Liputan6.com, Jakarta Jangan mengaku sebagai penikmat film kelas berat kalau tidak mengenal nama Darren Aronofsky. Karya-karyanya seperti Requiem for a Dream, Noah, hingga Mother! mendapat perhatian khusus dari kritikus. Ia juga dinominasikan dalam Piala Oscar 2011 di kategori Sutradara Terbaik untuk Black Swan.
Darren Aronofsky "dihadirkan" ke Tanah Air oleh Mola TV lewat acara Mola Living Live, Selasa (24/11/2020) lalu. Secara virtual, ia berbincang dengan dua tokoh perfilman Indonesia, yakni sutradara Timo Tjahjanto dan penulis naskah Rayya Makarim. Video rekaman wawancaranya, masih bisa diakses di platform streaming tersebut.Â
Ada banyak yang diceritakan sutradara film ini. Salah satunya soal latar belakangnya yang ternyata cukup jauh dari dunia sinema.Â
Advertisement
Baca Juga
Sains Dulu, Film Kemudian
Darren Aronofsky ternyata bersekolah di jurusan sains alias ilmu pasti, tepatnya di bidang biologi. Ia mengaku memang sudah lama memiliki ketertarikan dengan alam.Â
"Aku tumbuh di New York City, kota yang sangat besar agak mirip tempat kalian berada (Jakarta). Dan aku sudah lama ingin keluar dari New York," kata dia.Â
Advertisement
Kenya hingga Alaska
Pria 51 tahun ini mengatakan saat menuntut ilmu ini ia kerap melakukan perjalanan di berbagai belahan dunia. Dari Kenya hingga Alaska.
"Aku ke Alaska mempelajari regulasi temperatur anjing laut, bagaimana anjing laut mengatur suhu tubuhnya. Sangat mengagumkan, menghubungkan diriku dengan bagian dari dunia yang tak pernah kubayangkan sebelumnya saat aku tumbuh dewasa di Brooklyn," kata dia.Â
Pengalaman hidup di alam liar ini, begitu membekas hingga sekarang. "Sampai sekarang alam menjadi bagian yang terhubung denganku," kata dia. Ia bahkan membuat tayangan tentang alam bersama National Geographic, One Strange Rock.
Berkat Teman Sekamar
Perubahan besar dalam hidupnya terjadi semasa kuliah. Ia diketahui menuntut ilmu di Harvard University, jurusan Antropologi Sosial. Â
"Waktu itu aku enggak yakin mau melakukan apa," kata dia.Â
Perubahan ini, dipicu oleh persahabatannya dengan teman sekamar. "Teman sekamarku saat kuliah itu begitu serius di dunia animasi. Aku melihatnya menyusun cerita, dan aku terpesona," ia menambahkan.Â
Advertisement
Bantu-Bantu Edit
Ia kemudian mulai membantu menyunting film yang dibuat temannya tersebut. "Ternyata aku lumayan bagus. Mataku bisa menangkap—kalau ada kesalahan kecil aku melihatnya. Aku mulai memikirkannya dan semakin fokus ke dalam dunia seni," tuturnya.
Tak mau setengah-setengah, ia kemudian mengikuti sejumlah kelas untuk menunjang kemampuannya, seperti kelas menggambar, pahat, dan film. Inilah awal mula kelahiran Darren Aronofsky sang sutradara.Â