Denny JA Bahas Pidato Martin Luther King di Acara Parade Puisi, Dimeriahkan Aksi Bermusik dan Line Dance

Puisi kerap menjadi inspirasi dari pergerakan besar para tokoh hebat dalam sejarah.

oleh Hernowo Anggie diperbarui 12 Mar 2023, 09:07 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2023, 16:59 WIB
Denny JA
Denny JA

Liputan6.com, Jakarta - Puisi kerap menjadi inspirasi dari pergerakan besar para tokoh hebat dalam sejarah. Begitu dikatakan oleh Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Denny JA saat memberikan sambutan pada kegiatan Parade Puisi yang digelar di Pavillion Selatan, Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, Sabtu, 11 Maret 2023.

Kegiatan tersebut digelar oleh Satupena DKI Jakarta dan diisi dengan ragam aktivitas, termasuk parade pembacaan puisi, peluncuran buku esai mengenai Taman Eco Park Tebet, musik serta line dance.

Denny mengawali sambutannya dengan merujuk pada pidato Martin Luther King. "Saat itu, tahun 1963, 60 tahun lalu, Martin menyatakan pidatonya yang sangat terkenal: I Have a Dream. Ini pidato yang tak hanya puitis, tapi juga ikut mengubah wajah hak asasi manusia," ujar Denny.

Ia pun mengutip penggalan pidato Martin Luther King. "Saya bermimpi, suatu hari kelak, manusia tidak dinilai dari warna kulitnya. Tapi mereka dinilai dari karakter dan perilakunya," begitu kutipan pidato Martin Luther King yang disampaikan Denny JA.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Hentikan Diskriminasi

Denny JA
Denny JA

Ia menjelaskan, pidato ini ikut menyulut bangkitnya civil right movement, yang menghentikan diskriminasi atas kulit hitam. Kemudian, selang 46 tahun, tepatnya pada tahun 2009, seorang kulit hitam terpilih menjadi presiden Amerika Serikat.

“Populasi kulit hitam di Amerika Serikat hanyalah 13 persen, hal itu menandakan bahwa Obama hanya mungkin menjadi presiden jika didukung oleh jauh lebih banyak kulit putih”, tambah Denny.

 


Pengaruh Puisi

Lebih jauh Denny menguraikan bahwa ada analisis mendalam mengenai pidato terkenal Martin Luther King yang berjudul "I Have a Dream" itu. Dalam publikasi di Smithsonian Magazine tahun 2017 silam, dijelaskan bahwa pidato tersebut dipengaruhi oleh puisi.

Puisi yang menginspirasi Martin Luther King itu berjudul, “A Dream Deffered” atau mimpi yang tertunda. Puisi tersebut ditulis oleh Langstones Hughes pada tahun 1951, atau 12 tahun sebelum pidato “I Have a Dream” disampaikan.

Martin Luther King sendiri menulis surat kepada Langstone. “Tak terhitung lagi, berapa kali aku membaca puisi-puisimu, di banyak tempat dan waktu yang berbeda," begitu kutipan surat Martin Luther King pada Langstone, yang diuraikan Denny.

 


Taman Sebagai Pusat Budaya

Langstone yang tumbuh dewasa di New York, diceritakan sering menghabiskan waktu di taman, terutama Central Park. Di taman itu, ia membaca buku, mendapatkan inspirasi dan menulis puisi.

"Di taman itu tercipta puisi, yang ternyata ikut memberi inspirasi sebuah pidato gerakan sosial," ujar Denny. Lebih lanjut Denny menguraikan bahwa sejak dulu, taman sudah menjadi pusat budaya.

"Di era Romawi diceritakan para filsuf, politisi dan penyair sering berjumpa di taman," kata Denny. “Di taman, mereka diskusi tak hanya soal puisi dan filsafat hidup, tapi juga mendiskusikan masalah yang dihadapi masyarakat," sambungnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya