Liputan6.com, Jakarta Dwilogi Avengers: Infinity War dan Endgame berakhir dengan tak 100 persen melegakan. Pasalnya, ada beberapa pahlawan super yang tewas akibat ulah Thanos. Salah satunya, Natasha Romanoff (Scarlett Johansson).
Sang Black Widow mengorbankan nyawa demi sahabat, Hawkeye (Jeremy Renner). “Katakan pada keluargaku bahwa aku menyayangi mereka,” ucapnya kepada Natasha sembari berkelebat ke arah dasar jurang.
Advertisement
Baca Juga
“Sampaikan sendiri,” sahut Natasha. Kemudian, ia tergeletak di dasar jurang tanpa nyawa. Ketika para Avengers berkumpul, absennya Black Widow dipertanyakan rekan-rekan. Berikut resensi film Black Widow yang dibintangi Scarlett Johansson.
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Benarkah Sebatang Kara
Oleh rekan-rekannya yang masih hidup, Black Widow digambarkan sebatang kara. Satu-satunya keluarga yang ia miliki adalah tim Avengers. Benarkah nasib Natasha Romanoff setragis itu? Black Widow karya sineas Cate Shortland menjawabnya.
Suatu malam pada 1995, pasangan Alexei (David Harbour) dan Melina (Rachel Weisz) membawa kedua putri mereka, Natasha (Ever Anderson) beserta Yelena (Violet McGraw) kabur dari kejaran militer dengan pesawat.
Mereka tiba di Kuba dalam kondisi mengerikan. Pasalnya, Melina tertembak. Jenderal Dreykov (Ray Winstone) lalu memisahkan Natasha dari Yelena. Rupanya, dalam uji genetika dini, janin Natasha diduga punya mental pejuang.
Advertisement
Perekrutan Gadis Cilik
Ia direkrut untuk menjadi Black Widow berikutnya. Lebih dari 21 tahun berlalu, Natasha mendengar ia bukan satu-satunya anak gadis yang direnggut paksa untuk menjadi “boneka.” Ada banyak anak perempuan yang dilumpuhkan ingatannya lalu dilatih di Red Room.
Bekerja sama dengan Yelena, Natasha menjemput Alexei di penjara lalu menemui Melina yang kini beternak babi. Di sana, mereka menyusun strategi untuk menyusupi Red Room.
Natahsha berupaya membebaskan cewek-cewek dari Dreykov. Ia yakin, perempuan punya hak memilih dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Saat strategi tengah disusun, pesawat tak dikenal mendarat di kediaman Melina.
Tajamnya Konflik
Black Widow memiliki karakter spesifik. Ia sejatinya tak punya kekuatan ajaib menguasai ruang waktu layaknya Doctor Strange atau Hulk yang membesar untuk menghancurkan apa saja.
Kesan pertama menonton Black Widow, tempo ceritanya cepat dengan konflik padat. Formula tersebut sukses membuat film berdurasi dua jam lebih ini tak terasa bertele-tele dan lama.
Tajamnya konflik terasa bahkan pada 10 menit pertama. Ada misteri yang disimpan oleh penulis dan membuat kita terus bertanya ada apa dengan keluarga Natasha Romanoff sebenarnya. Penonton seperti dikejar-kejar.
Advertisement
Bagai Dua Kutub
Kalau pun ada jeda untuk menghela napas, kita tak 100 persen dipersilakan leha-leha. Pasalnya, ada penjelasan latar belakang konflik dan penokohan dari mengapa keluarga Natasha tercerai berai hingga sepanas apa hubungannya dengan personel Avengers yang lain.
Scarlett Johansson dan Florence Pugh bagaikan dua kutub berbeda meski ada di “tubuh” yang sama. Scarlett konsisten serius dan nyaris tak punya selera humor. Bisa jadi karena sejak awal, Natasha bad mood duluan dengan tim Avengers.
Florence mengimbanginya dengan gaya selengekan, kadang moody dan sentimental. Namun, untuk urusan skill membunuh, boleh diadu dengan kakaknya. Benturan dua tokoh ini menciptakan konflik sampingan yang membuat Black Widow lebih gereget.
Bukan Pertunjukan Tunggal
Sementara konflik utama sejatinya terasa ekspres dan berlalu begitu saja. Untungnya, ia setia pada sajian baku fisik, identitas yang membedakan Black Widow dari pahlawan super lain.
Di tangan Cate Shortland, Black Widow tak lantas menjadi pertunjukan tunggal Scarlett Johansson. Ia tetap memberi ruang gerak dalam takaran cukup untuk Florence, Rachel, bahkan David sekalipun.
Black Widow menarik karena sosoknya sendiri dan organisasi yang melingkungi. Ia tak perlu mendatangkan pahlawan super dari “provinsi” lain agar penonton terkesima.
Advertisement
Lebih Membumi
Sejak awal, Natasha Rumanoff dan keluarganya memang membumi. Menempatkan diri seolah mereka seperti kita pada umumnya. Ndilalah, Natasha dan keluarganya dapat mandat menyelamatkan bumi. Itu saja bedanya.
Dengan pendekatan humanis, ia tetap punya hati meski kebanyakan perempuan “yang terpilih” di kondisikan tak punya sanubari berikut memori. Tak terjebak pada glorifikasi sisi feminin, Black Widow layak disebut salah satu pahlawan super terbaik tahun ini.
Pemain : Scarlett Johansson, Florence Pugh, David Harbour, Olga Kurylenko, William Hurt, Rachel Weisz, Ray Winstone, O-T Fagbenle
Produser : Kevin Feige
Sutradara : Cate Shortland
Penulis : Eric Pearson
Produksi : Marvel Studios, Walt Disney Pictures
Durasi : 2 jam, 14 menit