Yuk, Wisata Religi di Masjid Sunan Ampel Surabaya

Masjid ini dibangun oleh Sunan Ampel pada 1421. Walaupun sudah berusia ratusan tahun, tetapi masjid ini masih berdiri dengan tegaknya di Surabaya, Jawa Timur.

oleh Liputan Enam diperbarui 01 Agu 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2019, 06:00 WIB
Beduk Misterius di Masjid Peninggalan Sunan Ampel
(Dhimas Prasaja/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Surabaya, Jawa Timur  memiliki berbagai bangunan ibadah yang menarik. Mengapa menarik? Karena setiap tempat ibadah yang ada di kota tersebut memiliki perpaduan gaya arsitektur dari etnis, budaya, dan agama yang berbeda-beda.

Beberapa bangunan tempat ibadah di Surabaya yang cukup dikenal antara lain Masjid Agung Sunan Ampel, Masjid Muhammad Cheng Ho, Pagoda Tian Ti di Kenjeran, dan Klenteng Hok An Kiong. Nah, salah satu bangunan tersebut akan dibahas oleh Liputan6.com, ditelusuri dari situs simas.kemenag.go.id berikut ini.

Masjid Agung Sunan Ampel didirikan oleh Raden Achmad Rachmatulloh atau yang lebih di kenal Sunan Ampel pada 1421. Dalam membangun masjid tersebut,  Sunan Ampel didukung oleh sahabatnya yaitu Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji.

Masjid ini dibangun di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel), Kecamatan Semampir Surabaya, dengan luas 120x180 meter persegi. Tidak diketahui kapan proses pembangunan masjid tersebut rampung.

Berdasarkan Buku Travelicious, Jalan Hemat, Jajan Nikmat Karangan Ariyanto, Masjid tersebut berada di kawasan kota lama wilayah utara Surabaya, tepatnya di kawasan Kampung Arab, karena kontribusi penduduknya merupakan etnis Arab.

Masjid Sunan Ampel dibangun dengan gaya arsitektur Jawa Kuno dan Arab Islami. Masjid ini masih menggunakan akulturasi budaya lokal dan Hindu-Budha melalui arsitektur bangunannya.

Di masjid ini pula dijadikannya tempat berkumpul para ulama dan wali dari berbagai daerah Jawa untuk membahas ajaran Islam dan metode penyebarannya di Pulau Jawa. Masjid tersebut berbahan kayu jati yang didatangkan dari beberapa wilayah Jawa Timur.

Masyarakat di sekitar masjid ini mempunyai cerita, bahwa saat pasukan asing menyerang Surabaya dengan senjata berat dan menghancurkan seluruh wilayahnya, Masjid Sunan Ampel tetap berdiri dengan kokohnya, seperti tidak terjadi apapun. Masjid Sunan Ampel kini selalu dijaga kebersihannya.

Saat ini, Masjid Ampel telah menyiapkan nadzir yang baru didirikan sekitar 1970-an. Orang yang pertama bertindak sebagai nadzir masjid ialah almarhum KH. Muhammad bin Yusuf. Selanjutnya, diteruskan oleh KH. Nawawi Muhammad sampai 1998.

Kemudian, nadzirnya dilanjutkan oleh KH. Ubaidilah. Sementara Ketua Takmir Masjid Ampel adalah H. Mohammad Azmi Nawawi. Ternyata, Masjid Sunan Ampel itu ada dua loh. Masjid Ampel yang didirikan Sunan Ampel terletak di sebelah timur.

Masjid Sunan Ampel yang asli memiliki genting berwarna coklat tua dan letaknya bersebelahan dengan pasar cinderamata. Sementara Masjid Ampel yang baru memiliki genting berwarna merah cerah, lokasinya berhadapan langsung dengan pasar cinderamata.

Selain itu, di kawasan ini juga terdapat makam Sunan Ampel serta tokoh penyebar Islam lainnya. Di sini, pengunjung juga bisa berbelanja pernak-pernik, seperti busana muslim, buku-buku agama Islam, dan aneka kuliner khas Arab.

Masjid Sunan Ampel bisa Anda masukkan dalam daftar destinasi wisata di Surabaya. Menarik bukan?

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pintu Air Jagir Berdiri Sejak 1917

(Foto: SuaraSurabaya.net)
Pintu Air Jagir, Surabaya (Foto:SuaraSurabaya.net)

Sebelumnya,Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma), salah satu pimpinan daerah sering terjun ke lapangan. Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini bahkan pernah hujan-hujanan pantau banjir.

Ia pun tak sungkan untuk turun ke lapangan. Cek pintu air dan rumah pompa yang ada di Surabaya agar memastikan banjir tidak mengganggu Surabaya, Jawa Timur. Bicara soal pintu air, di Kota Pahlawan ini terdapat sejumlah pintu air yang sudah ada sejak zaman Belanda dan baru dibangun, antara lain pintu air Jagir, Kayun, Petemon, Patuah, Simo dan Bozem Morokrambangan, serta Kandangan.

Nah, salah satu pintu air yang dibangun sejak zaman Belanda yaitu pintu air Jagir. Pintu air Jagir ini dibangun sekitar 1917, pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Mengutip laman lovesuroboyo, pada masa itu, orang-orang Belanda menganggap kalau banjir adalah hal yang terburuk. Oleh karena itu, Belanda membangun pintu air yang mampu mengantisipasi banjir.

Rencana pembangunan pintu air tersebut juga sudah dipikirkan dan diantisipasi karena Belanda adalah negara yang permukaan tanahnya berada di bawah permukaan laut.

Selain itu, tujuan awal dibuat pintu air tersebut ialah untuk memperlancar kondisi Surabaya, karena pada saat itu Surabaya menjadi kota dagangnya Hindia Belanda. Dalam pembuatan Pintu Air Jagir, Belanda mengerahkan rakyat pribumi untuk menggali tanah sepanjang 5,6 kilometer, sehingga jadilah Kali Jagir.

Mengutip situsbudaya.id, pintu air ini mengatur air yang masuk ke Surabaya melalui anak Sungai Brantas yaitu Sungai Mas. Bila Sungai Mas menunjukkan kelebihan debit air dari Sungai Brantas, airnya akan dibuang melalui pintu air ini menuju ke anak Sungai Mas, Sungai Jagir.

Sebelum dibangun Belanda, di wilayah ini juga terdapat sejarah. Di wilayah ini juga tempat bersauhnya armada tentara Tar-Tar dari China yang akan menyerang Raja Jayakatwang dari Kediri. Akan tetapi, akhirnya dikalahkan dari Pasukan Majapahit di bawah pimpinan Raden Wijaya.

Seiring berjalannya waktu, setelah terjadi pemindahan kekuasaan beserta asetnya, bangunan ini menjadi milik Bangsa Indonesia. Selanjutnya, Pintu Air Jagir berfungsi pula untuk mengontrol kegiatan sungai Jagir, sehingga genangan banjir di Surabaya mampu terkurangi.

Pintu air tersebut juga mampu menahan sampah-sampah yang hanyut di kali Jagir. Oleh karena itu, pintu air ini memiliki makna penting bagi masyarakat Surabaya.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bahkan sudah menjadikan pintu air tersebut sebagai ikon cagar budaya. Pintu AirJagir kini telah dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya, mengingat pintu air tersebut memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Setelah dikelola oleh PDAM, Pintu Air Jagir memberikan manfaat lain yaitu mengatur debit air yang masuk ke Surabaya, termasuk menjaga stok air di PDAM. Kini, Pintu Air Jagir diberi hiasan lampu-lampu cantik, yang jika malam tiba, akan menampakkan warna-warna bangunan yang sangat indah.

Sampai sekarang, Pintu Air Jagir masih berdiri dengan kokohnya dan berfungsi dengan baik sebagai pengendali banjir di Surabaya. Hal itu karena bangunan kuno pintu air tersebut tetap dirawat dengan baik.

Kawasan di sekitar Sungai Jagir selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk sekadar memancing ikan. Hal ini dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk membuka usaha memancing ikan.

Sekarang, Anda sudah tahu kenapa Pintu Air Jagir itu memiliki peran penting bagi warga Surabaya. Ternyata, pintu air ada banyak ya manfaatnya.

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya