Ciptakan Inovasi Obat Sariawan, Mahasiswa Unair Raih Medali Perak di Singapura

Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) membuat tanaman ketul menjadi obat sariawan. Inovasi tersebut berbuah hasil dengan meraih medali perak di kompetisi AIGC.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 26 Nov 2019, 00:45 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2019, 00:45 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Delegasi Universitas Airlangga meraih medali perak dalam kompetisi Advanced Innovaiton Global Competition (AIGC). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Delegasi Universitas Airlangga (Unair) meraih medali perak dalam kompetisi Advanced Innovaiton Global Competition (AIGC). Kompetisi ini kembali digelar pada Jumat, 15 November 2019-Minggu 17 November 2019 di Nanyang Technological University (NTU), Singapura.

Pada kompetisi yang fokus dalam bidang inovasi itu, delegasi Universitas Airlangga dari Fakultas Keperawatan (FKp) berhasil meraih medali perak.

Tim yang beranggotakan Annisa Fitri Purnamasari, Alfiana Nur Halimah, Desi Syahfitri, Desti Nayunda, dan Timotius Dwi mahasiswa angkatan 2016 FKP itu mengusung inovasi Bidens Pilosa for Stomatitis.

Inovasi tersebut berupa prototype produk dari tanaman ketul yang diubah menjadi obat stomatitis (sariawan). Menurut Annisa selaku ketua tim, inovasi tersebut muncul karena telah dilarang produksinya salah satu merek obat sariawan.

"Enggak banyak orang tahu tentang tanaman ketul yang biasanya ada dipinggir-pinggir jalan, hutan, atau sawah, padahal tanaman itu banyak manfaatnya,” ujar Annisa, Senin (25/11/2019). 

Dari inovasi itu, tanaman ketul diubah menjadi obat sariawan. 100 persen dari ekstrak tanaman ketul tidak menggunakan campuran bahan kimia, sehingga aman untuk digunakan.

Sebelum mengikuti kompetisi itu, Annisa beserta tim harus membuat abstrak yang diseleksi hingga lolos. Annisa mengatakan bahwa setelah mengetahui abstrak mereka lolos, kemudian mempersiapkan full paper, poster, serta produk inovasi yang dipresentasikan ke Singapura.

"Jadi selama dua hari, aula kompetisi akan terbuka bagi siapapun yang hadir, jadi kita mempromosikan produk kita, dan juga di sana kita presentasi di depan juri dari dosen profesional dan peneliti selama sepuluh menit. Selain, itu kita juga harus presentasi ke setiap orang yang datang di booth kita,” jawab mahasiswi semester tujuh tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Tiga Poin Penting dalam Penilaian Juri

Annisa menuturkan, terdapat tiga poin penting dalam penilaian juri. Yakni, inovasi yang diusung, presentasi, dan performa serta kepraktisan inovasi yang dinilai langsung dari booth mereka. 

Dia menuturkan, kelebihan inovasi yang diusung sehingga mendapat medali perak adalah inovasi mereka dibidang kesehatan yang menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di Indonesia.

"Ditambah kita mempersiapkan presentasi sesuai dengan kriteria penilaian juri, mengingat banyak banget tim dari berbagai negara yang inovasinya bagus-bagus,” ucapnya.

Annisa melanjutkan, hasil yang telah mereka dapatkan itu telah terbayarkan dan bersyukur dapat membawa medali perak dan membanggakan Indonesia, terutama UNAIR. Pada akhir wawancara, Annisa memberikan sebuah pesan untuk mahasiswa-mahasiswa Universitas Airlangga, terkhusus untuk para mahasiswa FKp.

"Banyak kesempatan di depan mata, dan carilah pengalaman sebanyak-banyaknya selagi masih menjadi mahasiswa," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya