Liputan6.com, Jakarta - Jabodetabek mengalami blackout alias mati lampu pada Agustus 2019. Padamnya listrik secara massal ini berdampak pada jutaan masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekas (Jabodetabek).Â
Gangguan listrik juga pernah terjadi di Surabaya, tepatnya saat peristiwa puting beliung pada 2016. Salah satu akibat dari gangguan listrik tersebut adalah matinya beberapa lampu lalu lintas.Â
Oleh karena peristiwa tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan sejumlah langkah untuk menghemat energi listrik di Kota Pahlawan. Upaya ini juga merupakan bentuk antisipasi apabila gangguan listrik terjadi kembali.Â
Advertisement
Baca Juga
Berikut ini adalah tiga upaya Pemkot Surabaya dalam hal penghematan energi listrik yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber:
1. Panel Surya
Panel Surya atau dikenal juga dengan Solar Cell mulai diberlakukan di Surabaya sejak 2016. Hal ini berawal dari peristiwa angin puting beliung di sejumlah Kawasan Kota Surabaya 2016 lalu yang membuat aliran listrik padam.
Peristiwa tersebut mengganggu pelayanan kantor instansi pemerintah. Selain itu, beberapa lampu lalu lintas juga ikut padam karna terputusnya aliran listrik.
Oleh karena kejadian itu, pihak Pemkot Surabaya akhirnya memutuskan menggunakan teknologi panel surya untuk diaplikasikan di beberapa titik.Â
Melansir dari akun Instagram @surabaya, sejumlah titik yang didukung oleh panel surya adalah traffic light (TL), penerangan jalan umum, rumah pompa, sekolahan hingga kantor instansi pelayanan publik.Â
Hingga 2019, panel surya yang terpasang di lampu lalu lintas terdapat 49 simpang. Maksud dari pemasangan ini adalah untuk meminimalisir gangguan saat pemadaman listrik.
Teknologi ini juga menghemat anggaran yang dikeluarkan Pemkot Surabaya. Pemkot Surabaya hanya perlu mengeluarkan biaya sewa meteran sekitar Rp 90.000 per bulan per satu titik TL. Sebelumnya, Pemkot menghabiskan Rp 1 juta per bulan untuk satu titik lampu TL.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Genset Rumah Pompa
2. Genset di Rumah Pompa
Selain memasang panel surya, Pemkot Surabaya juga menambahkan jumlah genset. Genset ini ditempatkan di rumah-rumah pompa yang tersebar di Surabaya.
Rumah pompa sendiri menjadi piranti penting untuk mencegah banjir di Surabaya. Genset sudah terpasang di 56 rumah pompa yang tersebar di Suabaya.
Sebagian genset ini dialiri listrik hasil solar cell dari lampu traffic light. Maksud tersebut untuk mengantisipasi situasi, apabila keterbatasan energi listrik terjadi, rumah pompa dapat tetap beroperasi.
3. TPS Produksi Energi Listrik
Di Surabaya juga terdapat tempat pembuangan sampah (TPS) yang dapat menghasilkan energi listrik. TPS itu seperti yang ada di kawasan Wonorejo dan Jambangan, Surabaya.
Meski tak sebesar TPA Benowo, TPS kecil ini mampu menghasilkan listrik 4 kilo watt. Melihat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menambah lima Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di berbagai lokasi.
Selain menghasilkan produksi energi listrik, TPST juga merupakan upaya memotong mata rantai sampah. Manfaat lain dari TPST adalah mengubah sampah organic menjadi pupuk.
Sebelumnya, Surabaya telah mengolah sampah menjadi energi listrik yang dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Sekitar 1.300-1.500 ton sampah per hari diolah di TPA Benowo. Lahan 37,4 hektare itu dapat dimanfaatkan dengan baik dalam waktu panjang.Kapasitas produksi energi listrik dari TPA ini pun diharapkan meningkat menjadi 11 MW.
Â
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Â
Advertisement