Sukses

6 Fakta Unik Drakor Squid Game, Terinspirasi dari Permainan Bocah hingga Kerajaan Semut

Dalam konferensi pers drakor Squid Game, terungkap banyak cerita menarik dari para pemain dan sutradara.

Liputan6.com, Seoul - Para penggemar drama Korea kedatangan satu tayangan baru bertajuk Squid Game pada hari ini, Jumat (17/9/2021). Tema yang diangkat terbilang beda dari kebanyakan drakor lain, yakni soal permainan misterius nan mematikan.

Drakor yang tayang di Netflix ini mengisahkan permainan berdarah yang menawarkan hadiah 45,6 miliar won, atau sekitar setengah triliun rupiah, kepada pemenang. Namun, taruhannya adalah nyawa.

 

Pesertanya berjumlah 456 orang dengan berbagai masalah hidup. Ada Ki Hoon (Lee Jung Jae) yang punya setumpuk utang, Sae Byeok (Jung Ho Yeon) si pencopet dengan kehidupan keras, Deok Su (Heo Sung Tae) yang merupakan seorang gangster, dan lainnya.

Dalam konferensi pers drakor ini yang digelar Netflix secara daring pada Rabu (15/9/2021) lalu, terungkap banyak cerita menarik dari para pemain dan sutradara. Apa saja?

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

1. Asal Usul Nama

Dalam Squid Game, ke-456 peserta melakoni permainan yang lazim dimainkan para bocah. Salah satu permainan lantas dipilih sang sutradara sekaligus penulis, Hwang Dong Hyuk, sebagai judul.

"Squid Game merupakan salah satu permainan yang menguras fisik dan salah satu permainan favorit saya. Bagi saya, Squid Game dapat menjadi permainan anak-anak yang paling simbolis untuk menggambarkan kondisi masyarakat saat ini," tuturnya.

 

2. Inspirasi dari Buku Komik

Ternyata cikal bakal ide tentang Squid Game telah ada di benak sang sutradara sejak 2008 silam. Kala itu, Hwang Dong Hyuk yang baru debut mendapat ide dari buku komik.

"Kala itu aku sering ke toko buku komik. Dan saat membaca banyak buku komik, aku ingin membuat cerita seperti dalam komik di Korea," tuturnya.

 

3. Ditolak Investor

Naskah Squid Game rampung setahun setelah ide ini didapat. Hanya saja, naskah miliknya tak diminati investor.

"Aku menyelesaikan naskahnya pada 2009. Pada saat itu, naskahnya terasa tak familiar, terasa begitu brutal, jadi banyak orang yang berpendapat ini bakal terlalu kompleks. Terlalu rumit dan tak komersial," kata Hwang Dong Hyuk.