Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Suko Widodo, menilai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) masuk Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan karena kepemimpinannya di Surabaya.
Selain itu, Suko melihat, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Risma adalah pemimpin perempuan yang punya hubungan istimewa. Dari sisi keahliaan, Risma dinilai cukup berhasil memimpin Surabaya dan berpengalaman mengelola kebudayaan.
"Dari sisi expert punya keberhasilan dalam mengelola kebudayaan, khususnya arsitektur kota," ujar Suko saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Senin (12/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Â
Ia menuturkan, Risma yang masuk DPP PDI Perjuangan menunjukkan bukti, PDIP menyadari akan tantangan Indonesia yang semakin berat. Oleh karena itu, PDIP merekrut orang-orang pilihan.
"PDIP sadar bahwa tantangan Indonesia ke depan bertambah berat. Untuk itu PDIP perlu rekrut orang-orang andal," kata Suko.
Selain itu, Risma terpilih dalam kepengurusan DPP PDIP dapat mempengaruhi Pemilihan Wali Kota (Pilwali) 2020. Dalam pemilihan legislatif (Pileg) Surabaya, tahun lalu PDIP sudah menjadi pemenang. Risma juga dinilai memiliki pengaruh sangat besar. Suko Widodo memprediksi PDIP menguasai Pemilihan Wali Kota (Pilwali) pada 2020.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penjelasan Risma Setelah Masuk Pengurus Pusat PDI Perjuangan
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) siap mengemban amanah setelah dirinya masuk dalam kepengurusan DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan periode 2019-2024 menjadi Ketua Bidang Kebudayaan dalam sidang paripurna Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Sabtu, 10 Agustus 2019.
"Saya belum tahu. Nanti saya coba ya. Saya belum pernah menjadi pengurus partai, belajar nanti coba dilihat," kata Wali Kota Risma, Sabtu, 10 Agustus 2019, dilansir Antara.
Saat ditanya perasaannya mendapat mandat sebagai fungsionaris DPP PDIP, Tri Rismaharini mengaku biasa saja. Namun, kepercayaan tersebut baginya adalah sebuah tanggung jawab yang harus dijalankan. Sebagai pengurus partai, dirinya tak ingin hanya namanya yang tercatat dalam SK Kepengurusan.
"Saya tidak mau cuma ditulis. Makanya saya pelajari nanti bagaimana," ujar dia.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini secara terbuka menyampaikan alasan dirinya memilih bergabung PDI Perjuangan. Ia menjelaskan, di partai berlambang kepala banteng ini tidak pernah bicara soal uang karena segala sesuatu diselesaikan dengan gotong-royong, urunan.
Alasan lainnya, ucap dia, adalah soal ideologi. Bagi Risma, ideologi yang ditanamkan oleh PDI Perjuangan selaras dengan ajaran orang tuanya. "Kita tidak boleh membeda-bedakan orang, kemudian perhatian sama orang kecil," katanya.
Sekian lama menjadi kader PDI Perjuangan, Tri Rismaharini merasa nyaman. Meski saat ini posisinya sebagai birokrat, sekaligus politikus, tetap tak ada yang berubah pada dirinya. Ia memiliki prinsip mengalir saja dan apa adanya dalam menjalankan tugas-tugasnya.
"Seperti waktu dipercaya sebagai Presiden UCLG, saya mengalir saja. Susah kalau saya harus menjadi sesuatu yang baru," ujarnya.
Â
Advertisement
Belajar dari Megawati
Selama menjadi kader partai, Risma memiliki hubungan yang dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Risma bercerita bahwa dirinya banyak belajar dari putri Proklamator RI tersebut. Dalam beberapa kali pertemuan, ia sering bertanya langsung ke Megawati jika menemui persoalan.
"Sering kali kalau saya tidak ngerti belajar ke Beliau, seperti tentang manajemen bencana. Sewaktu menjabat Wapres, Beliau diserahi Gus Dur menangani bencana. Beberapa sudah saya lakukan di sini semisal pemisahan antara bencana basah dan kering," katanya.
Pelajaran lain, yang ditularkan Presiden ke-6 RI kepada Risma adalah berkaitan dengan pemberian makanan tambahan untuk anak-anak balita. Namun demikian, ia mengaku tak ada anjuran khusus dari Megawati dirinya harus seperti apa dalam menjalankan roda pemerintahan di Surabaya.
Sebagai pimpinan partai, menurut Risma, Megawati mengajarkan kepada seluruh kadernya, terutama yang menyandang jabatan publik, untuk perhatian kepada wong cilik. "Karena partainya wong cilik, jadi perhatian sama orang kecil disampaikan ke semuanya," katanya.
Risma kembali mengungkapkan, rasa nyaman menjadi kader PDI perjuangan adalah perhatiannya yang begitu besar terhadap masyarakat kecil. Hal itu selaras dengan keinginan Risma, karena selama menjabat wali kota, dirinya lebih banyak memikirkan nasib orang-orang kecil.
"Saya tidak betah kalau di suruh yang aneh-aneh. Selama ini selalu kepikiran, warga saya bisa makan atau tidak," ujarnya
Risma menambahkan, saat bertemu dengan Megawati pembicaraan bisa berlangsung cukup lama. Dengan seringnya bertemu, ia bersyukur mendapat ilmu banyak dari orang nomor satu di PDI Perjuangan itu.
Akan tetapi, Risma mengelak apabila Megawati mempunyai perhatian khusus terhadap perkembangan Kota Surabaya. "Semuanya diperhatikan, tidak hanya Surabaya saja. Kebetulan Ibu (Megawati) pernah kuliah di pertanian, jadi kadang ada koreksi dan masukan tentang taman, pertanian, dan sebagainya," kata dia.
Â