Kekecewaan Rachmawati Soekarnoputri memuncak ketika rumah produksi Multivision Plus kekeuh menayangkan film Soekarno: Indonesia Merdeka di bioskop sejak Rabu, 11 Desember 2013. Padahal, sejak jauh-jauh hari, Rachmawati menghimbau agar film berdurasi 2 jam 17 menit itu tidak diputar dan diedarkan.
Rachmawati menilai, film garapan Hanung Bramantyo itu telah menurunkan harkat dan martabat Bung Karno sebagai Bapak Bangsa. "Film Soekarno itu memalukan. Sejak awal pembuatan skenario, sudah terjadi pelecehan terhadap Bung Karno. Mereka hanya bicara komersil atas nama Soekarno," kata Rachmawati saat jumpa pers di Universitas Bung Karno, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2013).
Banyak hal yang dikritisi Rachmawati. Salahsatunya soal adegan dimana Soekarno mendiktekan Bung Hatta saat perumusan naskah proklamasi. "Padahal naskah proklamasi dibuat oleh Bung Hatta, bukan Bung Karno. Ini terjadi pemutarbalikkan fakta," jelas Rachmawati.
Adegan lain yang dikritik ialah saat Soekarno diam saja menyaksikan seorang wanita Indonesia yang hanya memakai (maaf) kutang sedang memijat pimpinan tentara Jepang.
"Terjadi pendegradasian terhadap tokoh Bung Karno. Makanya saya berkali-kali menghimbau untuk stop buat film ini. Dia setuju batalkan perjanjian, berarti film ini batal demi hukum. Tapi ternyata tetap diputar," tandas Rachmawati. (fei)
Rachmawati menilai, film garapan Hanung Bramantyo itu telah menurunkan harkat dan martabat Bung Karno sebagai Bapak Bangsa. "Film Soekarno itu memalukan. Sejak awal pembuatan skenario, sudah terjadi pelecehan terhadap Bung Karno. Mereka hanya bicara komersil atas nama Soekarno," kata Rachmawati saat jumpa pers di Universitas Bung Karno, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2013).
Banyak hal yang dikritisi Rachmawati. Salahsatunya soal adegan dimana Soekarno mendiktekan Bung Hatta saat perumusan naskah proklamasi. "Padahal naskah proklamasi dibuat oleh Bung Hatta, bukan Bung Karno. Ini terjadi pemutarbalikkan fakta," jelas Rachmawati.
Adegan lain yang dikritik ialah saat Soekarno diam saja menyaksikan seorang wanita Indonesia yang hanya memakai (maaf) kutang sedang memijat pimpinan tentara Jepang.
"Terjadi pendegradasian terhadap tokoh Bung Karno. Makanya saya berkali-kali menghimbau untuk stop buat film ini. Dia setuju batalkan perjanjian, berarti film ini batal demi hukum. Tapi ternyata tetap diputar," tandas Rachmawati. (fei)