Buah Mentega Dibudidayakan di Surabaya, Apa Saja Manfaatnya?

Buah mentega atau buah bisbul ini tergolong buah langka, DKPP Surabaya pun membudidayakannya. Ada manfaat yang banyak yang terkandung di dalamnya, apa saja?

oleh Liputan Enam diperbarui 14 Des 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2019, 06:00 WIB
(Foto: instagram@dkppsurabaya)
Ilustrasi buah mentega (Foto: instagram@dkppsurabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Anda pernah mendengar buah mentega? Buah ini juga sering disebut orang dengan nama buah bisbul. Buah ini berasal dari negara tetangga, Filipina.

Buah ini mempunyai nama lain, yaitu Velvet Apple. Nama ilmiahnya adalah Diospyros Blancoi. Buah ini sudah menyebar luas di wilayah tropis termasuk di Indonesia. Melansir dari instagram DKPP Surabaya @dkppsurabaya, buah ini tumbuh menyebar di wilayah tropis beriklim basah, tepatnya di dataran rendah hingga menengah.

Buah ini bisa dikategorikan sebagai buah langka karena keberadaannya yang sulit ditemukan. Biasanya buah bisbul atau buah mentega ini sering dijumpai di Bogor.

Namun, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya ini membudidayakannya. Buah ini tidak diperjualbelikan oleh DKPP Surabaya. Tekstur dari buah mentega ini mirip dengan tekstur mentega. Kulit dari buah mentega ini memiliki bulu halus mirip beludru.

Rasa dari buah mentega ini manis dan sedikit sepat. Namun, buah mentega ini memiliki banyak manfaat yang terkandung di dalamnya.

Beberapa manfaat yang terkandung di buah mentega di antaranya adalah menjaga kesehatan sistem pencernaan, melancarkan peredaran darah, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, merawat kesehatan kulit, meminimalisir risiko penyakit kanker, dan lain-lain.

Ada juga yang berkomentar di akun instagram @dkppsurabaya buah ini mempunyai rasa seperti durian. Salah satunya oleh akun @airinserena. Ia menyebutkan, kalau buah mentega rasanya seperti durian. "Enak itu buah bisbul rasanya kayak duren".

 

(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Mini Agrowisata, Wisata Edukasi Pertanian di Kota Metropolitan Surabaya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pemkot Surabaya membuat mini agrowisata di area kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, menikmati liburan di Surabaya, Jawa Timur tidak harus ke pusat perbelanjaan. Di Kota Pahlawan ini juga dapat ditemui wisata edukasi soal pertanian, peternakan, perikanan tanpa perlu jauh-jauh ke luar kota.

Tempat wisata tersebut dapat dijumpai di belakang kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota yang berada di Jalan Pagesangan, Surabaya dan sering disebut mini agrowisata.

Ketika kunjungi tempat ini Anda bisa mengajak anak sambil belajar mengenai pertanian, peternakan, dan perikanan. Tak hanya itu, di tempat seluas 0,6 hektar ini, masyarakat juga dapat belajar soal budidaya tanaman seperti di pot dan hidroponik.

Kasi Pengembangan Pertanian Perkotaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antin Kusmira menceritakan, mini agrowisata ini dimulai sejak 2002. Namun, saat itu mini agrowisata belum dibuka untuk umum. Mini agrowisata ditujukan percontohan bagi masyarakat untuk belajar budidaya tanaman.

“Baru pada 2018 itu mulai dibuka untuk umum pada Sabtu-Minggu. Kalau Senin-Jumat untuk edukasi anak-anak, PAUD, bapak dan ibu yang tergabung dalam komunitas,” ujar Antin, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Senin, 6 Oktober 2019.

Antin menuturkan, di miniagrowisata ini seperti pertanian terpadu yang ada peternakan, perikanan dan pertanian. Di tempat ini dapat ditemui peternakan ayam, domba, dan lainnya. Sedangkan perikanan ada ikan nila, lele, dan udang.

Kalau pertanian ada berbagai jenis tanaman tumbuhan dan sayuran antara lain kangkung, selada, cabai, dan buah-buahan seperti nangka, golden melon dan belimbing.

Di miniagrowisata Surabaya ini juga disediakan tempat bersantai dengan ada ikan terapi yang bisa memijat kaki pengunjung. Bagi masyarakat yang ingin berwisata di mini agrowisata ini dapat dilakukan pada Sabtu-Minggu.

Meski demikian, buah dan sayur di tempat ini belum boleh dipetik jika tidak masa panen. Pengunjung pun dibatasi maksimal sekitar 100 orang per hari. Hal ini agar menjaga kelestarian mini agrowisata.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya