Perjalanan Mara Merintis The Hungry Sushi, Kuliner Jepang yang Dilokalkan

Mar’atus Sholihah alias Mara pemilik The Hungry Sushi, berpendapat bahwa sushi semestinya bisa diolah dan disajikan dengan harga yang lebih terjangkau.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 02 Feb 2023, 21:11 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2023, 05:10 WIB
Mara Owner The Hungry Sushi
Mar’atus Sholihah alias Mara, pemilik usaha kuliner Jepang The Hungry Sushi. (Dok. IST)

Liputan6.com, Jakarta Berawal dari pengalaman pribadi yang menyesakkan ketika makan sushi di ibu kota, Mar’atus Sholihah mencoba peruntungan bisnis di bidang kuliner Jepang dengan merek (brand) The Hungry Sushi.

Lebih jauh soal pengalaman di atas, Mara—sapaan akrab dari Mar’atus Sholihah—berpendapat bahwa sushi semestinya bisa diolah dan disajikan dengan harga yang lebih terjangkau. Ia merasa sayang jika sushi hanya dapat dinikmati oleh kalangan atas.

Berangkat dari itu semua, terpikirlah olehnya untuk mencoba sendiri mengolah sushi kemudian menjualnya secara daring (online) bermodalkan lapak di depan rumah sendiri. Ternyata, selama dua tahun berjalan, respons pasar cukup bagus.

Seiring dengan kestabilan respons pasar, tekad Mara untuk mulai membuka outlet—tidak lagi sekadar dari rumah—pun tumbuh. Lalu, tekad tersebut akhirnya terwujud setelah The Hungry Sushi menerima banyak sekali pesanan hampers lebaran pada 2020 lalu.

Keuntungan yang mencapai angka belasan juta dari pesanan hampers inilah yang kemudian dijadikan modal oleh Mara dan suaminya, Billi, untuk awal membuka outlet pertama mereka di Pagutan, Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Rencana Bisnis yang Konsisten

The Hungry Sushi
Owner The Hungry Sushi bertemu dengan Menparekraf. (Dok. IST)

Bagi Mara dan Billi, menempati outlet merupakan jalan menuju dunia bisnis kuliner yang lebih luas. Memisahkan antara ruang pribadi (rumah) dan ruang bisnis (outlet) menjadikan fokus mereka lebih tertata.

Pola yang demikian ternyata mereka terapkan tak hanya pada lokasi bisnis, tetapi juga rencana bisnis. Keduanya konsisten membuat rencana bisnis secara berkala yang di dalamnya termasuk manajemen promosi dan keuangan.

Bicara manajemen promosi, salah satu faktor keberhasilan The Hungry Sushi adalah gencar melakukan promosi di media sosial Instagram. Begitu outlet pertama berdiri, Mara dan Billi menggaet content creator untuk mengurus promosi.

Sejak saat itu, penjualan meningkat tiga kali lipat dari sebelumnya. Meskipun terjadi peningkatan, owners The Hungry Sushi ini konsisten mengatur keuangannya secara profesional; tidak mengganggu dana bisnis (untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa pertimbangan yang matang), dan menerapkan alokasi dana bisnis secara tepat.

Selain konsistensi di atas, keduanya tak pernah beranjak dari landasan awal mendirikan bisnis, yakni membaca kebutuhan atau masalah yang sedang ramai di masyarakat/pasar, kemudian menghadirkan produk yang menjadi jawaban atas kebutuhan atau masalah tersebut.

“Jadi, produk sebagus apa pun, kalau masyarakat nggak butuh ya mereka nggak akan beli,” terang Mara.

 

Didominasi Anak Muda

Berkat rencana bisnis yang konsisten, kini The Hungry Sushi telah membangun enam outlets—dengan jumlah pegawai sekitar 70 orang—di hampir seluruh kabupaten di Pulau Lombok: (1) Pagutan, (2) Cakranegara, (3) Lombok Epicentrum Mall, (4) Rembiga, (5) Praya, dan (6) Selong.

Antusiasme masyarakat terhadap The Hungry Sushi didominasi oleh anak muda dan keluarga. Mara menjelaskan, “Kalau keluarga itu biasanya karena anak-anaknya yang suka makan sushi, jadi orang tuanya ikutan.”

Meski begitu, secara umum ada perbedaan antusiasme yang dipengaruhi oleh fasilitas dine in. Ini terjadi di dua cabang Praya dan Selong.

Tingginya antusiasme di cabang Selong, diamati oleh Billi, karena di sana tersedia 60 seats untuk dine in. Lain halnya dengan cabang Praya yang belum bisa menyediakan fasilitas sejenis; pelanggan masih harus take away.

 

Digemari di Lombok dengan Harga Terjangkau

Bagaimanapun, berkat tersebarnya The Hungry Sushi, kini masyarakat Lombok tak lagi asing terhadap makanan asal Jepang tersebut; siapa pun dapat menikmati sushi dengan harga terjangkau dan kualitas bersaing. Ini pun sejalan dengan tagline yang diusung oleh Mara dan Billi untuk The Hungry Sushi: semua bisa makan sushi.

“Sebelum itu, tagline-nya adalah yummy sushi, affordable price,” jelas Mara disusul dengan gelak senyum.

Ia pun menambahkan bahwa yang ingin diangkat dari tagline sebelumnya adalah harga yang terjangkau. Di luar dugaan, ternyata banyak pelanggan yang justru berkomentar soal pengalamannya menyantap sushi di The Hungry Sushi.

Mulai dari yang tadinya tak suka sushi karena berbahan daging mentah, sampai yang ragu memesan karena khawatir akan lisensi halal.

Menjawab kekhawatiran pelanggan, The Hungry Sushi telah lebih dahulu mengantongi sertifikat lisensi halal dari MUI sebelum membuka outlet. Maka pelanggan tak perlu khawatir. Begitu pula dengan menu-menu yang kini tak hanya sushi.

 

Penyajian dan Harga

Sebagian besar menu The Hungry Sushi disajikan matang, segar, dan begitu terjangkau. Untuk ragam sushi dan ramen, setiap menunya dipatok dengan harga di bawah Rp50.000,-.

Bila Anda baru pertama kali datang ke outline The Hungry Sushi—di cabang manapun, berikut sejumlah menu andalan yang dapat dicoba:

California Roll (Rp28.000,-), Beef Roll Sushi (Rp37.000,-), Ebi Tempura Roll (Rp28.000,-), Mix Sakura (Rp23.000,-), Medium Box (Rp35.000,-), Dry Ramen (Rp23.000,-), dan Paitan Ramen (Rp28.000,-).

Kombinasi antara harga yang terjangkau dan sajian menu yang disesuaikan dengan selera lidah Indonesia akhirnya mengubah tagline The Hungry Sushi menjadi semua orang bisa makan sushi.

 

Melebarkan Sayap

Tak hanya terhadap tagline, Mara dan Billi pun menyikapi berbagai komentar lainnya dengan melakukan audit secara berkala terhadap kualitas rasa, durasi penyajian, dan pelayanan.

Melanjutkan misi tagline di atas, Mara dan Billi berencana melebarkan sayap The Hungry Sushi ke timur dan ke barat.

Rencana ini tentunya tak lepas dari sikap keduanya yang menyukai tantangan dalam berbisnis. Setelah memulai tantangan melalui pembacaan pasar, akhirnya Kota Bima (di pertengahan 2023) dan Jakarta (di akhir 2023) dipilih sebagai tempat The Hungry Sushi membuka cabang selanjutnya.

Keputusan memilih kedua wilayah tersebut bukanlah tanpa sebab. Secara demografis, Kota Bima memiliki karakteristik yang serupa dengan Kota Mataram. Hal itu membuat Mara yakin mampu mengulang kesuksesan The Hungry Sushi di sana.

Sedangkan Jakarta, Mara merasa bahwa, “Brand itu baru bisa dikenal secara nasional jika sudah ada di Jakarta—sebagai pusat industri.”

 

Tak Lantas Berpuas Diri

Betapapun Mara dan Billi mampu menangkap momentum bisnis untuk The Hungry Sushi berdasarkan ilmu bisnis otodidak, keduanya tak berpuas diri sampai di situ. Mendatangi beberapa ahli bisnis untuk belajar pun tetap mereka lakukan.

Salah satunya dengan mengikuti pelatihan bisnis yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Kegigihan ini, selain membuahkan perkembangan bisnis yang luar biasa, juga berhasil membuat The Hungry Sushi meraih predikat Resto Pilihan GrabFood 2022.

Berkat pencapaiannya, Mara dan Billi berkesempatan jumpa dengan Menparekraf, Sandiaga Uno, atas undangan Grab—dalam rangkaian acara MotoGP 2022.

[INFOGRAFIS] Sejuta Rasa Kuliner Indonesia
Indonesia bukan hanya kaya dengan ragam budaya, tapi juga cita rasa masakannya yang khas. Mari berwisata kuliner di tempat-tempat ini.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya