di video dokumenter itu.

Sejak Stevie cs mendarat di Praha, kemudian melakukan perjalanan darat menggunakan mini van untuk selanjutnya manggung di Graz, Austria, lalu ke Sebnitz di Jerman yang berbatasan dengan Ceko, ditengah udara yang cukup dingin, dibawah 15 derajat Celcius, mereka menceritakan penggalan pengalaman manggung di beberapa kafe di negara-negara tersebut.

 

Selanjutnya

Deadsquad
Deadsquad (Instagram)

Dari Sebnitz, Deadsquad melanjutkan perjalanan tur ke Solothurn, Swiss. "Tempat manggung di Soloturn adalah venue paling besar tempat Deadsquad manggung kemarin," kata Daniel.

Dari Soloturn, mereka melanjutkan tur ke dua kota di Perancis, yakni Paris dan Nantes. 

Dari Nantes, Perancis selatan, Daniel dkk 'naik' menuju Groningen dan Amsterdam, serta Rotterdam di Belanda.

"Bayangkan, dari Nantes ke Groningen itu perjalanan darat ditempuh selama 13 jam, dari Eropa yang kalau di peta ada dibawah, kami naik ke atas. Dan selama berada didalam mobil, kami tidak melakukan apapun. Sesampainya di Nantes, kami langsung manggung. Ini luar biasa," kata Stevie.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya