Liputan6.com, Jakarta - Seorang pengusaha Indonesia berdarah Yahudi, Yaakov Baruch, baru saja meresmikan museum Holocaust. Peresmian museum ini dihadiri oleh Duta Besar Jerman untuk RI, Ina Lapel.
Ini menjadi Museum Holocaust pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Namun, protes-protes sudah menggema atas pendirian museum di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Pendirian museum Holocaust dianggap bisa menyakiti hati warga Palestina, yang diketahui hingga kini masih berperang melawan Yahudi.
Seperti diketahui Holocaust adalah peristiwa pembantaian kaum Yahudi oleh pasukan Nazi Jerman pada Perang Dunia II. Ini identik dengan kebencian rasisme.
Â
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Ada Niat
Melihat adanya pro dan kontra, Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandow, ikut berkomentar. Seperti dilansir kanal YouTube Official iNews, Rabu (2/2/2022).
"Tidak ada keinginan maksud pemerintah untuk mendeskreditkan kelompok tertentu, agama tertentu, apalagi saudara-saudara kita di Palestina," ungkapnya.
Advertisement
Dilawan
Ditambahkan Steven bahwa adanya museum ini sebagai pembelajaran dari masa lalu yang harus diubah.
"Semua kita dorong, justru kesalahan-kesalahan masa lampau, kekeliruan-kekeliruan masa lampau terutama tentang hak asasi manusia harus kita lawan," tambahnya.
Ditolak
Tak sedikit yang menolak adanya museum Holocaust ini, termasuk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Karena ini bentuk dari rasisme, bentuk satu genosida yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan maka tentu menimbulkan banyak masalah. Di antaranya masalah kemanusiaan, bukan masalah agama, bukan masalah yang menyangkut soal politik," beber Amirsyah Tambunan, Sekjen MUI.
Advertisement
Minta Ditutup
Untuk itu, MUI berharap museum holocaust segera ditutup. Tidak perlu digelar selama satu tahun.
"Karena tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maka masyarakat Indonesia yang cinta kedamaian, cinta akan kemanusiaan, cinta akan berbagai latar agama atau etnis kita menolak museum ini," sambungnya.
Â