Hidup di Era Digital, Roro Fitria Pertahankan Tradisi Kejawen

Hidup di zaman digital, tak membuat Roro Fitria melepaskan budaya leluhurnya, Jawa yang sudah dikenalnya sejak lahir.

oleh Rommy Ramadhan diperbarui 12 Agu 2013, 16:30 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2013, 16:30 WIB
roro-fitria-4-130812b.jpg

Hidup di zaman digital yang serba canggih, tak membuat Roro Fitria melepaskan budaya leluhurnya, Jawa yang sudah mendarah daging di keluarganya.

Bahkan Roro Fitria mengaku masih melakukan ritual Kejawen. "Sejak kecil aku besar dan diajarkan budaya Jawa yang sangat kental dari keluarga aku," kata Roro Fitria, ketika dihubungi via Blackberry Messenger (BBM), Senin (12/8/2013).

Lahir di Yogyakarta, 29 Desember 1987, Roro Fitria memang hidup di lingkungan adat Jawa yang sangat kental. Meski tidak tinggal di dalam keraton, tapi Roro masih berdarah biru. Sebab ayahnya R. Suprapto masih keturunan dari Raden Patah.

Meski tinggal di Jakarta, Roro Fitria mengaku masih melakukan ritual Kejawen. "Setidaknya ada 5 ritual yang biasa aku lakukan," kata Roro Fitria saat dihubungi lewat Blackberry Messenger (BBM), Senin (12/8/2013).

"Aku selalu melakukan ritual doa khusus di malam Jumat Kliwon, malam Selasa Kliwon dan di malam wetonku," papar Roro Fitria. Weton merupakan hari pasaran, atau hari kelahiran. Misalnya Selasa Wage atau Minggu Legi. Namun Roro merahasiakan wetonnya. "Biar aku saja yang tahu. Aku sangat merahasiakan wetonku," ungkap Roro.

Doa itu dipanjatkan Roro Fitria seusai salat Maghrib. Sebenarnya, ritual yang dilakukan Roro Fitria itu bisa dilakukan kapan saja, tapi di hari-hari tertentu menjadi sangat spesial. "Doanya pun seperti yang umum dipanjatkan orang-orang. Saya membaca Al Fatihah, Ayat Kursi, dan kumpulan surat pendek masing-masing dibaca 11 kali. Lalu panjatkan doa khusus untuk para leluhur kita. Diiringi doa untuk hajat atau maksud kita. Biasanya sih aku menggunakan bahasa Jawa," jelas Roro Fitria.

Yang menjadikan ini khusus, karena saat berdoa itu, Roro menggunakan bunga dan dupa. "Ini hanya perlambang, supaya aroma wangi dan kesucian bunga serta asap dupa itu sampai kepada para leluhur," tuturnya.

"Itu tadi ketiga ritual yang biasa aku lakukan. Ritual keempat adalah puasa ngapit weton. Yaitu puasa pada sehari sebelum, sehari sesudah dan pas hari wetonku. Dan terakhir yang biasa aku lakukan adalah puasa mutih sebulan sekali," jelas Roro. Puasa mutih adalah puasa dengan berbuka hanya meminum air putih dan makan nasi putih tanpa lauk pauk sama sekali.

"Aku selalu mengambil makna dan filosofi dari semua tradisi Islam Kejawen yang saya lakukan. Semua ritual yang aku lakukan ini tujuannya supaya aku dan keluarga besar (baik yang masih ada ataupun sudah tidak ada) diberikan rahmat dan berkah dari Allah SWT dalam mengarungi hidup ini serta dilindungi dari segala marabahaya, untuk menuju hidup mendatang yang lebih kekal," ungka Roro Fitria.(Rom)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya