Jalinan Manis antara Surabaya dan Busan Korea Selatan

Sudah 25 tahun Surabaya dan Busan menjalin hubungan baik melalui kerja sama sister city. Kerja sama ini sudah membuahkan berbagai hasil.

oleh Liputan Enam diperbarui 03 Okt 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2019, 06:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima gelar Doktor Honoris Causa oleh Tongmyong Univercity, Busan, Korea Selatan (Korsel). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 3 Oktober, warga Korea Selatan diliburkan untuk memperingati Gaecheonjeol atau Hari Kelahiran Bangsa. Hari libur ini dimaksudkan untuk merayakan pendirian kerajaan pertama Korea yang bernama Gojoseon oleh Dangun.

Bicara soal Korea Selatan, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini didaulat menjadi warga kehormatan Kota Busan, Korea Selatan pada Oktober 2019. Risma menerima penghargaan tersebut karena jasa dan kontribusinya yang selama ini diberikan bagi perkembangan Busan.

Piagam warga kehormatan ini diberikan langsung oleh Wali Kota Busan, Korea Selatan, Oh Keo-don. Dalam acara tersebut Risma juga memberikan persembahan permainan angklung dan beberapa cinderamata. Demikian mengutip berbagai sumber, Kamis (3/10/2019).

Kota Busan memang memiliki jalinan kerja sama sister city dengan banyak kota, salah satunya adalah Surabaya. Kerja sama sister city antara Kota Surabaya dan Busan sendiri sudah terjalin selama 25 tahun, tepatnya sejak 1994.

Melansir dari akun Instagram @kerjasama.surabaya, Busan adalah kota kawasan industri terbesar di Korea Selatan yang telah menandatangani MoU dengan Surabaya pada 1994. Kerja sama sister city ini berfokus pada bidang administrasi, lingkungan, pendidikan, dan perkotaan.

Salah satu bentuk hasil dari kerja sama sister city adalah pemberian nama Jalan Surabaya di Busan. Pemasangan jalan tersebut dilakukan oleh Pemerintah Kota Busan yang bekerja sama dengan Busan Indoensia Center. 

Tak hanya itu, pada Juli 2014, Patung Suro dan Boyo pun diresmikan di kota pelabuhan terbesar di Korea Selatan ini. Patung khas Surabaya itu berdiri di taman kota samping kantor Busan Indonesia Center (BIC). 

Jalinan sister city antara Surabaya dan Busan juga melakukan program pertukaran pelajar, tepatnya pada 17-23 Februari 2019 lalu. Program ini digagas langsung oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Kota Busan, Korea Selatan.

Semoga jalinan kerja sama ini selalu berjalan manis dan semakin banyak hasil yang bisa diwujudkan, baik di Surabaya atau pun di Busan, Korea Selatan.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Risma Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas di Korsel

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima gelar Doktor Honoris Causa oleh Tongmyong Univercity, Busan, Korea Selatan (Korsel). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya,Tonghmyong University, Busan, Korea Selatan (Korsel) menganugerahi gelar Doktor Honoris Causa kepada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) pada Senin, 30 September 2019. Gelar kehormatan itu disematkan atas profesionalisme dan dedikasi dalam bidang arsitektur.

Pada kesempatan itu, wali kota yang juga menjabat sebagai Presiden UCLG Aspac ini mengenakan toga Universitas Tongmyong saat menerima gelar Doktor Honoris Causa ini.

Bagi Tri Rismaharini, gelar Doktor Honoris Causa ini sudah yang kedua kalinya didapatkan dari kampus yang berbeda. Sebelumnya gelar Doktor Honoris Causa diberikan oleh Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada 2015.

Dalam sambutannya, Risma mengapresiasi kepada rektor dan Komite Universitas Tongmyong atas penganugrahan gelar yang disematkan padanya. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan untuk warga Surabaya yang sudah bersama-sama dalam mengembangkan kota.

"Bapak ibu yang terhormat, Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dengan populasi 3,4 juta jiwa, kota ini berperan sebagai pusat pengembangan di Indonesia Timur. Itu  mengapa ruang publik menjadi salah satu prioritas kami,” tutur Risma mengawali sambutannya.

Ia menuturkan, ruang publik yang ada di Surabaya sangat beragam. Salah satunya adalah taman kota, karena taman merupakan arena rekreasi yang murah dan menunjuang interaksi warganya. 

Dia mengatakan, dengan membangun taman kota, maka secara bersamaan ia membangun pula peluang bagi masyarakat untuk saling melakukan interaksi. "Pembangunan taman ini memiliki banyak manfaat,” kata dia.

Dari tahun ke tahun, kuantitas ruang terbuka hijau di Surabaya terus mengalami peningkatan. Ia memastikan selama 2018, jumlah ruang terbuka hijau mencapai 21,94 persen. Bahkan, Risma juga mengatakan dalam disertasinya tentang penataan kota, taman umum dan taman di sepanjang tepi sungai menjadi sangat penting.

"Dalam melakukan managemen perkotaan, memang sangat kompleks karena melibatkan banyak sektor dan pemangku kepentingan,” imbuhnya.

Oleh karena itu, pembangunan yang diakukan harus mampu menjembatani dua aspek. Yaitu aspek fisik dan non-fisik. “Aspek fisik adalah infrastruktur perkotaan, sedangkan aspek non fisiknya ialah sumber daya manusia dan ekonomi kota,” kata dia.

Di kesempatan yang sama, Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga memaparkan Surabaya telah mencapai lebih dari 30 persen ruang hijau publik sesuai dengan undang-undang yang merupakan sinergi dari pemkot. “Ini semua berkat masyarakat dan sektor swasta yang memiliki tujuan sama,” tegas dia.

Tidak hanya itu, Risma juga memaparkan berbagai keberhasilannya dalam membangun Kota Pahlawan. Di antaranya adalah taman kota, hutan kota, kawasan konservasi, jalur hijau, danau, waduk, perbatasan sungai, dan lapangan olahraga, 

"Bahkan dulunya sebelum tahun 2007, Surabaya yang hanya memiliki beberapa ruang publik, kini sudah mencapai ratusan, taman umum misalnya ada 475 taman,” paparnya.

Tri Rismaharini menambahkan, keberhasilan lainnya yang juga dirasakan oleh warga Kota Surabaya adalah penurunan banjir dari yang semula 50 persen kini hanya tinggal 2 persen, turunnya suhu udara 2 derajat, dan penurunan tingkat penyakit. "Lalu jumlah wisatawan selalu meningkat, dari 15 juta tahun 2015, menjadi 27 juta orang pada 2018," imbuhnya.

 

Birokrat yang Berbeda

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) hadiri pertunjukan kesenian bertajuk “Sawunggaling Anak Dunia”. (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sementara itu, Rektor Universitas Tongmyong Dr. Jung Hong Sup, mengatakan, Wali Kota Risma adalah seorang birokrat yang berbeda. Setiap pembangunan yang dilakukan, tidak hanya sebatas fisik saja tapi terdapat falsafahnya. 

"Bu Risma sangat mencintai hubungan Busan dengan Surabaya. Tidak hanya itu, pertukaran pelajar dari Kota Surabaya pun sering dilakukan,” kata Jung Hong Sup.

Seusai penyematan gelar, diakhir acara Wali Kota Risma beserta jajarannya memberikan sebuah pertunjukkan, yakni memainkan alat musik angklung dengan membawakan beberapa lagu asli Surabaya. Setelah menyaksikan penampilan itu, Jung Hong Sup memberikan apresiasi tersendiri kepada Wali Kota Risma.

"Suara bambunya terdengar alami sekali seperti suara angin. Bu Risma memilih main bersama dengan staffnya mencerminkan pemimpin yang totalitas, demokratik dan juga sangat ramah," imbuh dia.

Ia berharap dari kerja sama yang sudah 25 tahun ini, Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Busan terus meningkatkan kerjasamanya di berbagai bidang. Seperti bidang, pendidikan, ekonomi, lingkungan dan lalu lintas umum. 

"Semoga berikutnya lebih banyak masyarakat Surabaya yang melanjutkan studi di Universitas Tongmyong, terlebih universitas ini menonjolkan Infomation Communication Teknologi (ICT),” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya