Seknas Jokowi Jatim Sebut Pemerintah Perlu Antisipasi Kenaikan Harga Gula

Ketua Dewan Pimpinan Seknas Jokowi Jawa Timur, Sapto Raharjanto sebut Jatim merupakan lumbung gula nasional, tapi harga gula di pasaran sudah tembus Rp 17.000/kg.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 05 Mar 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2020, 09:00 WIB
Gula Pasir
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi Provinsi Jawa Timur, Sapto Raharjanto menyoroti harga gula pasir di sejumlah wilayah Jawa Timur merangkak naik. Dari kisaran Rp 14.000/kg pada awal tahun, kini harganya bisa mencapai Rp 17.000 per kg.

"Ya terus merangkak naik di wilayah kabupaten Jember saja dari pantauan kami harga gula sudah mulai tembus 17.000 per kg. Awal tahun itu gula pasir harganya 14.000/kg, sebelumnya pada kisaran harga 15.000 sampai 16.000 per kg," tuturnya, Rabu, 4 Maret 2020.

Ia menuturkan, kenaikan harga gula yang begitu cepat sudah mulai menimbulkan keluhan di kalangan masyarakat. Pedagang kecil maupun pengelola makanan mulai mengeluh.

"Banyak yang mengeluh ini. Para pedagang kecil, baik pedagang makanan kecil, pengelola warung makan maupun industri makanan dan kue yang membutuhkan gula sebagai salah satu bahan dasar utama pada bisnis yang mereka jalani mulai bingung juga," terangnya.

Hal yang terjadi ini, kata Sapto ironi, mengingat Jawa Timur merupakan lumbung gula nasional, tapi harga gula di pasaran sudah tembus Rp 17.000/kg.

"Kalau kita lihat di Jatim itu ada banyak pabrik-pabrik gula seperti PTPN X, XI, XII dan RNI maupun milik perusahaan-perusahaan swasta, dengan banyaknya pabrik gula seperti itu kenapa gula langka dan harga gula sampai 15-17 ribu per kg, padahal harga eceran tertinggi itu 12.500 rupiah," tanyanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Perlu Antisipasi

Ilustrasi gula
Sejumlah bahan alami bisa digunakan sebagai pemanis alternatif pengganti gula. (Foto: Unsplash)

Menurut Sapto, situasi seperti ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah pusat maupun provinsi mengingat musim giling pabrik gula di Jawa timur bersepakat dimulai setelah Lebaran 2020.

"Ada kekosongan gula sekitar 4 bulan ke depan di Jawa Timur, yang paling riskan itu memasuki bulan Ramadan", ujar Sapto.

Kelangkaan ini seharus bisa diantisipasi jika pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian dan Perdagangan bisa bergerak cepat sejak Januari lalu dengan mengeluarkan izin impor raw sugar ke PTPN. Izin itu belum juga keluar ke BUMN, malah izin yang dikeluarkan itu malah ke perusahaan swasta.

"Sehingga dampaknya izin impor yang belum dikeluarkan ini berimbas pada langkanya gula di pasaran yang mengakibatkan harga gula semakin melambung tinggi, dan apabila izin impor raw sugar ini tidak segera dikeluarkan maka adanya kelangkaan dan tingginya harga gula ini akan terus berlangsung sampai setelah hari raya Idul Fitri yang akan datang," pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya