Liputan6Ruly.com, Jakarta Para pencinta film neo-noir tentu familier dengan judul Oldboy. Film produksi Korea Selatan yang dibintangi Choi Min Sik, Yoo Ji Tae, dan Kang Hye Jung ini merupakan bagian dari trilogi balas dendam.
Didahului dengan Sympathy for Mr. Vengeance kemudian disambung oleh Lady Vengeance. Film sekelam ini rupanya panen pujian dari para kritikus. Diproduksi pada 2003, Oldboy diperkenalkan di Festival Film Cannes 2004.
Advertisement
Baca Juga
Di ajang prestisius ini, Oldboy diganjar Grand Prix plus diguyur sanjungan Presiden Juri Festival, yakni the one and only Quentine Tarantino. Waktu menguji keabadian film ini. Berikut resensi film Oldboy.
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Versi Hollywood
Dalam catatan kami, Oldboy disebut sebagai salah satu film neo-noir terbaik sepanjang masa dari Korea. Saking mahsyurnya Oldboy, Hollywood tertarik membuat ulang. Spike Lee menyutradarai dengan Josh Brolin sebagai pemeran utama.
Seiring berakhirnya era pita seluloid, karya sineas Park Chan Wook ini diformat ulang dalam versi digital, dan tahun ini Oldboy versi 4K dirilis di bioskop. Jaringan CGV Cinemas menayangkan Oldboy edisi 4K sebagai ajang kangen-kangenan bagi para pencinta sinema Tanah Air.
Advertisement
Dipenjara 15 Tahun
Bisa jadi, Anda masih ingat kisah getir film ini. Oldboy bermula pada 1988 saat pengusaha Oh Dae Su (Choi Min Sik) ditangkap polisi akibat mabuk. Pada hari itu, ia membeli kado kostum bersayap untuk putrinya yang berulang tahun. Dae Su dijebloskan ke dalam penjara selama 15 tahun.
Istrinya dibunuh. Dae Su bersumpah mencari pembantai sang istri. Pada 2003, ia keluar penjara dengan dendam membubung di dada. Suatu hari di sebuah restoran, ia dilayani pramusaji Mi Do (Kang Hye Jung). Usai mengudap, Dae Su “tepar” lalu terjaga di kamar Mi Do.
Berganti hari, keduanya jatuh hati. Waktu mengantar Dae Su menemukan sindikat yang menjebloskannya ke penjara. Adalah Lee Woo Jin (Yoo Ji Tae), dalang di balik semua ini. Dengan bekal latihan baku hantam selama bertahun-tahun di bui, ia melawan Woo Jin dan antek-anteknya.
Digali dari Pertanyaan
Kemenangan tinggal selangkah lagi namun tak semudah yang dibayangkan. Sebuah rahasia besar dari masa lalu Dae Su terkuak dalam album foto yang membuat hatinya ambyar. Yang terjadi kemudian, penyesalan seumur hidup.
Tak terlalu sulit mengikuti pergerakan cerita Oldboy. Ia bertutur dengan “lurus,” sementara Park Chan Wook yang membidani naskah bersama Lim Jun Hyung dan Hwang Jo Yun berfokus pada pengukuhan karakter Dae Su.
Motivasinya menuntut balas digali dari pertanyaan, mengapa ia mendadak dipenjara selama itu? Lalu, kapan ia keluar? Adakah cara untuk kabur? Andainya ada, apakah Dae Su akan selamat mengingat ia tak tahu berada di sel nomor berapa dan lantai berapa? Dan sebagainya.
Advertisement
Empati dan Berbahaya
Pada menit awal, Choi Sin Mik memang enggak ada lawan. Air muka, garis wajah, hingga sorot matanya meyakinkan kami bahwa ia tak bersalah, bosan, depresi, dan nyaris putus asa.
Dialah magnet terkuat dalam film ini, yang mampu mentransfer segala bentuk energi negatif (apapun namanya) kepada penonton. Walhasil, audiens terjebak dalam dua perasaan: Ingin berempati, namun di sisi lain mereka sadar bahwa laki-laki ini berbahaya.
Setelahnya, ada performa aktris Kang Hye Jung yang sejak awal juga menyita perhatian. Lirikan matanya dan cara menyentuh tangan konsumen adalah bentuk profesionalisme seorang pekerja. Namun, tergambar jelas “penyakit” bernama kesepian di matanya.
Dendam dan Kepuasan
Koneksi dua tokoh ini sulit dilupakan. Bahkan, setelah 18 tahun berlalu. Oldboy bentuk kejelian para kreator dalam memilih para pemain. Semuanya terasa pas dan bermain asyik, termasuk Yoo Ji Tae yang karismatik.
Keren. Itu kesan pertama saat ia muncul di layar. Tapi rapuh. Tapi jahat. Tapi ironis. Tapi enggak bisa dibenci begitu saja dan masih banyak tapi lainnya.
Esensi film ini bukan sekadar peragaan bagaimana penokohan yang apik dibangun. Bukan pamer teknis sinematografi yang memukau. Oldboy adalah penggambaran hati manusia. Salah satu dialog membahas inti dendam. Setelah terlampiaskan, apa yang didapat manusia? Kepuasan? Bisa jadi.
Namun berapa lama kepuasan itu bertahan di hati? Jika kepuasan itu memudar oleh waktu, apakah ketenangan terbit sebagai pengganti? Atau, rasa bersalah jilid kedua yang melahirkan sepi mematikan?
Advertisement
Di Balik Darah dan Teriakan
Akhir film ini memperlihatkan bagaimana sang pembalas dendam mengekspresikan “kemenangan” yang kemudian diketahui semu. Oldboy tampak luar penuh dengan adegan kekerasan. Karenanya, ia dilabeli 21 tahun ke atas di Indonesia.
Namun, di balik darah, teriakan, dan depresi yang selalu berlebih di sepanjang film ini, kita melihat bagaimana manusia mengelola hati. Mayoritas salah treatment. Penonton dipersilakan belajar. Bukankah untuk mengetahui tragedi itu pahit kita bisa belajar dari kejatuhan orang lain?
Di banyak festival film Choi Min Sik dan Kang Hye Jung meraih penghargaan Aktor Terbaik juga Aktris Terbaik. Memang sebagus itu performa mereka. Anda bisa menyaksikan (lagi) di bioskop mulai pekan ini.
Pemain: Choi Min Sik, Yoo Ji Tae, Kang Hye Jung
Produser: Lim Seung Yong
Sutradara: Park Chan Wook
Penulis: Lim Jun Hyung, Hwang Jo Yun, Park Chan Wook
Produksi: Show East
Durasi: 120 menit