5 Desa di Jember ini Rawan Banjir

Ahli Kebencanaan Universitas Jember memetakan ada lima desa di Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Jember yang rawan terkena banjir.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2020, 13:00 WIB
Banjir
Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta - Ahli kebencanaan Universitas Jember (Unej) Joko Mulyono mengatakan, ada lima desa di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tanggul di Kabupaten Jember, Jawa Timur, rawan terdampak bencana banjir akibat limpasan air sungai.

"Lima desa itu adalah Desa Kencong, Kraton, Paseban, Cakru di Kecamatan Kencong dan Desa Kepanjen di Kecamatan Gumukmas," katanya di Jember, Jawa Timur, Kamis, 23 Januari 2020..

Menurut dia, perlu upaya serius dari seluruh elemen masyarakat baik pemerintah maupun swasta untuk bersama-sama melakukan mitigasi bencana banjir di daerah tersebut, dilansir dari Antara.

"Oleh karena itu perlu membangun kesadaran masyarakat terhadap risiko terjadinya bencana banjir melalui program desa tangguh bencana (destana) di wilayah tersebut," kata dia.

Ia mengatakan, dari tahun ke tahun wilayah sekitar DAS Tanggul selalu menjadi langganan bencana banjir akibat jebolnya tangkis Sungai Tanggul karena tidak mampu menahan debit air sungai akibat tingginya curah hujan.

"Di hulu Sungai Tanggul itu ada 22 anak sungai, 10 sungai dari arah barat dan 12 sungai kecil di wilayah timur, sehingga jika terjadi hujan deras di hulu sungai baik di wilayah barat maupun timur, maka secara otomatis akan meningkatkan debit air Sungai Tanggul. Jadi, wajar jika tangkisnya sering jebol," ujarnya di Jember.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Komunikasi yang Bagus

Banjir Setinggi Dada Orang Dewasa, Warga Perumahan Ciledug Indah Dievakuasi
Sebuah mobil terendam banjir di perumahan Ciledug Indah, Tangerang, Rabu (1/1/2020). Banjir setinggi dada orang dewasa terjadi akibat meluapnya kali angke. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk mengurangi risiko yang diakibatkan luapan air dari Sungai Tanggul, lanjut dia, perlu ada komunikasi yang bagus pemerintah atau masyarakat yang berada di hulu dan hilir sungai.

"Dampak banjir itu biasanya selalu dirasakan masyarakat yang berada di hilir sungai, oleh karena itu jika terjadi hujan yang berpotensi adanya peningkatan debit air sungai harus segera dikomunikasikan," katanya.

Ia mengatakan, petugas dari Dinas Pengairan yang berjaga di setiap pintu air juga harus mengecek ketinggian air apakah berpotensi terjadinya luapan air atau banjir, sehingga dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat sekitar.

Ia menilai kondisi DAS Tanggul saat ini sudah tidak ideal lagi, sehingga harus ada upaya dari pemerintah ataupun dinas terkait untuk melakukan normalisasi aliran sungai.

“Di beberapa titik DAS Tanggul terjadi pendangkalan, sehingga perlu dilakukan pengerukan agar debit air yang ditampung bisa lebih banyak. Jika sungainya dangkal maka sedikit saja hujan di hulu sungai akan mengakibatkan terjadinya luapan air," demikian Joko Mulyono.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya