Liputan6.com, Jakarta Pergelaran seni ketoprak Retno Kencana diperkuat sejumlah nama kondang dari Dewi Bambang Soesatyo, Inaya Wahid putri Gus Dur, hingga Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Inaya Wahid menjelaskan perannya dalam ketoprak Retno Kencana memperkuat segmen Gara-gara. Dalam pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang, segmen Gara-gara menampilkan Punakawan yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Baca Juga
Menyorot Deretan Musisi Dunia yang Meninggal Secara Mengejutkan di Atas Panggung, Beberapa di antaranya Bernasib Tragis
Catatan Produser Ronny Irawan untuk Film Tabayyun, Titi Kamal Adu Akting dengan Naysilla Mirdad
Setelah 19 Tahun, Sinetron Lorong Waktu Kembali ke Layar Kaca SCTV untuk Semarakkan Ramadan 2025
Segmen ini ditunggu penonton karena dikemas santai, kocak, namun penting karena di sinilah intisari pesan dalam cerita disajikan. Inaya Wahid merasa terhormat mengisi Gara-gara dalam kisah Retno Kencana yang kemudian dikenal dengan Ratu Kalinyamat.
Advertisement
“Saya berperan dalam segmen ketoprak namanya: Gara-gara. Itu bagian yang ‘tidak serius’-nya. Pemainnya pelawak-pelawak. Biasanya, pesan atau poin utama dari seluruh pertunjukan adanya di situ,” kata Inaya Wahid kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Gara-Gara Bebas
Setelah menerima proyek Retno Kencana, Inaya Wahid jatuh hati pada cerita maupun penokohan yang sesuai dengan nilai yang selama ini ia junjung. Bukan berarti mengisi segmen Gara-gara dalam Retno Kencana minus tantangan.
“Gara-gara bebas. Bagian yang tak ada naskah, kaya improvisasi. Memang harus dengan orang yang sudah klik, sepaham, tahu pola pikirnya kayak apa, jadi enak. Kali ini saya main dengan beberapa aktor yang belum biasa bermain ketoprak, ini tantangan,” ujarnya.
Setelahnya, Inaya Wahid berbagi kesan tentang Retno Kencana atau Ratu Kalinyamat. Ketika banyak orang menuding pemimpin perempuan adalah bentuk feminisme dari Barat, Inaya Wahid mengajak publik berkaca pada sejarah khususnya Ratu Kalinyamat.
“Ratu Kalinyamat itu Indonesia asli. Selama ini banyak yang menuding perempuan yang memimpin itu bentuk feminisme dari Barat, itu keliru. Indonesia sudah punya Ratu Kalinyamat dengan impak tak main-main. Tak semua pemimpin mampu seperti beliau,” ulas Inaya Wahid.
Advertisement
Hikmah di Balik Ratu Kalinyamat
Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari Ratu Kalinyamat untuk masa sekarang. Dalam berumah tangga misalnya, wanita yang punya karier sebagai pemimpin tak perlu memandang rendah pasangan. Begitu pula sebaliknya. Mereka bisa jadi rekan satu tim yang solid.
“Ini gambaran ketika dalam rumah tangga, itu jadi tim. Pasangan sepadan. Tidak ada persaingan. Kenapa enggak jadi tim saja sih? Aku yang memimpin, kamu yang ikut? Kenapa tidak jalan bareng saja? Tak perlu ada posisi superior dan inferior,” tutupnya.
Ketoprak Retno Kencana berawal dari gagasan Ketua Kebaya Foundation, Tuti Roosdiono, bersama Ketua Laskar Indonesia Pusaka, Aylawati Sarwono, dan pihak Jaya Suprana School of Performing Arts. Dengan visi misi yang sama, mereka mematangkan pertunjukan ini.
Persiapan Sekitar 2 Bulan
Dalam sesi wawancara khusus, sutradara ketoprak Retno Kencana yang akrab disapa Kenthus Barata antusias mengarahkan para pemain yang notabene bukan seniman profesional melainkan para pemerhati dan pencinta seni Tanah Air.
“Kita latihan sebetulnya kurang lama, sekitar 2 bulan setiap Rabu, jadi cuma beberapa kali. Saya tidak memaksakan beliau-beliau ini harus bisa dan benar dalam seni pertunjukan ketoprak. Paling tidak makna dan benang merah cerita ini tersampaikan,” ungkap Kenthus Barata.
Ketoprak Retno Kencana digelar di Tetater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta, 4 Desember 2024, jam 19.00. Dewi Bamsoet jadi pemeran utama, yakni Retno Kencana alias Ratu Kalinyamat. Pertunjukan ini disambut hangat para pencinta seni.
“Ketoprak Retno Kencana diperkuat banyak orang. Dari profesionalnya ada 80 orang, dari teman-teman wayang orang Barata termasuk pemusik, penari, penata kostum sampai perias. Pemain dari asosiasi sekitar 50-an orang,” Kenthus Barata mengakhiri.
Advertisement