Liputan6.com, Jakarta Divonis mengidap kanker ovarium stadium 1C, Feby Febiola kini menjalani kemoterapi. Ada satu sesi kemoterapi lagi yang mesti ditempuh bintang film Kapan Kawin? dan I am Hope tiga minggu lagi.
Di tengah perjuangan melawan sel-sel preman, Feby Febiola diserang komentar miring di akun Instagram terverifikasi miliknya. “Nyerang bahwa (penyakit ini) karmalah, you deserve that, Tuhan menghukum,” aku Feby Febiola.
Advertisement
Baca Juga
Suami Feby Febiola, Franky Sihombing bereaksi. Seperti diketahui, pernikahan keduanya empat tahun silam diwarnai sejumlah isu miring. Feby Febiola dituding sebagai (maaf) pelakor alias perebut suami orang.
Lebih Hancur Dari Itu...
Franky Sihombing membenarkan, beberapa tahun terakhir, hidupnya diwarnai komentar pedas warganet +62. Ini disampaikannya lewat video “Franky Sihombing Menyesal Saat Memutuskan Bercerai” yang mengudara di kanal YouTube Daniel Mananta Network, Kamis (15/10/2020).
“Wah si bang*** satu nih, si tukang kawin satu nih, apalah, semua kutukan. Gue kadang bilang: Lo kalau mau gue ceritain semua, lo baru tahu gue lebih gila dari kutukan lo, lebih hancur dari itu,” curhat Franky Sihombing.
Advertisement
Tempat Paling Bawah
“Dan gue sadar waktu menempatkan diri di tempat paling bawah orang sudah enggak bisa menjatuhkan gue lagi. Sudah jatuh, sudah mentok. Udah jelek sejelek-jeleknya,” penyanyi yang melahirkan 26 album ini menyambung.
Yang paling menyakitkan tentu saja, saat Feby Febiola divonis kanker. Di tengah perjuangan melawan kanker, masih saja ada warganet yang sampai hati melontar komentar pedas. Ada satu pelajaran berharga yang dipetik Franky Sihombing dari sini.
Bukan Berdasarkan Pandangan Dunia
“Kita hidup bukan berdasarkan pandangan dunia. Kita hidup berdasarkan kebenaran firman Tuhan, yang gue baca dari kitab yang gue percaya adalah tidak ada lagi penghukuman bagi orang yang berada di dalam Kristus,” ujarnya.
Ayah Petra Sihombing lebih percaya firman Tuhan daripada komentar warganet. Franky Sihombing menilai, hujatan warganet bagian dari hukum tabur tuai. “Karena gue berbuat kesalahan, konsekuensinya adalah lo telan itu semua,” urai Franky Sihombing.
Advertisement
Alarm Yang Dicueki
Soal kanker di tubuh Feby Febiola, ia tak melihat korelasi dengan hukuman atau kesalahan yang dibuat. “Mungkin bisa jadi ini masalah keteledoran karena ada alarm-alarm secara fisik terus gue cuekin. Gue enggak periksa ke dokter satu kali terus tiba-tiba dung!” katanya.
Penyakit adalah akibat, bukan sebagai hukuman. Franky Sihombing dan Feby Febiola menerima dengan legawa. Yang dibutuhkan Feby Febiola saat ini bukan komentar miring melainkan dukungan dan doa tulus.