Liputan6.com, Jakarta Sejak hari itu, komunikasiku dengan Ian merenggang. Hati kecilku berkata aku yang salah. Untuk minta maaf, egoku terlalu tinggi. Lagipula temanku enggak cuma Ian. Masih ada Rudy, Aldo, dan Dion. Aktivitas Ian di Instagram baik unggahan foto maupun Instagram Stories akhirnya kubisukan.
Entah mengapa tiap kali melihat unggahannya yang baru, aku kok merasa deg-degan. Rasa bersalah terus membayang dan kenangan zaman kami curhat-curhatan mendadak tergambar jelas. Dengan tak pernah melihat aktivitas Ian di jagat maya, sejujurnya hatiku sedikit lebih lega.
Advertisement
Baca Juga
Sekarang kalau ada apa-apa termasuk sedang berantem kecil dengan Agha aku curhat ke Rudy. Suatu hari, seorang reporter infotainment bertandang ke lokasi syuting dan menungguiku hingga selesai syuting jam 11 malam.
Ditunggui Reporter Infotainment
Usai syuting, reporter ini mendekatiku dan minta waktu wawancara sejenak. Perasaanku mulai tak enak. Tapi melihat muka reporter ini capek menunggu dari jam 1 siang, aku jadi tidak tega. Akhirnya kuberi waktu tapi tak lebih dari 10 menit. Lampu kamera menyala. Mikrofon dipegangi sang reporter.
“Oke, Chanda boleh sedikit update apa aktivitas seharian tadi?” tanya mbak repoter, sebut saja Ani.
“Hari ini syuting sinetron Kembali Ke Hati, jujur sudah lupa episode ke berapa tapi ini menandakan banyaknya episode yang aku jalani dan masyarakat menyukai cerita sinetron ini,” jawabku sambil sesekali tersenyum.
“Ini kali pertama beradu akting dengan Agha, seperti apa rasanya?”
“Sebenarnya ini bukan kali pertama, sih. Dulu pernah satu sinetron, kan di Meniti Pelangi.”
Advertisement
Kenapa Selalu Dikaitkan Dengan Madha?
Nah, sampai di sini mbak reporter mulai mengulik lebih dalam.
“Tapi, kan di Meniti Pelangi enggak sedekat sekarang?” Mbak reporter mencecarku.
“Iya, kan waktu itu dia pemeran pendukung, aku pemeran utama makanya jarang banget satu scene. Pertemuannya tidak seintens sekarang. Sekarang, kan sama-sama pemeran utama,” jawabku dengan nada datar. Mulai malas, sih.
“Tapi Chanda sendiri di luar lokasi syuting sedekat apa dengan Agha?”
“Ya, dekatlah kan tiap hari ketemu.”
“Tapi Madha sendiri tahu kalau kamu dekat dengan Agha?”
“Kenapa selalu dikaitkan dengan Madha, sih Mbak? Kan aku juga punya kehidupan sendiri jadi enggak harus, dong apa-apa dengan Madha. Apa-apa harus mikirin Madha?”
Tapi...
“Tapi sekalian mau konfirmasi, nih Chan. Berarti memang dengan Madha sudah putus, ya?”
“Wah tanya ke orangnya, deh. Sudah ya, aku enggak mau nyampe rumah udah ganti hari soalnya besok syuting pagi,” ujarku sambil membalik badan.
“Tapi...”
“Aduh Mbak infotainment nanyanya pakai tapi melulu. Masih banyak kata-kata lain kali Mbaaak.”
Aku masuk mobil, menghela napas panjang lalu meminta Kang Manu tancap gas. Dalam kondisi seperti ini aku sebenarnya berharap Agha membantuku menjelaskan kepada wartawan apa yang sebenarnya terjadi dengan bahasa yang lebih diplomatis.
Tapi Agha sangat cuek dan membatasi diri dengan awak media. Kalau kayak begini caranya lebih baik aku mengikuti gaya Agha saja.
Advertisement
Sumpah Serapah Untukku
Keesokan harinya aku terbangun jam 6 pagi. Yang bikin syok, notifikasi dari akun Instagram mencapai ribuan. Penasaran, aku cek akun dan ya Tuhan... komentar di unggahanku yang terakhir membanjir.
Sengaja tak kubuka karena perasaanku enggak enak. Kutinggal mandi, mengemasi baju ganti dan peranti rias bersama asisten rumah tangga. Lalu masuk ke mobil. Kang Manu tancap gas.
Penasaran, akhirnya aku mengecek kolom komentar. Dan ya, warganet yang budiman menyemburkan sumpah serapah kepadaku dan dukungan buat Madha. Sial!
Naik Alphard Nyambung Pakai Angkot
“Oh, Raja Cinlok dapat mangsa baru. Bodoh aja nih cewek mau dimangsa. Enggak lihat dulunya si Raja Cinlok jalan sama siapa saja?”
“Serius ninggalin Madha demi tukang cilok? Eh, cinlok? Wah sakit, nih cewek!”
“Ini cewek bukan sakit, sih. Cuma sedeng. Madha, cewek bukan cuma dia doang. Siapa tahu habis ini dapat sesama aktris layar lebar. Sama-sama berkelas. Nanti hitungan bulan nih artes sinetron bakalan nangis dan nyesel ninggalin Madha-ku.”
“Nanti sinetron tamat, tamat juga jadiannya!”
“Dari Madha ke Agha? Duh berasa habis naik Alphard nyambung pakai angkot.”
Itu hanya 5 dari sekian ribu komentar jahanam warganet. Aku belum unggah foto berdua dengan Agha saja komentar pedasnya ribuan. Apa kabar kalau aku unggah foto makan malam bareng Agha, ya? Bisa puluhan ribu komentar pedas membanjir. Belum lagi para penyusup di direct message.
Advertisement
Matikan Kolom Komentar
Sebenarnya berkali-kali Agha mengingatkan agar kolom komentar Instagram sebaiknya dimatikan. Selain berisi sumpah serapah, kolom komentar isinya orang menumpang beriklan gratis dari peninggi badan, pelangsing tubuh, sampai pembesar payudara.
Lama-lama aku pikir saran Agha ada benarnya. Besok aku akan bikin pembalasan buat warganet yang budiman. Aku akan mengunggah foto berdua dengan Agha untuk kali pertama lalu kolom komentar kumatikan. Kita lihat, mau nyampah di mana orang-orang ini setelah kolom komentar kumatikan?
Diunggah Akun Gosip
Hari berganti. Aku mengeksekusi rencana kemarin. Fotoku bersama Agha saat kali pertama ia menjemputku lalu berangkat ke lokasi syuting kuunggah. Kolom komentar kumatikan. Mereka hanya bisa menyukai foto itu atau tidak sama sekali. Beberapa orang mengirim pesan langsung. Isinya hanya dua macam, menanyakan apa benar kami pacaran dan menyumpahiku. Tak kugubris.
Sialnya, tangkapan layar fotoku bareng Agha lantas diunggah akun gosip. Di sanalah belasan ribu komentar sadis menggenang bagai air bah. Ini dipicu status teks admin yang provokatif.
Advertisement
Yang Penting Kita Bahagia
“Selamat tinggal babang box office, selamat datang ke hatiku babang stripping. Duh enaknya diantar dan dijemput pacal baru. Kamu Mblo, diantar dan dijemput kang ojol juga udah bagus,” tulis admin. Entah cowok atau cewek.
Kesal, kuluapkan amarahku kepada Agha.
“Selow banget hidupmu sampai sempat ngurusin akun gosip dan netizen. Kamu bahagia enggak jalan sama aku?”
“Bahagialah,” sahutku pada Agha.
“Ya sudah, yang penting kita bahagia. Persetan omongan netizen. Kita enggak makan dari celaan mereka. Titik.”
(Bersambung)
(Anjali L.)
Disclaimer:
Kisah dalam cerita ini adalah milik penulis. Jika ada kesamaan jalan cerita, tokoh dan tempat kejadian itu hanya kebetulan. Seluruh karya ini dilindungi oleh hak cipta di bawah publikasi Liputan6.com.