Banjir Selama 2 Bulan di Sidoarjo, ITS Turunkan Tim Ahli

Di Sidoarjo, tepatnya di dua desa yakni Desa Kedungbanteng dan Banjarasri tergenang banjir dengan ketinggian sekitar 20 centimeter-40 centimeter. Banjir tersebut berlangsung sekitar dua bulan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi banjir. (dok. unplash/@jonfordphotos)

Liputan6.com, Jakarta - Tim ahli Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membantu penelitian untuk mengatasi masalah banjir di dua desa di Kabupaten Sidoarjo yang berlangsung selama kurang lebih dua bulan.

Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan, tim ahli dari ITS Surabaya akan mulai bekerja sejak  Kamis, 5 Maret 2020.

"Tim ini akan meneliti dan mengkaji Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, yang telah terendam banjir," ujar dia usai menerima kunjungan tim ITS di Pendopo Kabupaten Sidoarjo.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penelitian ITS Adjie Pamungkas mengatakan pihaknya bersama ahli dari beberapa bidang untuk meneliti banjir di Tanggulangin, dilansir dari Antara.

"Penelitian yang akan dilakukan ini akan dibagi dua, rapid assessment yaitu penelitian secara cepat dengan cara pengumpulan data serta long term atau jangka panjang. Kami ingin penyelesaiannya nanti tidak hanya ringkas saja namun secara menyeluruh. Saat ini kami mulai koordinasi," ujarnya.

Ia menambahkan dari hasil diskusi, timnya akan meneliti indikasi penurunan tanah, tata aliran air serta karakteristik permukiman.

"Hasilnya akan kami kaji secara cepat dan hasilnya akan kami diskusikan dengan Pemkab Sidoarjo. Selanjutnya menindak lanjuti apa yang harus dikerjakan ke depan," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Keterangan Ahli Geologi ITS

Banjir
Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Sementara itu ahli geologi ITS Dr. Ir. Amin Widodo mengatakan belum pernah meneliti kasus banjir seperti yang menimpa dua desa di Tanggulangin. "Ini merupakan hal baru bagi kami dan ini merupakan penelitian yang menarik," ujarnya.

Sejatinya, kata dia, pada 2016 pihaknya pernah meneliti kawasan Desa Kalidawir, Kedungbanteng dan Banjarasri. Saat itu timnya mengkaji dampak sosial, penurunan tanah, geofisik serta risiko.

"Saat itu kami menemukan penurunan tanah sekitar delapan senti selama tiga bulan penelitian. Salah satu tanda penurunan tanah ya ngantong seperti ini. Air tidak bergerak ke mana-mana. Dulu tidak kok sekarang iya," katanya.

Di Sidoarjo, tepatnya di dua desa yakni Desa Kedungbanteng dan Banjarasri tergenang banjir dengan ketinggian sekitar 20 centimeter sampai dengan 40 centimeter. Banjir tersebut berlangsung sekitar dua bulan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya