Liputan6.com, Jakarta “Empat tahu lalu waktu gue menikah dengan Franky, kita banyak sekali gosip yang banyak sekali orang menghakimi kami,” curhat Feby Febiola mengenang fase berat kehidupannya bareng Franky Sihombing.
Saat ujian berupa kanker ovarium stadium 1C menerjang, Feby Febiola mengalami pergulatan batin. Feby Febiola menimbang haruskah merahasiakan kanker ini kepada publik atau mengumumkannya.
Advertisement
Baca Juga
Jika memberi tahu publik, siapkah Feby Febiola dikomentari warganet. Maklum, selain bergerak cepat, jemari warganet dikenal lihai dalam merangkai kata-kata pedas. Franky Sihombong menyarakannya bersikap terbuka.
Jadi Berkat Buat Orang
“Tapi, sekali lagi, aku dan suami berdiskusi. Franky bilang, coba deh mungkin sesuatu yang terjadi sama kamu ini bisa menjadi berkat buat orang melalui sakit yang kamu alami. Kamu bisa bagi pengalaman hidup kamu. Apa yang kamu lalui,” kenang Feby Febiola.
Ini disampaikannya lewat video bertajuk “Feby Febiola Terima Komentar Pedas Setelah Divonis Kanker” yang mengudara di kanal YouTube Daniel Mananta Network, 12 Oktober 2020.
Advertisement
Tuhan Menghukum...
Akhirnya bintang sinetron Tersanjung mengunggah informasi status kesehatan kena kanker. Awalnya, Feby Febiola kebanjiran dukungan dan pujian publik. Ia diajak kolaborasi bikin konten bareng sejumlah selebritas. Salah satunya, Maia Estianty.
Seiring frekuensi muncul di muka publik yang menyering, komentar pedas muncul lagi. “Nyerang bahwa (penyakit ini) karmalah, you deserve that, Tuhan menghukum,” Feby Febiola mencontohkan.
Penghinaan Sudah Gue Alami
Caci maki sebenarnya bukan hal baru bagi bintang film Kapan Kawin? dan I Am Hope, apalagi sejak berumah tangga dengan Franky Sihombing. Masalahnya, efek samping kemoterapi membuat suasana hatinya tidak stabil.
“Pada saat itu gue bilang, Tuhan kalau memang gue harus menjadi berkat, sudahlah biarin saja, toh segala penghinaan sudah gue alami empat tahun lalu. Paling pengulangan saja,” ujar Feby Febiola.
Advertisement
Itu Membuat Gue Down
“Jadi Instagram gue tuh dulu isinya haters semua selama empat tahun. Walaupun berkurang, I don’t know... banyak (yang) nyelekit tiba-tiba,” urai artis kelahiran Jakarta, 24 Mei 1978. Komentar warganet menguji kesabarannya.
“Itu membuat gue down, karena kalau kita kemoterapi kan memang emosi kita enggak bisa kita kontrol. Itu efek samping dari kemoterapi. Terus tiba-tiba gue baca komentar itu, gue down banget. Akhirnya gue berpikir wow, ternyata bukan pujian yang bikin gue happy,” ia menyimpulkan.