Fokus Atasi Dampak VOC, Begini Inovasi Patrick Samuel hingga Dipercaya Perusahaan Global

Liputan6.com, Jakarta Isu keberlanjutan dan kelestarian lingkungan terus menjadi perbincangan penting, terutama terkait polusi dan pemanasan global. Kedua isu ini semakin sulit dihindari seiring meningkatnya ketergantungan terhadap teknologi dan pembangunan industri.

Kemajuan industri memang membawa manfaat besar, namun juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu ancaman terbesar adalah peningkatan jumlah Volatile Organic Compounds (VOC), yaitu senyawa organik yang mudah menguap dan mencemari udara.

Paparan VOC dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan pernapasan, sakit kepala kronis, iritasi mata, hingga meningkatkan risiko penyakit serius seperti kanker.

Mencari solusi untuk mengurangi dampak VOC bukanlah perkara mudah, terutama karena masih banyak orang yang kurang memahami isu ini. Diperlukan sosok yang mampu menemukan dan mengembangkan solusi terbaik. Salah satunya adalah Patrick Samuel, seorang insinyur teknik kimia kelahiran Indonesia yang kini berkarier di Prancis. Sejak lama, ia berambisi menjadikan industri lebih efisien, inovatif, dan ramah lingkungan.

Sepanjang perjalanan karier lintas industrinya, Samuel menyadari bahwa emisi VOC dari sektor manufaktur menjadi tantangan serius, tidak hanya bagi industri, tetapi juga bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

“Dengan pendekatan holistik dan berbasis data, saya yakin kita dapat menemukan solusi yang berkelanjutan,” ujar Patrick Samuel.

“Ketika keberlanjutan tak lagi dianggap semata-mata kewajiban, melainkan strategi cerdas, kita akan menyadari potensi besarnya. Sering kali kita melihat masalah secara sempit dan terpisah, padahal jika ditinjau secara menyeluruh, justru bisa menjadi peluang.”

Sebagai lulusan Master of Engineering dari Ecole Nationale Supérieure des Industries Chimiques, Prancis, Samuel terus berupaya mengoptimalkan proses industri dengan meminimalkan limbah serta menerapkan kecerdasan buatan (AI) dalam manufaktur demi meningkatkan efisiensi produksi. Baginya, solusi terbaik bukan hanya soal kecanggihan teknologi, tetapi juga dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat.

Ketertarikannya pada teknologi dan sains yang telah tumbuh sejak kecil menjadi pendorong utama dalam upayanya mencari inovasi. Hal ini pula yang membawanya meraih dua penghargaan bergengsi, yaitu Prix de l’Innovation dari Norbert Segard Foundation dan Prix de l’Innovation dari Entrepreneuriales en Lorraine untuk proyek startup teknologi yang ia rintis.

“Salah satu pencapaian terbesar saya adalah memutus total ketergantungan pada satu bahan baku dalam proses produksi,” ungkap Samuel. “Tantangan ini jelas tak mudah: kami harus merancang teknik produksi baru, melakukan serangkaian eksperimen, dan membangun pilot project untuk membuktikan keandalan proses sebelum berinvestasi dalam skala penuh.”

Hasil inovasi ini memberikan dampak besar, tidak hanya dalam efisiensi biaya produksi tetapi juga menekan polusi VOC hingga nol. Keberhasilannya ini turut memberikan kontribusi positif bagi kualitas udara dan atmosfer di Normandy, Prancis.

Atas keahlian dan pencapaiannya, Samuel dipercaya oleh sebuah perusahaan multinasional di Prancis untuk memimpin tim lintas departemen, mulai dari Quality, Maintenance, Produksi, hingga Engineering—tim yang jika digabungkan memiliki pengalaman lebih dari 100 tahun.

Bagi Samuel, kepercayaan ini merupakan kehormatan tersendiri. Sebagai profesional muda asal Indonesia, ia merasa bangga dapat memimpin proyek berskala besar di kancah internasional.

“Saya yakin betul pada kekuatan kerja sama tim,” tegasnya. “Tidak ada pencapaian besar yang dicapai seorang diri. Kesuksesan lahir saat tim memiliki visi yang sama dan mampu bersinergi secara optimal.”

Di luar dunia industri, Samuel memiliki hobi DIY (Do-It-Yourself) dan renovasi rumah. Ia juga percaya bahwa keberlanjutan bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak yang dapat diatasi dengan pendekatan teknologi yang tepat.