Sambut Hari Santri Nasional 2019, PBNU Ziarah ke Jombang

Di Jombang, terdapat sejumlah situs penting bagi warga NU atau Nahdliyin di antaranya sejumlah pesantren dan makam.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Okt 2019, 16:30 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2019, 16:30 WIB
Presiden Jokowi Hadiri Undangan Buka Puasa Bersama DPD
Ketua PBNU Said Aqiel Siradj memberikan sambutan saat acara buka puasa bersama di Jakarta, Rabu (14/5/2019). Acara buka puasa tersebut dihadiri sejumlah tokoh-tokoh dan petinggi partai politik. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Para pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan perjalanan spiritual ke Jombang, Jawa Timur, dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 2019.

"Kita doakan para pendiri NU semoga dibalas amalnya karena berjasa untuk 'ahlussunnah wal jamaah', Islam dan bangsa Indonesia," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sebelum berziarah ke makam pendiri NU di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis, 17 Oktober 2019.

Saat hadir di Tebuireng sekitar pukul 8.30 WIB, Said beserta sejumlah pimpinan PBNU disambut para santri dengan shalawat.

Usai disambut, Ketum PBNU langsung menuju makam KH Hasyim Asyari dan KH Wahid Hasyim untuk mendoakan almarhum, dilansir dari Antara.

Area makam dipenuhi para santri Tebuireng dan masyarakat setempat. Said memimpin doa tersebut. Selain ke Tebuireng, pengurus PBNU di hari yang sama juga dijadwalkan berziarah ke Pondok Pesantren Tambak Beras dan Ponpes Denanyar.

Di Jombang, terdapat sejumlah situs penting bagi warga NU atau Nahdliyin di antaranya sejumlah pesantren dan makam KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim, KH Bisri Syansuri, KH Romli Tamim, dan KH Wahab Hasbullah.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Beruntung, Gus Dur Tidak Bermedsos

Mengenang Gus Dur dalam Pameran Lukis Sang Maha Guru
Pengunjung melihat lukisan dalam pameran seni rupa "Sang Maha Guru" karya pelukis Nabila Dewi Gayatri di Jakarta, Kamis (22/11). Lukisan Gus Dur dipadu dengan berbagai tokoh dan ragam dimensi. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siraj mengatakan, mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) beruntung tidak hidup di era media sosial (medsos) dan tidak mengenal platform tersebut.

"Untung Gus Dur tidak jumpa medsos. Dia bisa di-bully (dirundung) terus jika ada di era saat ini," kata Said di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang, Kamis.

Menurut dia, di era medsos arus informasi begitu deras mempengaruhi cara berpikir masyarakat, termasuk kecenderungan perilaku mencaci melalui dunia digital.

Komentar soal Abdurrahman Wahid itu disampaikan Said usai mengunjungi sejumlah pesantren dan berziarah ke makam para tokoh NU di Jombang, termasuk di pusara Gus Dur. Terkait perundungan di medsos, Said mengatakan dirinya sudah terbiasa menjadi sasaran cacian warganet.

"Kadang saya pantau, dalam seminggu kok tidak ada yang caci saya. Karena sudah kebal, bully tidak nambah dan mengurangi keadaan saya, tidak mempengaruhi saya seperti saat ini," kata dia.

Dengan segala kritikan warganet, kata dia, NU tetap konsisten untuk selalu membawa pada kejayaan Islam. "Susunan pengurus boleh ganti tapi bagi Islam berasas 'ahlussunah wal jamaah', latar belakang historikal, sama prinsipnya, sama tujuan," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya