4 Hal Menarik Terkait Hotel Arcadia, Bangunan Cagar Budaya di Surabaya

Salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh mengiringi zaman adalah Hotel Arcadia di Surabaya.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2020, 04:00 WIB
Ilustrasi Hotel
Ilustrasi hotel. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu kota di Indonesia yang kental dengan sejarah adalah Surabaya, Jawa Timur. Di kota ini dapat ditemukan banyak peninggalan sejarah. Beberapa peninggalan di Surabaya tersebut kebanyakan adalah bangunan yang didominasi oleh peninggalan pada masa kolonial.

Salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh mengiringi zaman adalah Hotel Arcadia di Surabaya. Hotel ini berada di Jalan Rajawali No.9 – 11, Krembangan, Surabaya, Jawa Timur. Ingin tahu ada hal menarik apa di dalam Hotel Arcadia? Simak rangkumannya mengutip dari berbagai sumber.

1.Didirikan sejak 1913

Penginapan yang diberi nama Hotel Arcadia ini berdiri sejak 1913. Hotel ini dibangun oleh kontraktor yang bernama Hollanndsche Beton Maatshcapij.

2. Sebelumnya menjadi kantor perusahaan terbesar di Indonesia

Sebelum menjadi hotel, bangunan Hotel Arcadia ini digunakan sebagai kantor Geo Wehry & Co yang beroperasi di Hindia Belanda pada 1867. Perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan. Kala itu Geo Wehry & Co.merupakan perusahaan terbesar di Indonesia.

3. Bentuknya yang unik

Hotel Arcadia ini mempunyai bentuk bangunan yang unik dan nyentrik. Gedungnya berbentuk persegi empat dan dibuat memanjang ke belakang. Bagian depan hotel dijadikan sebagai kantor dan bagian belakang dijadikan sebagai gudang. Dulunya hotel ini bernama Ibis Rajawali.

4. Salah satu Cagar Budaya

Bangunan hotel ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/004/402.1.04/1998.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Mengenal Klenteng Tertua di Surabaya

FOTO: Sembahyang di Klenteng Hong Tiek Hian Surabaya yang Konon Dibangun Pasukan Tar-Tar Mongolia
Pertunjukan wayangnya pun tak seperti wayang Jawa. Namun wayang tersebut ialah wayang Pho Tee Hi atau perayaan hari-hari besar Cina seperti Imlek. Selain itu klenteng ini ternyata memiliki sejarah yang panjang. (Liputan6.com/IG/@surabaya)

Sebelumnya, jalan-jalan di Surabaya, Jawa Timur tak hanya mencicipi kuliner, melihat bangunan sejarah, dan keliling kota. Di Kota Pahlawan ini, wisata religi juga dapat menjadi pilihan.

Surabaya yang memiliki beragam masyarakat dari berbagai suku, etnis, dan agama menjadikan sebagai kota multi-kultural. Oleh karena itu, di kota ini juga ditemui sejumlah tempat ibadah dari beragam agama. Tempat ibadah di kota ini juga ada yang memiliki cerita dan termasuk bangunan bersejarah. 

Salah satunya, Klenteng Hok An Kiong. Berdasarkan Buku Travelicious, Jalan Hemat, Jajan Nikmat Karya Ariyanto, klenteng ini merupakan salah satu klenteng tertua yang ada di Surabaya.

Kelenteng Hok An Kiong didirikan sekitar 1830-an. Bangunan yang berada di Jalan Coklat, Pabean, Surabaya ini pada awalnya merupakan daerah pelabuhan.

Sebelumnya, klenteng Hok An Kiong disebut juga klenteng coklat, karena dilihat dari nama jalannya yaitu Jalan Coklat. Kapal-kapal saudagar dari Tiongkok, China sering mampir ke daerah Pabean yang kini sudah menjadi Pasar Ikan.

Seiring bertambahnya kapal-kapal saudagar Tiongkok yang bersandar di Kalimas, terutama dekat Pabean dan Slompretan, membuat ratusan awak kapal kadang-kadang beristirahat di daerah itu. Ada beberapa saudagar kaya yang tergabung dalam perkumpulan Hok Kian Kong Tik Soe.

Mengutip berbagai sumber, Mereka merasa iba melihat para awak kapal beristirahat di sana. Kemudian, tercetuslah ide dari perkumpulan tersebut untuk mendirikan tempat ibadah yang sekaligus bisa menjadi tempat beristirahat untuk awak kapal itu.

Maka, jadilah bangunan Kelenteng Hok An Kiong. Mengutip Jurnal Intra Petra.ac.id, interior di klenteng ini didesain dengan gaya budaya Fujian. Klenteng ini pada mulanya hanya terdiri dari halaman depan untuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ruang altar utama hanya kepada Dewi Mahcoh Po.

Bangunan itu kini sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan SK Walikota Surabaya No.188.45/258/436.1.2/2012.

 

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya