Resensi Film Wolf Pack: Dokter Ganteng Ditawari Misi Kemanusiaan ke Gunung Bromo, Ternyata Kena Tipu

Film Wolf Pack tayang di bioskop Indonesia mulai Jumat (27/1/2023). Michael Chiang bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis skenario.

oleh Wayan Diananto diperbarui 28 Jan 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2023, 20:30 WIB
Poster film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)
Poster film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)

Liputan6.com, Jakarta Film Wolf Pack tayang di bioskop Indonesia mulai Jumat (27/1/2023) dengan jumlah layar lumayan terbatas. Michael Chiang bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis skenario.

Wolf Pack yang mengisahkan pasukan bayaran dalam tugas rahasia ini diperkuat barisan bintang kondang di antaranya Jin Zhang, Luxia Jiang, Aarif Lee, serta Yi Zhang.

Lebih dari 60 persen film ini berisi elemen action, cocok untuk Anda yang ke bioskop hanya butuh hiburan. Alur Wolf Pack pun tidak rumit, mudah diikuti dengan tema simpel.

Wolf Pack direspons beragam oleh kritikus dan penonton. Ada yang menilai film ini seru dalam kemasan ringkas. Ada pula yang menyebutnya mudah dilupakan. Berikut resensi film Wolf Pack. Nonton, yuk!

 

Tawaran ke Gunung Bromo

Aarif Rahman sebagai Ke Tong. (Foto: Dok. Screen Media)
Aarif Rahman sebagai Ke Tong. (Foto: Dok. Screen Media)

Apes menimpa Ke Tong (Aarif Lee), dokter tampan yang telah melawat banyak negara untuk menjalankan misi kemanusiaan. Dalam perjalanan dengan bus, ia berkenalan dengan Goblin (Luxia Jiang).

Goblin menawarinya misi kemanusiaan ke Gunung Bromo, Jawa Timur. Galau akibat masalah pribadi, tawaran itu diterima. Keduanya turun dari bus. Lalu, Goblin melakukan hal tak terduga.

Tas Ke Tong yang berisi bekal dan dokumen pribadi dibuang ke sungai. Sejurus kemudian, sebuah helikopter menjemput lalu membawa mereka ke daerah konflik.

Di helikopter itu, ada Guan Zhiyang (Jin Zhang), Shell (Kuo Chung Tang), Saiyan (Yi Zhang), Fireball (Mark Luu), dan Fly (Liu Ye). Mereka rupanya pasukan bayaran dengan tugas rahasia.

Tugas rahasia yang dimaksud, mengamankan jalur pipa gas yang dipasangi bom dan akan meledak dalam hitungan menit. Ke Tong yang tak punya kemampuan tempur dipaksa beradaptasi dengan pasukan bayaran profesional ini.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tak Menawarkan Hal Baru

Salah satu adegan film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)
Salah satu adegan film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)

Wolf Pack sejatinya tak menawarkan hal baru. Pasukan bayaran dengan rekam jejak gemilang yang diperkuat personel berkeahlian khusus tentu hal yang wajar sekaligus logis. Terasa spesial, setelah dokter tampan dipilih bergabung.

Di tengah jalan, ia beberapa kali mencoba kabur karena perbedaan prinsip dan ketidakcocokan. Bagian kabur dituturkan agak berlarut-larut. Adegan ini tampaknya sekadar memberi gambaran bagaimana nantinya pasukan bayaran ini bekerja.

 

Emosi Kuat Babak Ketiga

Salah satu adegan film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)
Salah satu adegan film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)

Dalam drama tiga babak, bagian terseru Wolf Pack terletak di babak akhir. Pertautan antar-karakter makin kuat berkat emosi yang digali lewat kilasan latar belakang mereka. Kilas balik ini seperti warna pelangi karena membuat beragam kelir kehidupan.

Ada yang masa lalunya penuh kehilangan. Ada yang berjibaku dengan selubung misteri dan belum terkonfirmasi. Ada yang menahun tak bertemu anak. Ada pula yang menanti kelahiran anak di tengah hidup dan mati menjalankan tugas.

 

Gali Masa Lalu

Jin Zhang sebagai Guan Zhiyang dalam film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)
Jin Zhang sebagai Guan Zhiyang dalam film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)

Sayang, tak semua penggalian masa lalu dilakukan di momen yang pas. Beberapa malah mengacak puzzle misi rahasia yang sudah rapi tersusun sehingga terkesan penuturan Wolf Pack melompat-lompat. Kurang smooth.

Untungnya, para pemain memberi intepretasi tajam untuk peran yang dimainkan. Pujian patut diberikan kepada Jin Zhang yang tampil dalam karisma level maksimal. Tampak luar tegas dan dingin. Di sisi lain, ia memperlihatkan masih punya hati.

 

Performa Luxia Jiang

Luxia Jiang sebagai Goblin dalam film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)
Luxia Jiang sebagai Goblin dalam film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)

Jin Zhang menjadi pancingan untuk Aarif Lee yang menjadi poros cerita. Interaksi keduanya membawa audiens menapaki masa lalu, masa kini, dan membayangkan bagaimana jika Wolf Pack punya sekuel. Luxia Jiang sebagai satu-satunya cewek juga bukan pemanis.

Punya spesialisasi, ia jadi umpan yang dijajakan ke tokoh utama sambil menjembatani babak pertama menuju segmen tengah. Tokohnya tidak klise. Tak terjebak dalam cinta menye-menye yang biasanya dipaksakan masuk ke genre action untuk meremas hati penonton.

 

Babak Akhir Yang Akbar

Salah satu adegan film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)
Salah satu adegan film Wolf Pack. (Foto: Dok. Screen Media)

Dengan babak akhir menegangkan, koreografi tarung meyakinkan, tak terkesan dipanjang-panjangkan, dan tetap mengedepankan rasa kemanusiaan, Wolf Pack sukses jadi tontonan seru.

Sejumlah titik lemah dalam penceritaan masih bisa dimaafkan berkat babak akhir mengesankan ini. IMDb mencatat, ini debut penyutradaraan Michael Chiang. Tentu, ini jadi awal yang baik untuk sang sineas.

 

 

 

Pemain: Jin Zhang, Aarif Lee, Luxia Jiang, Kuo Chung Tang, Yi Zhang, Mark Luu, Liu Ye, Diego Dati, Jianing Zue

Produser: Jianmin Lv,  Jianhong Qi, Tang Chen Qi

Sutradara: Michael Chiang

Penulis: Michael Chiang

Produksi: Beijing Spring and Autumn Cinemas Television Culture Communication

Durasi: 1 jam, 45 menit

[INFOGRAFIS] Film-Film di Hari Kemerdekaan Amerika Serikat
Film-film ini terinspirasi dari hari kemerdekaan negara Amerika Serikat yang jatuh pada tangga 4 Juli. Apa sajakah?
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya