Mantan Ketua Hipmi Jatim Ali Affandi Maju Pertarungan Pimpinan Kadin Surabaya

Mantan Ketua HIPMI, Ali Affandi telah kantongi dukungan dari dua Ketua Umum Kadin Surabaya untuk maju dalam perebutan kursi Ketua Umum dalam Musyawarah Kota Kadin Surabaya.

diperbarui 07 Agu 2019, 16:16 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2019, 16:16 WIB
Museum Surabaya
Museum Surabaya (sumber: iStockphoto)

Surabaya - Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur, Ali Affandi telah kantongi dukungan dari dua Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya untuk maju dalam perebutan kursi Ketua Umum dalam Musyawarah Kota Kadin Surabaya.

Dua ketua umum tersebut Ketua Umum Kadin Surabaya Jamhadi saat ini dan Mantan Ketua Umum Kadin Surabaya Rudiansyah. Keduanya mengaku mendukung Andi, sapaan akrab Ali Affandi karena mewakili semangat bisnis anak muda.

"Dibutuhkan seorang yang bisa mengakomodir teman-teman itu untuk menapaki perjalanan bisnisnya ke depan agar lebih baik. Eranya sekarang itu eranya anak-anak milenial. Kalau dari sisi kelembagaan perusahaan, itu yang penting, sekarang justru yang banyak individu-individu. Kalau sudah besar, baru butuh berkumpul. Ini tantangan untuk Kadin ke depan. Ini harus bisa diakomodir," tutur Rudiansyah sepert dilansir suarasurabaya.net, Rabu (7/8/2019).

Rudiansyah menuturkan, kebutuhan Kadin itu yang membuat dirinya mendukung sosok Andi. Sementara itu, Jamhadi menilai, Andi sosok yang tepat untuk melanjutkan kepemimpinannya.

"Dia kuat dalam bisnis, karena kebutuhan Kadin ke depan, sesuai UU 1 Tahun 1987, sebagai mitra strategis pemerintah dan wadah dunia usaha, dituntut oleh seorang sosok yang secara kepribadiannya, memiliki karakter sebagai pemimpin, ia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi harus memimpin masyarakat sekarang. InsyaAllah mas Muhammad Ali Affandi punya kriteria itu," tutur dia.

Andi menuturkan, tantangan Kadin di Surabaya saat ini tidak ringan. Ia mengatakan, peningkatan angkatan kerja belum diimbangi lapangan kerja baru, sehingga menimbulkan pengangguran. Angkatan kerja di Surabaya naik dari 1,49 juta pada 2017 menjadi 2,26 juta pada 2018.

"Selain faktor demografi, kenaikan angkatan kerja salah satunya didorong dari pekerja luar kota. Tingkat pengangguran terbuka merambat naik, dan itu harus diantisipasi dengan menginklusifkan pertumbuhan ekonomi," kata dia.

Sejumlah potensi yang bisa dimaksimalkan, menurut dia antara lain pariwisata dan sektor MICE yang terbukti cepat menggerakkan perekonomian.

"Pariwisata dan MICE dikenal sebagai sektor inklusif, termasuk untuk turunannya seperti UMKM souvenir, makanan, dan sejenisnya. Itu perlu menjadi perhatian, apalagi Surabaya adalah pintu gerbang utama wisatawan mancanegara di Jatim," ujar dia.

Hingga jelang Musyawarah Kota yang akan digelar pada 14 Agustus 2019, belum ada calon lain yang muncul dalam bursa pencalonan ketua umum Kadin Surabaya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Inflasi Juli 0,11 Persen di Surabaya

Inflasi
Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya melaporkan inflasi Juli 2019 sebesar 0,11 persen dari periode Juni 2019 sebesar 0,21 persen.

Mengutip laman BPS, Selasa, 6 Agustus 2019, Surabaya mencatat indeks harga konsumen (IHK) sebesar 137,01. Sementara itu, nasional nilai inflasinya mencapai 0,31 persen dan Jawa Timur sebesar 0,16 persen.

Jika dibandingkan dari delapan kota IHSG di Jawa Timur, enam kota alami inflasi dan dua kota alami deflasi. Tercatat Kediri alami inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,44 persen. Surabaya dinilai termasuk alami inflasi terendah, sedangkan deflasi tertinggi di Kabupaten Sumenep.

Inflasi di Surabaya terjadi karena enam kelompok pengeluaran alami inflasi dan satu kelompok pengeluaran alami deflasi.

Kelompok pengeluaran yang alami kenaikan harga atau inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,91 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang alami deflasi hanya kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,53 persen.

Lalu apa saja komoditas yang kontribusi terbesar terjadinya inflasi pada Juli 2019?

Komoditas itu antara lain cabai rawit, emas, perhiasan, daging ayam ras, tahu mentah dan udang basah.

Sedangkan komoditas yang dominan dalam menghambat terjadinya inflasi di Surabaya pada Juli 2019 antara lain tarif kereta api, angkutan antar kota, tomat, bawang putih dan kendaraan carter/rental.

Lalu inflasi tahun kalender Surabaya sebesar 1,31 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 2,73 persen. Di Jawa Timur, laju inflasi tahun kalender sedikit lebih tinggi sebesar 1,32 persen. Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun nilainya lebih rendah sebesar 2,5 persen. Di tingkat nasional, inflasi tahun kalender sebesar 2,36 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 3,32 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya