Liputan6.com, Surabaya Tim mahasiswa Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merancang sebuah alat fermentasi atau fermentor donat yang ekonomis dan praktis. Karya inovasi tim ini ditujukan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di industri makanan donat.
Fermentor donat besutan Kelompok I Kuliah Lapangan Berbasis Pengabdian Masyarakat ini lahir dari permasalahan yang ada dalam UMKM Wid Donat Roti Kentang di daerah Kejawan Putih Tambak, Surabaya. Dalam proses produksi donat, mereka masih menggunakan cara konvensional sehingga hasil pengembangan adonan kurang maksimal. Padahal, proses fermentasi ragi roti yang baik dapat menghasilkan adonan donat yang bertekstur empuk dan disukai penikmatnya.
Advertisement
Baca Juga
Proses fermentasi melibatkan mikroba Saccharomyces cerevicae yang sering dikenal sebagai ragi roti. Ragi roti tersebut dapat menghasilkan enzim yang merombak gula menjadi alkohol dan gas karbon dioksida (CO2). Gas yang terbentuk dalam proses fermentasi inilah yang mengakibatkan adonan donat dapat mengembang dengan baik.
Ketua Kelompok I, Pandhu Dirga Pratama, menjelaskan, fermentasi yang baik adalah proses yang terisolasi dari oksigen dan mencapai titik optimal sesuai dengan mikroba yang dipakai dalam proses fermentasi.
“Kami ingin mengaplikasikan teori mata kuliah mikrobiologi di kampus (ITS) untuk menyelesaikan masalah di UMKM yang kami datangi,” ujarnya, Selasa (14/1/2020).
Untuk mengoptimalkan ragi dalam pengembangan adonan donat, Pandhu dan kelompoknya mendesain fermentor yang berbentuk seperti lemari. Fungsi utama dari fermentor ini ialah sebagai pengembang adonan dengan suhu dan kelembaban terkontrol sesuai ragi yang dipakai.
Lahir atas bimbingan dosen ITS, Arief Widjaja dan Raden Darmawan, fermentor donat ini memiliki kapasitas yang cukup besar. Desainnya terdiri dari lima loyang, dengan kapasitas 20 adonan donat tiap loyangnya.
Cara Kerja Fermentor Donat
Di dalam fermentor terdapat dua lampu penghangat berkapasitas 40 watt yang disematkan di atas dan di bawah proofer yang bekerja untuk menaikkan suhu. Fermentor ini juga dilengkapi dengan alarm yang berbunyi ketika adonan telah mengembang sesuai keinginan.
Alat inovatif itu bekerja dengan memanaskan adonan donat pada suhu 35 hingga 37 derajat celsius. Dalam karyanya tersebut, disematkan pula thermostat yang menjaga suhu dalam fermentor agar tidak melebihi 37 derajat celsius.
“Apabila suhu melebihi 37 derajat, maka sambungan listrik pada lampu akan terputus secara otomatis dan lampu akan mati,” tuturnya.
Untuk mengoperasikan fermentor, pengguna hanya perlu menyalakan saklar dan lampu yang terdapat di dalam fermentor. Setelahnya, pengguna memasukkan adonan donat ke dalam loyang bertingkat pada fermentor, lalu menutup kaca fermentor.
“Kalau sudah, tinggal menunggu hingga suhu mencapai kondisi optimal yang diinginkan,” ucap Pandhu.
Pandhu juga mengakui fermentor ini masih perlu banyak pengembangan. Banyak hal terkait proses fermentasi perlu diuji lagi.
Advertisement